BAGIAN 7

450 69 34
                                    

"Disini?" Namjoon bertanya memastikan begitu mereka mulai memasuki kawasan bangunan seperti gedung yang sudah lama ditinggalkan- mungkin puluhan tahun. Kendaraan beroda empat itu telah diparkirkan di depan pintu masuk, tertutupi sebuah banner usang serta beberapa dedaunan kering.

Tujuannya untuk menyembunyikan benda itu supaya tidak diambil jikalau ada penyitas lain.

Mereka mulai menyusuri samping bangunan untuk mencapai lokasi yang diberikan Jimin terakhir kali. Senter menyorot ke segala arah, semakin masuk suasana semakin gelap, sepertinya malam akan tiba.

"Sampai" ucap Yoongi menghentikan langkah mereka.

"Sepertinya kita harus berpencar" kata Lisa begitu tidak menemukan siapapun.

Mereka mengangguk setuju lalu mulai memisahkan diri. Dikarenakan kelompok ini berjumlah ganjil dan sangat tidak memungkinkan jika salah satu mereka dibiarkan sendiri, maka Namjoon Jennie dan Yoongi mengambil arah kanan untuk ditelurusi. Sedangkan Lisa dan Jungkook mengambil arah kiri.

"Kau bisa melihat?" celetuk Jungkook ditengah perjalanan mereka.

Lisa berdecak sinis, "ck, kau kira aku buta?" sarkasnya.

Pemuda bergigi kelinci itu terkekeh kecil, "Kau ini emosian sekali yah"

"Terserah" final Lisa sedang tidak mau berdebat dengan pemuda asing didekatnya ini.

"AAAAAAAAAAAAAA"

Lisa berjengit, tubuhnya tersentak kaget. Segera dirinya berbalik menatap tajam sosok pemuda bergigi kelinci didepannya dengan dada bergemuruh hebat- jantungnya berdetak pada ritme yang tidak bisa dikatakan normal.

Lain Lisa lain pula Jungkook. Ia bahkan tidak menghiraukan tatapan singa lapar dihadapannya, dengan penuh kehati-hati an Jungkook mengarahkan pandangan serta menyorot senternya kebawah- ke betis kaki nya- matanya melotot, mungkin ia akan berteriak lebih keras dari sebelumnya jika saja Lisa tidak segera membekap mulut sucinya.

"Teriak sekali lagi, ku robek mulut sialan mu itu" ancam Lisa kesal.

Jungkook mengangguk takut, jangan sampai hal itu terjadi kepadanya. Bibirnya spontan terkatup rapat begitu Lisa menurunkan tangannya.

"Apa yang membuatmu berteriak seperti orang gila huh?" tanya Lisa tak habis fikir.

"Kaki ku" ucap Jungkook lirih.

Lisa sangsi, ia menurunkan senternya perlahan menuju kaki Jungkook. Mencari sebab dan akibat apa yang membuat pemuda itu terlihat begitu ketakutan. Iya, tubuh jakung itu mendadak menegang seperti batu- keras sekali. Ia hampir saja melempar senternya manakala melihat sebuah tangan tengah memegang erat kaki Jungkook.

Tapi ia harus memastikan sesuatu.

"Jangan bergerak" titah Lisa.

Gadis itu kemudian menyorotkan senternya mengikuti ujung tangan itu untuk mengetahui siapa pemiliknya. Rambut hitam legam mulai terlihat, kebawah sedikit ia sudah bisa melihat sebuah wajah yang membuatnya shock berat.

"Tolong..."

"Kalian mendengar suara itu?" tanya Jennie disela-sela pencarian mereka.

"Ya, asalnya tidak jauh dari sini" Namjoon menyahut setuju.

Yoongi mendekat ke arah semak-semak yang menjulang tinggi. Ia merasa ada sesuatu yang tidak beres disana.

"Rosé?" Pemuda berkulit pucat itu menaikkan sebelah alisnya manakala menemukan rekannya tengah menundukkan kepala dilipatan kaki yang ia buat.

"Rosé" sang empu mendongak lalu segera berdiri dan berlari menubruk tubuh Jennie, dirinya benar-benar ketakutan saat ini.

"Apa yang terjadi Rosé dan kau sendiri?"

Tubuh Rosé yang bergetar hebat mulai mereda, tangisnya sudah tidak terdengar lagi- menyisakan sesenggukan yang memilukan. Mereka bungkam, memberi waktu agar temannya menenangkan diri.

Sebenarnya banyak sekali pertanyaan yang bersarang diotak mereka terutama mengenai Jimin, dimana pemuda itu? Bukannya saat berkomunikasi beberapa waktu lalu keduanya sedang bersama?.

