04. Jangan Takut, Katanya

15 4 35
                                    

Sudah 3 hari ini Naya berusaha menghindari Dirga setelah cowok itu bilang dia tau tempat tinggal Naya. Sungguh, bagi Naya itu sangat menyeramkan. Orang yang baru saja Ia kenal dan Ia temui, tiba-tiba bilang dia tau rumah Naya itu sangat tidak masuk akal, kecuali Dirga pernah mengikutinya.

Dalam 3 hari ini, Dirga juga sering mengiriminya pesan singkat yang hanya akan berakhir di baca oleh Naya. Awalnya dia tidak berniat membaca satu pesan pun, namun rasa penasaran mengalahkan rasa takutnya.

Pesan-pesan singkat itu berisikan kalimat-kalimat seperti ini;

Kak Dirga: Nay, udah makan malam?
Kak Dirga: Udah sampai rumah?
Kak Dirga: Sarapan sebelum ke sekolah.
Kak Dirga: Tidur, udah jam 11.
Kak Dirga: Nay, lampu kamar lo masih nyala.

YANG TERAKHIR!

Pesan yang terakhir benar-benar berhasil membuat Naya tidak bisa tidur, semalaman suntuk dia berjaga dan mencari keberadaan Dirga lewat jendela kamarnya. Namun nihil, dia tidak melihat cowok itu ada di sekitar rumahnya.

Pesan yang terakhir juga yang menyebabkan Naya tidak bisa fokus pada pelajaran Biologi siang ini. Selain memikirkan Dirga, dia juga mengantuk berat.

Sesekali gadis itu menguap, dan menopang pipi kirinya dengan tangan. Naya seharusnya bersyukur karena bangkunya ada di paling belakang alias di pojokan, jadi ketika dia tertidur pun tidak ada yang tau.

Ah tidak, orang-orang memang tidak akan peduli padanya.

Karena tidak bisa menahan lagi, Naya memutuskan untuk menaruh kepalanya di atas meja dan tertidur dengan wajah yang ditutupi hampir seluruh rambutnya.

"Naya,"

Seseorang memanggil Naya dengan suara pelan, membuat gadis itu bergumam karena sensitif dengan suara.

"Jangan tidur di sini." Ujar cowok itu lagi, namun kali ini tak di gubris oleh Naya karena dia kembali tertidur.

Cowok itu menghela nafas samar, kemudian mengangkat tangan kanannya dan berujar, "Bu, ini Naya kayaknya lagi gak enak badan. Saya izin bawa dia ke UKS ya?"

Tentu Naya terkejut, gadis itu langsung mengangkat kepalanya dan menemukan wajah Nathan yang kini sedang menempelkan punggung tangannya pada dahi Naya.

"Kamu sakit, Naya?" Tanya Bu Rena dari depan sana.

Belum sempat Naya menjawab, Nathan sudah menyela. "Iya, Bu. Badannya panas banget."

"Kenapa gak bilang dari tadi? Udah sana istirahat di UKS, minta obat sekalian biar sembuh." Ujar Bu Rena, beliau tampak cemas.

Naya tidak tahu harus bilang apalagi saat Nathan berdiri dari bangkunya, dan menarik pelan pergelangan tangannya. Gadis itu hanya mengikuti Nathan yang membawanya menuju UKS, hingga akhirnya mereka sudah hampir sampai dia baru tersadar akan sesuatu.

"Lepasin!" Bentaknya sambil menghempaskan tangannya sehingga genggaman Nathan terlepas.

"Kenapa?"

"Stop maksa gue buat dengerin penjelasan lo!"

Nathan mengerjap, "Gak, gue gak akan maksa lo buat dengerin gue. Gue cuma pengen lo istirahat dengan nyaman." Katanya.

Naya membisu. Antara tidak mengerti apa yang dimaksud oleh Nathan, atau tidak tahu harus menanggapi seperti apa.

"Gue tau lo ngantuk, Nay. Tidur di kelas cuma bakal bikin lo kena masalah nantinya, pake cara aman kalau lo emang mau tidur." Lanjut Nathan. "Tapi badan lo emang agak panas, lo beneran sakit ya?"

Kak DirgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang