Aku bangun lebih cepat daripada biasanya.
1 menit tepat sebelum alarmku berbunyi.
Keadaan sekitarku sunyi, belum ada tanda-tanda Zoe akan menyalak atau ibuku akan membangunkanku.
Aku berasa seperti orang mati.
Aku ingin beranjak dari kasur, namun kepalaku terasa berat. Seperti bongkahan batu bata yang di letakan di atas kepalaku, efek kurang tidur.
Suara alarm pun memecah heningnya kamar, tanganku reflek dengan cepat mematikan alarm itu sebelum kepalaku semakin pusing.
Akhirnya, aku memutuskan untuk segera mandi, mungkin air hangat di pagi hari dapat menyegarkan pikiranku.
Ku raih handuk dari belakang pintu kamar, kulangkahkan kakiku menuju kamar mandi. Kunyalakan air dari pancuran, rasa air hangat pun perlahan terasa membasuh tubuhku. Bisa kurasakan otot-otot tubuhku melemas, lebih rileks.
Setelah selesai mandi, kubalutkan handuk ke tubuh dan beranjak keluar kamar mandi menuju kamarku. Kukenakan pakaian santai. -kaos lengan pendek berwarna putih, jeans biru muda, sepatu kets hitam-.
Kuikat rambutku dengan gaya kuncir kuda. Chic dan simpel buatku.
Aroma sirup maple merasuki penciumanku, aku tahu ibuku pasti membuat panekuk manis pagi ini. Segera ku jinjing tasku lalu berjalan turun.
"Morning, sunshine." Sapa ibuku hangat dari depan kompor. "Tumben sekali dirimu bangun lebih cepat." Tambahnya.
Aku cuma tersenyum tipis. “Pagi juga, bu.” sapaku balik, mengecup pipinya lembut lalu berjalan menuju sisi meja.
Ibuku mengangkat sebelah alis. Menatapku heran. "Kopi? Sungguh? Tidak biasanya, Clare." Tegur ibuku saat dia melihatku menuangkan kopi ke cangkir keramik.
Aku hanya mengangkat bahu. “Yeah,aku sedang ingin saja.” jawabku lalu menambahkan dua sendok teh gula dan sebungkus krimer.
"Terima kasih, bu." ucapku saat ibuku menyodorkan sepiring panekuk saus maple dengan irisan pisang, buah beri, kacang Almond, dan mentega. Aku duduk di salah satu kursi sambil meletakkan kopi di sisi piring.
"Sama-sama, sayang." Jawab ibuku sambil mengusap rambutku lembut lalu berjalan kearah kompor, meneruskan kegiatannya.
Aku meraih garpuku, mulai memotong panekuk milikku menjadi potongan kecil. Aku makan dengan gerakan perlahan, nyaris lambat.
"Aku berangkat.." Seruku setelah mencuci piring dan mengambil daftar belanja di nakas. "Hati-hati, sayang!" Kudengar suara jawaban ibuku dari dalam rumah. Kulangkahkan kakiku keluar teras, menuju mobil.
“Aku pergi dulu, kakek!” seruku sambil berjalan melewati kebun, kulihat anggukan kakekku lalu beliau kembali melakukan kegiatannya di petak buah tomat.
Kuhelakan napas panjang sejenak, lalu beranjak masuk ke dalam mobil. Ku nyalakan mesin, dan mobil mulai meninggalkan halaman.
Bisa kurasakan tatapan ibuku dari lantai atas, mengikutiku hingga hilang di ujung jalan.
***
"Hei, Clare? Hello?" Jessie melambai-lambaikan tangan di depan wajahku. Aku mengerjapkan mata, terkejut.
“Eh, ada apa?” tanyaku. Jessie menatapku dengan tatapan meneliti. "Kau kenapa, sih? Kau agak berbeda pagi ini." tanyanya balik, raut wajahnya tampak khawatir.
Kami sedang di gimnasium bersama Mr. Morrow, salah satu guru olahraga sekolah kami. Gimnasium tampak penuh, karena kelas dari tingkat akhir ikut bermain juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fallen Sapphire
Fantasi(SEDANG DALAM PROSES REPOST) Fallen Sapphire series : * FALLEN SAPPHIRE - book 1 ** Golden Emerald - book 2 Bagaimana jika kau terlahir dalam keluarga yang berbeda? Jika sebenarnya kau ditakdirkan bukan menjadi remaja normal? Jika sebenarnya kau mem...