Beberapa saat kemudian Namjoon menggiring mereka untuk kembali ke titik awal. Selain mencari aman, tempat itu juga dekat dengan mobil sehingga jika ada bahaya yang datang, peluang mereka untuk menyelamatkan diri juga lebih besar.

"Lisa" gadis itu berjengit kaget, ya tuhan mengapa orang-orang ini tidak memikirkan kesehatan jantungnya?!

Ia menoleh lalu bernafas lega melihat sosok yang memanggilnya -melupakan rasa kesal serta ucapan pedas yang akan ia lontarkan.

"Kau menemukan siapa?" tanya Namjoon saat menyadari ada presensi lain sedang terbaring di rerumputan.

"Jaehyun, dia melototi ku saat aku menyenter wajahnya lalu pingsan" jelas Lisa jengkel. Sungguh dirinya shock melihat-nya ditambah sinar senter yang hanya berfokus pada wajah Jaehyun,- sudah seperti hantu di film horor yang sering ia tonton.

"Lalu dimana Jungkook?"

"Aku disini" Jungkook berseru begitu mendengar namanya disebut, ia berlari kecil menghampiri mereka bersama beberapa orang dibelakangnya. Rosé yang menyadari keberadaan Jimin tersenyum lega.

Berterimakasih dalam hati karena pemuda itu kembali dengan selamat.

"Kau dari mana?" Jennie menaikkan sebelah alisnya, penasaran.

Jungkook melirik tiga orang disampingnya -Jimin, Haechan dan Chaeyoung- lalu mengedikkan bahunya, "Aku menyusul mereka"

srk srk srk

Mereka terdiam dan menatap satu sama lain. Kemudian secara bersamaan memincingkan mata menatap semak-semak yang bergoyang di hadapan mereka. Ketegangan tidak dapat terelakan, dengan sedikit keberanian Jimin mendekat.

Perlahan tapi pasti langkah pendeknya mendekati sumber suara. Lisa dengan sigap mengikuti langkah pemuda itu dengan menggenggam erat pisau lipat yang ia keluarkan dari saku hoodie nya.

"Sial, HT ini rusak"

Kedua orang itu berhenti, kerutan samar tercipta di dahi Lisa. Sedangkan Jimin mengangkat sebelah alisnya, suara di balik semak itu terdengar familiar.

"Suara itu seperti milik Seokjin?" gumam Jimin ragu.

Bermodalkan rasa penasaran itu ia segera menyibak dedaunan menjulang yang menghalangi pandangannya. Pertanyaannya terjawab manakala menemukan empat presensi tengah menatap kearahnya dengan raut terkejut.

Seokjin menghela nafas lega, "Ku pikir kalian orang jahat"

"Kau mengagetkan ku bung" sarkas Taehyung sembari mengeluarkan diri dari sana.

"Apa kalian terluka?" tanya Namjoon melihat mereka secara bergantian.

Jisoo menggeleng, "Tidak ada, kami bertemu dalam keadaan baik"

"Sebaiknya kita segera pergi dari tempat ini, hari semakin gelap" kata Lisa mengambil alih.

Ya tentu, mereka harus segera pergi jika tidak mau terjebak di dalam kegelapan. Meskipun ada senter yang akan membantu menjadi sumber cahaya namun itu tidaklah cukup.

Mereka tidak tahu ada bahaya apa saja yang ada di hutan ini, bisa jadi terdapat hewan buas atau yang lebih parah adanya manusia egois yang dapat membahayakan nyawa mereka.

Memikirkannya saja membuat Taehyung merinding.

"Wait, kita hanya ber-empat belas" pernyataan Jennie berhasil mengurungkan niat mereka untuk melangkah keluar.

Sebagai leader Namjoon segera memeriksa ulang, menghitung dan mengingat wajah-wajah baru yang belum cukup akrab dengannya. Meskipun begitu kekhawatiran tetap menggerogoti relung hatinya.

Biar bagaimanapun mereka satu kelompok sekarang, jadi saling menjaga adalah tugas mereka bersama.

"Dahyun tidak ada" Chaeyoung berujar khawatir mengingat temannya itu sangat introvert dan terlampau mengandalkan dirinya selama ini.

Namun ditengah kebingungan itu tidak ada yang menyadari bahwa ada sosok lain tengah mengamati mereka dari balik pohon besar. Ditangannya terdapat sebilah pisau mengkilat yang siap memotong bahkan mencincang daging lawan.

Ia tersenyum smirk, "Kalian akan segera bertemu tuhan" gumamnya lalu pergi menuju hutan dan hilang ditelan kegelapan.

TREMORSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang