"Naya kenapa lagi, Dir?"
"Gak ngerti juga gue," Jawab Dirga, mendengus kemudian menaruh ponselnya di atas meja. "Hobi banget ngelukain diri."
Johnny yang awalnya sibuk dengan ponsel di tangannya, kini mengalihkan pandangannya pada Dirga. "Maksud lo self harm?"
Alih-alih menjawab, Dirga justru menghela nafasnya sambil menyandarkan punggung pada sandaran sofa. Namun Johnny mengerti, diamnya Dirga sama saja dengan jawaban 'iya'.
"Kalau menurut gue, ketika seseorang melakukan self harm disaat kondisi mereka lagi down itu dapat membantu mereka buat ngurangin beban. Iya gak, sih?"
"Ngurangin beban gimana maksudnya, pak?" Yudha bingung.
"Gak tau juga gue gimana rasanya, tapi katanya kalau mereka ngelakuin itu rasanya tuh kayak tekanan berkurang."
"Sakit lah anjir harusnya!"
"Itu kan kata mereka, kata orang-orang yang pernah self harm!"
"Ya tapi gue tuh bingung, kok bisa mereka nganggep hal kayak gini bisa ngurangin beban?"
"Gue gak tau, Yudha Bin Abdul Salim! Gue gak pernah!"
"Heh! Gak usah bawa-bawa nama bapak gue!"
"Sorry, sengaja kok."
Dirga mendengus sekali lagi, agak kesal sebenarnya mendengar teman-temannya berdebat yang tidak berguna seperti itu. Tapi kalau di dengarkan, adu mulut keduanya membuat Dirga berpikir akan sesuatu.
"Self harm bukan ngurangin beban, tapi nambah beban."
"NAH! Ini loh maksud gue John!" Sambar Yudha begitu Dirga menyelesaikan ucapannya.
"Bisa santai aja gak lo?! Ngegas amat."
"Orang-orang yang melakukan self harm, biasanya orang-orang yang kesepian. Mereka yang gak punya orang yang tepat buat mereka jadikan sandaran, atau tempat buat cerita." Lanjut Dirga, Yudha dan Johnny menyimak. "Gue rasa Naya ada di posisi itu sekarang."
"Naya tuh yang mana sih?"
"Ngerusak suasana lo, Johntor!"
"Ya kan gue gak tau, Yudha Bin—"
"GUE GOROK LEHER LO YA KALAU NYEBUT NAMA BAPAK GUE LAGI!"
Johnny langsung ngakak.
Yudha mendengus, "Tapi, Dir... Menurut lo, Naya begitu ada hubungannya gak sama Kania?"
Dirga langsung menoleh, "Bisa jadi," Katanya. "Mungkin aja, kehadiran Kania dalam hidupnya bikin Naya yang udah hancur, jadi makin hancur."
***
Pagi-pagi sekali Naya sudah meninggalkan rumahnya dengan seragam sekolah, yang dibalut dalam hoodie hitam agar luka di tangannya tertutupi. Seperti hari-hari sebelumnya, gadis itu berjalan kaki menuju halte bus yang ada di dekat rumahnya.
Untuk beberapa saat, dia tampak santai. Berjalan seperti biasa, sambil mendengarkan musik melalui earphone-nya.
Hingga pada akhirnya dia menemukan Dirga terduduk di halte dengan pakaian yang bisa di bilang lebih rapi dan sopan. Naya sempat menerka-nerka di kepalanya, Dirga pasti akan berangkat kuliah pagi ini.
Beberapa detik setelahnya, jantung Naya berdetak lebih cepat saat Dirga menatap balik kedua matanya. Dan entah kenapa tubuh Naya seketika menegang seakan dia baru saja bertatapan dengan hantu penunggu halte.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kak Dirga
Fanfiction"Lo berhak bahagia, Nay. Apapun alasannya, lo harus bisa bahagia hari ini walau cuman sebentar." -Dirga Gintara. "Lo bilang lo mau berjuang sama gue sampe akhir, tapi kenapa lo tega ninggalin gue disaat gue lagi butuh lo disini?" -Naya Agatha. ©mut...