"Lama sekali." Gerutu Jessie saat aku sampai di lapangan parkir. Kulihat jam tanganku. Jam 5 kurang 10 menit. Dia, Nancy, dan Autumn sudah menungguku sekitar setengah jam.
Aku nyengir "Maaf, tadi aku mandi dulu." Kilahku. Jessie cuma menggerutu sedangkan Nancy dan Autumn mengganguk "Ayo, berangkat. Nance, mau ikut mobil siapa?" Tanya Autumn, sambil menatap Nancy.
Nancy tampak menimbang sebentar "Clare saja, kau sama Jessie,kan?" Autumn mengganguk. Kami segera menaiki mobil masing-masing. Aku dengan Nancy, Jessie dengan Autumn. Kami langsung meninggalkan lapangan parkir menuju City Village.
***
Kami memarkir mobil di Red Chili Pepper's Cafè, cafe yang lumayan elite di City Village karena bergaya modern-vintage di pinggir danau Aries yang bersih dan cantik.
"Nanti saja pulang kita baru nongkrong. Sekarang kita ke mall dulu." Ajak Jessie menarik tanganku setelah kami turun. Kami pun berjalan mengikuti Jessie yang berjalan menuju Metropolis Town Mall.
Asyiknya hang-out bersama mereka. Disana aku nyaris lupa dengan semua permasalahanku yang sebenarnya ku pendam lama. Jessie mengajak kami ke departemen store, dan dia membeli dua celana jeans dan satu atasan. Nancy membeli satu atasan dan satu cardigan sedangkan aku dan Autumn hanya melihat-lihat serta membantu mereka mencari pakaian yang mereka inginkan.
Setelah itu, kami menuju Arcade dan bermain Dance-Dance Revolution sebentar. Aku melawan Autumn yang tampaknya bisa membuat kakinya berdiri di empat spot sedangkan aku seperti orang ayan. Lalu kami membeli orange juice di resto fast-food karena kami haus sekali.
Kami berkeliling sekitar Metropolis, dan aku membeli satu atasan di C's Closet karena sangat chic namun vintage dengan harga yang lumayan oke.
Akhirnya, perjalanan kami berakhir di konter Make-Up setelah Autumn berhasil menemukan warna eye-shadow yang selama ini dia cari "Warna ini sangat cocok dengan warna mataku" katanya saat mencobanya. Jessie, Nancy, dan aku pun menggangguk setuju. Mata Autumn memang tampak lebih bersinar dan lebih besar dengan warna kulitnya yang juga coklat manis.
Autumn mengibaskan rambut hitamnya kepunggung "Ayo, guys. Kita ke RCP's (Red Chili Pepper's Cafè)" ajaknya.
Setelah menaruh barang dulu di mobil, kami nongkrong di RCP's. Karena ini hari Jumat malam, jadi agak ramai. Kami memilih tempat tepat di luar, langsung dengan pemandangan danau Aries yang berkelap-kelip karena lampu sekitar danau dan jembatan bebas hambatan City Village.
"Mau pesan apa?" Tanya pelayan RCP's saat kami duduk. Jessie denganku, dan Autumn dengan Nancy "Aku BLT Salad, dan Apple Juice." Pinta Jessie "Aku tom-yam, dengan lemonade." Pinta Autumn "Fried Chicken with Fried Potatoes and Coleslaw dan Diet Coke." Pintaku "Beef Burger with Double Cheese dan Diet Coke" pinta Nancy.
Pelayan itu segera menulis semua pesanan kami dengan cepat "Baik, mohon ditunggu sebentar. Trima kasih." Ucapnya lalu berlalu.
Kami mengganguk, lalu mulai mengobrol dengan seru. Segalanya, dari gosip, cowok, fashion, family. Segalanya.
Kecuali untukku, karna ada satu hal yang tidak akan pernah kusebut-sebut.
Makanan kami datang tepat setelah 20 menit. Pelayan itu segera meletakkan makanan yang kami pesan di hadapan kami beserta alat makannya.
"Terima kasih, selamat menikmati." Ujarnya sambil berlalu. Aku memandangi alat makanku berupa sendok dan garpu.
Harusnya sih pisau pikirku sambil menangkat sendok itu.
Tiba-tiba saja, entah bagaimana. Detik kemudian sendok itu seperti berpijar sedikit dengan warna-warna pelangi pastel lalu berubah menjadi pisau makan.
Aku shock.
