Part 5 - Dream & Moment

10.9K 756 8
                                    

Kali ini aku bermimpi.

Di mimpiku, aku melihat berbagai jenis warna terang.

Seperti pelangi.

Cerah, terang, dan sangat indah dengan latar belakang perak putih transparan.

Ya. Ini mimpi.

Mimpi yang indah. Sungguh. Disini membuatku merasa tenang, dan aman.

Clare.

Clare.

Suara itu berasal dari kejauhan, dari ujung spektrum warna yang kulihat.

Clare.

Sadarlah. Clare.

Bisa kudengar makin lama suara itu makin keras, dan namaku semakin banyak di sebutkan.

Lama kelamaan, cahaya warna itu semakin memudar. Memudar dan memudar.

Lalu hilang.

"Clare?" Panggil seseorang, suara perempuan.

Autumn, ya itu suaranya. Aku mengenali suara rendah miliknya.
.
Kubuka mataku, tampak silau dengan cahaya lampu gimnasium. Aku mengerjap beberapa kali, berusaha menyesuaikan diri.

"Clare, kau sudah sadar?" Tanya Autumn

"Clare sudah sadar, Sir!" Seru Giselle. Mr. Morrow segera menghampiriku bersamaan dengan Tya dan Venezia.

"Bagaimana keadaanmu, Clare?" Tanya Mr. Morrow.

"Apa yang terjadi?” tanyaku balik, kebingungan sambil menatap sekeliling.

“Kau pingsan tiba-tiba, Clare..” jawab Tya cepat. “Namun untungnya, senior Jackson tepat menangkapmu sebelum kau jatuh.” Tambah Venezia tiba-tiba.

Jackson?

Aku merasakan gerakan dibalik tubuhku, aku hendak berpaling namun karena gerakan yang terlalu cepat membuat kepalaku terasa berputar. Kupejamkan mata sebentar.

"Clare? Apakah kau baik-baik saja?" Tanya Mr. Morrow, kurasakan tangannya menepuk pundakku pelan.

“Baik, Sir. Terima kasih." Jawabku pelan, kembali membuka mataku. Mr. Morrow menggangguk, tampak lega.

"Autumn tolong ambilkan minum untuk Clare. Yang lain, pengambilan nilai akan dilanjutkan. Clare, kau bisa beristirahat dulu di pinggir lapangan, pengambilan nilaimu akan saya undur menjadi minggu depan ketika kondisimu telah sehat kembali." Kata Mr. Morrow. Aku menggangguk, tanda mengerti.

Aku berusaha bangun, namun tubuhku terasa lemah. Bisa kurasakan seseorang membantuku untuk berdiri. Kali ini, aku berhasil menengok untuk melihat siapa yang membantuku.

Senior berambut coklat gelap, agak spike dan tebal. Dengan mata coklat hazelnut, wajah oval, dan berhidung mancung. Kulitnya berwarna putih cerah. Keseluruhannya, dia tampak familiar.

Yang aku tahu, dia memang dari angkatan akhir yang cukup populer. Pantas saja bila Venezia mengatakan dia senior.

Dia tersenyum kepadaku. "Hei, kau baik-baik saja, kan?" Tanyanya, nadanya ramah.

"Lumayan. Terima kasih sudah membantuku, senior." Ucapku dengan nada lemah. Dia mengganguk.

"Mau berdiri? Aku bisa membantumu berjalan hingga pinggir lapangan." Tawarnya.

Aku menggeleng, berusaha berdiri sendiri "Tidak perl..." tiba-tiba kakiku kehilangan keseimbangan, dan nyaris terjatuh kalau dia tidak cepat meraih lenganku.

Dia menggeleng sambil berdecak. "Jangan keras kepala, aku tahu kau masih belum pulih benar. Setidaknya, biarkan aku mengantarmu sampai pinggir lapangan." ucapnya.

Fallen Sapphire Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang