"Sulis, masuk ekskul Starbottom nyah?" Pinta Echan seraya mengedip-ngedipkan matanya pada sosok gadis berhijab putih bernama Sulistiawati.
Sulis menggeleng lalu menggeserkan formulir pendaftaran ekskul itu kearah Echan yang menempati tempat duduk kawannya yang masih belum datang. "Maaf pisan Chan, Sulis teh udah ikut rohis. Kata Abi Sulis, Sulis gak boleh capek-capek ntar asma Sulis kambuh."
Echan mendesah berat namun tak lama kemudian ia menarik sudut bibirnya, membentuk sebuah senyuman kecil.
"Oh teu nanaon atuh. Nuhunnyah!" Ucap Echan setelahnya cowok itu bangkit berdiri dan melenggang pergi menghampiri bangku-bangku lain untuk promosi sekaligus demo kecil-kecilan mengenai ekskul barunya.
("Oh gak papa deh. Makasih ya!")
"Parah sih nyet ieu gak ada yang mau daftar." Sahut Naka setelah mereka berkumpul kembali selepas promosi ekskul. Tidak ada yang mau daftar ekstrakurikuler yang masih tidak jelas itu kebanyakan orang sih meragu karena ketuanya saja Lucas yang notebenya tidak pernah serius dalam menghadapi sesuatu.
Jeno menaruh formulir ekskul yang masih banyak itu dimeja Echan dan Mark—tempat biasa untung kumpul—Jeno lalu mendesah berat.
"Mereka keliatan ragu." Timpal Jeno.
Mark yang duduk ditempat paling ujung tiba-tiba memikirkan suatu ide tapi kemudian ia menggelengkan kepalanya, merasa tidak mungkin merealisasikan ide itu dan aksi Mark yang termenung sembari geleng-geleng kepala terekam oleh Alle.
"Kenapa Mark? Lo ada ide?" Mark terperanjat kemudian menggeleng pelan. "That's impossible man."
Echan menolehkan kepalanya pada Mark lalu alisnya menukik tajam pada Mark. "Sia ngerti teu aing teh teu ngarti bahasa Inggris?" Tanya Echan tajam.
("Lo ngerti gak gue tuh gak bisa bahasa Inggris?"
Mark menghela nafasnya kemudian membalas ucapan Echan, "Mustahil, Chan. 99,9% dia pasti gak mau."
Mendengar balasan Mark, Echan langsung mengerti. "Ah, si Rachel nya? Maneh belum nyoba, Mark. Eh, iya ya si Rachel kan banyak dekengannya dia bisa bae ngajak temen-temenna asup Starbottom."
("Ah, Rachel ya? Lo belum nyoba, Mark. Eh, iya ya si Rachel kan banyak gengnya bisa aja dia ngajak temen-temennya masuk Starbottom.")
"Tapi Chan masalahnya si Mark gantungin si Rachel gila! Abis itu dia malah jadian sama Teh Karin eh taunya diselingkuhin jalur nikah hahaha mampus lu!"
"Alle jahat banget sih mulutnya."
"Gue kan emang bener, Ka."
"Tapi menurut gue, lo harus coba dulu Mark, selama ini lo juga mau kan memperbaiki hubungan lo sama doi apalagi kalian sering bareng pas acara gereja daerah, apa enak marah-marahan di acara-Nya Tuhan?" Ucap Jeno dan berhasil mengubah hati Mark yang bimbang.
"Oke I'll try." Putusnya.
"Yeay!!!" Sorak the dreams kecuali satu orang yang kembali cemberut.
"GAK NGERTI BAHASA ENGGRES!!!"
***
The dreams ramai-ramai menyusuri koridor kelas 11 MIPA 1 demi untuk menemui mantan gebetan Mark. Echan dengan sengaja mendorong Mark, "Tuh di hareup kelas doi buruan samperin."
"Ck, hold on keep calm... Huh... I can do it!"
"Aduhhh Marekkkkk teu ngarti aing."
"Hehehe sorry."
Mark dan teman-temannya sama-sama mengintip keadaan kelas Rachel dari jendela dan terlihat dimana Rachel dan tujuh temannya tengah tertawa ria bersama.
"Cepetan Mark!" Desak Naka.
Mark menarik nafas kemudian menghembuskannya, terlihat berat namun Mark akan mencoba lagipula Mark lelah dirundung rasa bersalah.
Tok tok tok...
Mark mengetuk pintu kelas 11 MIPA 1 meski pintunya tak tertutup dan sontak beberapa siswa mengalihkan perhatian mereka pada pintu, termasuk Rachel. Tepat. Mata mereka bertemu namun dengan segera Rachel mengalihkan tatapannya dan terlihat sekali ia langsung berpura-pura memainkan ponselnya meski hanya sekedar menggeser-geser layar home.
