"Pulang nanti gue jemput ya."
Naya yang baru saja melepas helmnya mendengus pelan, "Mau ngapain emang?"
"Ngajak lo jalan-jalan. Keberatan?"
Gadis itu mengerjap beberapa kali, "Nggak juga."
"Ya udah." Ucap Dirga, kemudian memasang helmnya kembali.
"Kak..." Panggil Naya, Dirga menoleh sambil bergumam singkat. "Makasih ya." Gadis itu mengangkat tangan kirinya, memperlihatkan balutan perban yang ada di sana.
Untuk sejenak, Dirga terdiam sambil merasakan perasaan yang sama seperti di halte tadi. "Iya." Singkatnya.
"Lo jangan keseringan begini, Kak."
Dirga menautkan alisnya bingung, "Maksud lo?"
"Gue jadi gak enak kalau lo baik mulu sama gue..." Ujar Naya pelan, sambil menunduk.
"Ya di enakin."
Terdengar agak salah ya.
"Bukan gitu maksud gue!" Naya jadi kesal, padahal baru saja di baik-baikin.
"Terus lo mau gue jahatin?"
"Ya nggak gitu juga! Ih kok gue emosi ya?!"
Dirga tertawa melihat ekspresi wajah Naya yang sedang menahan emosi, detik berikutnya cowok itu mengulurkan tangannya dan mengacak rambut Naya gemas.
"Udahlah, gak usah mikirin itu." Katanya.
Naya hanya diam, tidak tahu harus merespon seperti apa.
"Belajar yang bener ya, kalau ada apa-apa hubungin gue aja... jangan lupa makan siang kalau udah waktunya, awas aja kalau sampai gue tau maag lo kambuh."
"Kok lo tau gue punya maag?!"
Dirga tidak menjawab, hanya tersenyum miring sebelum akhirnya menyentil dahi Naya seperti yang dilakukannya di halte bus kemarin sore.
Kemudian Dirga langsung berpamitan, "Gue ngampus dulu. Inget pesen gue!" Dan melajukan motornya, meninggalkan Naya yang masih berdiri di tempatnya.
Gadis itu menatap sosok Dirga yang kian menjauh, lalu berujar dengan suara pelan, "Gue takut sikap baik lo malah bikin gue bergantung sama lo, Kak."
***
"Kak Naya!"
Naya yang hendak memasuki kelas langsung menghentikan langkahnya, dan menoleh ke arah sumber suara. Di sana Anya melambaikan tangan padanya sambil tersenyum lebar, detik berikutnya gadis itu berlari kecil ke arahnya.
"Iya?" Tanya Naya saat Anya sampai di hadapannya.
"Pagi! Kak Naya udah sarapan belum? Kalau belum, sarapan sama aku yuk di kantin?"
Naya mengerjapkan mata beberapa kali setelah mendengar ajakan Anya yang sangat tiba-tiba. Tapi tak lama kemudian gadis itu tersenyum tipis, "Pagi juga. Sebelumnya makasih udah ngajakin, tapi gue gak biasa makan pagi."
Kedua bahu Anya merosot, ekspresi wajahnya juga berubah kecewa, "Yah... gitu ya?"
"Iya, maaf ya. Gue masuk dulu—"
"Sebenernya aku mau minta tolong sama kak Naya!" Sergah Anya, sambil memegang lengan kiri Naya.
Seketika Naya meringis, refleks menarik tangannya dengan kasar. Hal itu membuat Anya terkejut, tapi dibandingkan itu dia lebih banyak khawatir saat Naya terlihat kesakitan.
"Kak lo gak papa?? Gue megang apaan tadi?? Sakit kah??" Tanya Anya dengan panik.
Naya menggeleng, "Gak, gak papa. Gak sakit lagi kok." Katanya, tentu saja dia berbohong. Lukanya dipegang seperti itu jelas akan terasa sakit, apalagi tadi Anya yang mungkin tidak sengaja menggunakan sedikit tenaganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kak Dirga
أدب الهواة"Lo berhak bahagia, Nay. Apapun alasannya, lo harus bisa bahagia hari ini walau cuman sebentar." -Dirga Gintara. "Lo bilang lo mau berjuang sama gue sampe akhir, tapi kenapa lo tega ninggalin gue disaat gue lagi butuh lo disini?" -Naya Agatha. ©mut...