Segera kujatuhkan pisau itu dari tanganku ke meja dengan bunyi klontang! keras dan sedikit memekik kaget yang membuat orang-orang disekitarku menengok kepada kami.
Yang lain menatapku heran "Kau kenapa?" Tanya Autumn bingung. Kuangkat lagi pisau yang tadi berupa sendok "Sendok ini berubah menjadi pisau!" Seruku dengan nada shock berat.
Semuanya menatapku seperti aku orang gila. Jessie menggeleng "Kau berhalusinasi, Clare. Dari tadi yang kau pegang pisau kok." Ucap Jessie menenangkan.
Apa?
Benarkah?
"Tidak aku yakin.." namun kata-kataku dipotong oleh Nancy "Dia benar, Jes. Aku juga melihat tadi itu sendok lalu saat terjatuh tadi tiba-tiba menjadi pisau." Ucap Nancy, entah karena membelaku atau dia memang melihat hal yang sama denganku.
Autumn menggeleng, Jessie mengibaskan rambut pirang pucatnya ke belakang telinganya "Sudahlah kalian hanya berhalusinasi. Bisakah kalian makan dengan tenang?" Pintanya, kesal.
Kami mengganguk dan mulai makan. Kecuali aku, yang mencoba makan walau hatiku takut sekali memegang pisau -atau sendok, terserah- namun kupaksakan diriku tetap makan.
Setelah makan, kami memesan ice cream and sorbet. Nancy memesan Strawberry Vanilla ice cream with Chocolate Sauce, aku Blueberry sorbet with Slice Almond and Simple Syrup, Autum Chocolate Choco Chip ice cream dan Lime Sorbet. Sedangkan Jessie Banana Passion Fruit Sorbet.
Kali ini pesanan kami datang lebih cepat. Kupandangi sendok dessertku yang tampak kecil.
Seandainya lebih besar pikirku.
Dan kejadian itu terulang lagi. Sendok nya berkilau dengan warna pelangi pastel, lalu detik kemudian ukurannya pas seperti yang aku mau.
"GUYS LIHAT!" seruku sambil mengancungkan sendok itu. Semuanya menatapku dengan tatapan setuju bahwa aku harus dibawa ke rumah sakit jiwa.
"Wow, kau beruntung mendapat sendok yang lebih besar daripada punyaku" ucap Autumn sambil mengancungkan sendok kecil yang tadinya juga berada di tanganku.
"Kau beruntung, mungkin kita harus meminta yang sebesarmu, Clare." Kata Jessie setuju dengan Autumn.
Hanya Nancy menatapku intens lalu berkata "Matamu berkilau, Clare." Ucapnya membuat kami bertiga terkejut, Autumn dan Jessie langsung menatap-natapi mataku "Mana, mana?" Tanya Jessie heboh, menarik wajahku padanya.
"Tadi.." Nancy memutar bola matanya, nadanya datar "Matanya berkilau, berwarna pelangi pucat diakhiri dengan biru saphire gelap. Lalu menghilang. Hanya 1 detik semuanya itu." Lanjutnya.
"Sepertinya kalian sakit." Gerutu Autumn. Memegang pelipis Nancy "Lebih baik kita pulang setelah ini. Mungkin kita semua lelah setelah pengambilan nilai dan ulangan. Lagipula sudah pukul setengah 10." ucap Autumn.
Kami setuju. Kami membayar pesanan kami lalu berjalan menuju lapangan parkir. Kali ini Nancy pulang bersama Autumn dan Jessie setelah mengambil barangnya di mobilku. "Hati-hati guys." Seruku saat kami akan berpisah jalan. Mereka melambai dari mobil lalu kami berpisah.
Kupikirkan kata-kata Nancy yang terakhir.
"Tadi matanya berkilau, berwarna pelangi pucat diakhiri dengan biru safir gelap. Lalu menghilang. Hanya 1 detik semuanya itu"
Aku tahu apa yang harus kulakukan.
Aku perlu penjelasan.
Segera kupacu mobilku secepat yang kubisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fallen Sapphire
Fantasy(SEDANG DALAM PROSES REPOST) Fallen Sapphire series : * FALLEN SAPPHIRE - book 1 ** Golden Emerald - book 2 Bagaimana jika kau terlahir dalam keluarga yang berbeda? Jika sebenarnya kau ditakdirkan bukan menjadi remaja normal? Jika sebenarnya kau mem...