Halo!
Welcome and welcome back di cerita DISEASE AL-NA!!!
Jangan lupa vote komen dan share cerita ini biar makin banyak yang tau!!
Happy reading!!
•••
Hari ini jadwal Naira untuk check up kesehatannya, gadis itu sudah siap dengan outfit simple perpaduan warna putih dan hijau gelap. Naira menatap dirinya pada pantulan kaca full body di kamarnya, untuk kesekian kalinya dia menghela nafas, berusaha menerima namun tetap sulit.
"Gak papa, gak semuanya sempurna, anggap aja penyakitnya sebagai pengubur dosa-dosa," lirih Naira memberi semangat pada dirinya sendiri.
"Nai udah siap?" Ravel menatap putrinya dengan tatapan hangat, tatapan yang hanya diberikan kepada keluarga, teman dan anak istrinya saja.
"Sudah pah, tapi ketempat mama dulu ya?" Pinta Naira pelan, dia merindukan mamanya.
Ravel tersenyum sambil merangkul pundak kecil putrinya lalu mengangguk dengan tatapan lurus kedepan.
Aluna, nama yang akan selalu abadi didalam hidup Ravel, nama yang akan selalu menjadi pemenang di hatinya, nama yang akan selalu dia sebut di setiap sujud nya, nama yang selalu dia harapkan untuk hadir kembali.
Sangat sulit untuk melupakan Aluna, butuh waktu lama untuk mengikhlaskannya, namun tetap saja rasanya menyakitkan. Mereka belum menua bersama, mereka belum duduk di pelaminan untuk kedua kalinya untuk menikahkan putra putri mereka. Namun, semuanya telah terukir didalam garis takdir, Aluna harus pergi lebih dulu meninggalkan dunia. Aluna harus meninggalkan putra-putrinya serta sosok suami yang selalu ada disampingnya.
Ravel hanya mempunyai Naira dan Rendra, Ravel hanya punya mereka, sang ibunda sudah pergi untuk selama-lamanya setelah Aluna. Jika di putar kembali, tahun itu adalah tahun yang paling menyakitkan bagi Ravel dan kedua anaknya.
"Pa, nanti beli bunga dulu ya?" Ajak Naira.
"Boleh, mama pasti suka," jawabnya tersenyum sendu.
Naira menunduk, matanya berkaca-kaca dia sangat sakit melihat papanya yang berusaha tegar namun setiap malam menangis karena merindukan sosok bidadari hatinya.
"Papa ke mobil duluan ya," tanpa menunggu jawaban sang putri Ravel menuju mobilnya dengan air mata yang mengalir dari pelupuk mata.
Didalam mobil Ravel menangis, menangis karenanya hatinya sangat merindukan Aluna, sakit sekali rasanya saat rasa rindu itu tidak bisa tersampaikan. Ravel memukul dadanya sesak, lelaki itu mencengkram erat stir mobil.
"Aku selalu kangen kamu, selalu bahkan sampai saat ini rasanya tetep sakit," lirih Ravel menatap foto pernikahan mereka.
Sedangkan didalam Aluna terduduk di lantai, dinginnya lantai itu tidak ada artinya dibandingkan rasa sesak yang menjalar di lerung hatinya. Merindukan sosok perempuan yang selalu ada disisinya itu menyakitkan.
"Mama," lirihnya dengan air mata yang mengalir deras, dia terduduk menatap figura sang mama yang sedang tersenyum cantik.
"Kangen ma, kangen, sakit banget rasanya, mau peluk mama," lirihnya, jika bisa berteriak Naira akan berteriak dengan kencang, meminta pada sang pencipta untuk mengembalikan sang mama.
KAMU SEDANG MEMBACA
DISEASE AL-NA [NEW VERSION]
Подростковая литератураIni kisah tentang sepasang anak manusia yang sama-sama menjabat sebagai ketua dari dua organisasi besar di sekolah MPK dan OSIS. Alva dan Naira yang merupakan teman kecil yang sudah lama tidak bertemu, lalu di pertemukan kembali disebuah rumah saki...