Aldo sebagai ketua kelas 11 MIPA 1 menghampiri Mark, "Ada apa?" Tanya cowok itu.
Mark melirik sebentar kearah Rachel berada, "Gue ada perlu sama RACHEL!" Dan berkat perkataannya yang terdengar keras seisi kelas mengalihkan perhatian mereka pada Mark. Kisah percintaan Mark dan Rachel memang sudah menjadi rahasia umum dan mereka pernah menjadi couple goals pada zamannya namun semua itu karam begitu saja karena fakta bahwa Mark menjalin kasih dengan seniornya.
Febby—salah satu teman Rachel—menyorot Mark dengan tatapan tajam dan terlihat mengintimidasi. "Girl, cowok brengsek itu yang gimana???" Ucapnya dan jelas menyindir Mark.
Maka ke enam temannya yang lain menjawab ramai-ramai, "YANG NGEBAPERIN TAPI JADIANNYA SAMA CEWEK LAIN!"
Sementara Rachel, gadis itu masih terus menunduk seraya terfokus pada ponselnya meski kini pikirannya menjalar kemana-mana tentang kedatangan Mark untuk menemuinya. Rachel tidak munafik ia masih memiliki sekeping rasa yang belum ikut hancur bersama pernyataan Mark yang pada malam itu rela pulang paling terakhir dari acara gereja demi memberitahu Rachel bahwa ia telah menjalin kasih dengan kakak kelas mereka.
Dan brengseknya Mark adalah cowok itu tetap menghubungi Rachel meski ia sudah memiliki kekasih dan siapa orangnya yang tidak senang jika orang yang ia suka menghubungi. Ya, Rachel pun walau memang tak selalu membalas pesan-pesan Mark namun tak dapat dipungkiri hatinya masih berusaha keras untuk tak jatuh pada cowok penyuka semangka itu. Dan puncak sekaligus akhir dari hubungan keduanya adalah saat dimana Rachel dan Karin—kekasih Mark saat itu—terlibat cekcok hebat. Karin yang memulai semuanya, ia tahu Mark masih menghubungi Rachel dan Rachel masih merespon cowok itu, Karin marah semarah-marahnya dan meluapkan semua itu pada Rachel. Dari sana Rachel tidak lagi membalas atau merespon Mark, bukan takut pada Karin namun Rachel lelah mengharapkan seseorang yang hanya akan menjadi bunga tidur di mimpinya.
Jantung Rachel berpacu dua kali lipat saat sepasang sepatu converse hitam itu melangkah menuju tempatnya duduk.
"Hel," Panggil cowok itu dengan nada khasnya hingga saking khas-nya membuat perasaan Rachel yang sudah tertata dengan rapih kembali berantakan. Tolong siapapun bawa pergi Mark dari hadapan Rachel.
Gadis berkacamata hitam, bertahi lalat diujung bibirnya, dan jam tangan mati yang senantiasa melingkar di tangannya mengubah posisi duduknya menjadi duduk di meja yang tepatnya berada di pinggir Mark. Nanvia Putri Sekar Agung. Begitulah namanya. "Hel, mau ke WC?" Tanya gadis itu seraya membetulkan letak kacamatanya yang melorot.
Masih belum merespon Mark, Rachel malah merespon Nanvia, "Buat apa ke wc?" Dan dengan polosnya Nanvia melirik Mark lalu menjawab. "Buat ngehindarin Mark." Rachel melotot, Nanvia malah menatapnya dengan sorot mata tak paham.
"Nanvia..." Ucap Rachel penuh dengan nada kekesalan.
Tak menjawab panggilannya Mark kembali memanggil cewek itu, "Hel, can i talk with you? Ini penting."
"Dih, cowok ngapa ya? Heh, mau ngapain lagi sih lu? Mau nyakitin lagi temen gue? Atau mau bikin harapan yang seolah-olah bakal Lo wujudin tapi nyatanya enggak?" Ucap Deput dengan sinis.
Teman-teman Rachel ini memang benar-benar sesuatu sekali. Dan ada lagi July dan Rasi yang menatap tak suka pada Mark atau Wulan si cewek perkasa yang sudah mengepalkan tangannya seraya menatap Mark dengan tatapan permusuhan.
Mark menghela nafasnya berat, "Gue cuma mau ngomong bentar sama temen kalian okay? Cuma ngomong dan gue janji gak akan terjadi apa-apa sama temen kalian."
Rachel hendak membuka suara namun malah terpotong oleh Febby, "Mar—"
"10 menit abis itu balikin temen kita dalam keadaan hatinya baik-baik aja!"
"Okey deal!"
To be continue
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello Future! (Alternative Universe)/ NCT DREAM
FanfictionIni kisah Echan dan kawan-kawan pada saat mereka masih dalam masa putih abu-abu.