Esok paginya, aku pergi menuju City Village lagi. Bedanya aku bukan untuk berbelanja.
Aku memarkir mobil di lobby perpustakaan kota disana. Menurut jadwal yang kudapat, seharusnya jam 8 sudah buka.
Kulihat jam tanganku, pukul 8.25.
Bagus
Aku membawa tas ransel kecilku, dan sebotol Guava Juice lalu melangkahkan kaki masuk ke perpustakaan kota.
Suasana perpusatakaan bisa dibilang sangat sepi. Maklum saja, ini sudah jaman serba sosial-media. Lebih banyak yang memilih mencari lewat situs website dibanding membaca buku.
Namun berhubung buku bacaanku hanya dimiliki di dua tempat : perpustakaan kota dan perpustakaan sekolah, jadi aku harus mencarinya sendiri. Karena buku yang terakhir aku baca memuat bahan yang ingin kucari.
Buku yang berhubungan dengan vampire, penyihir, maupun hal mistis lainnya.
Kulangkahkan kakiku ke salah satu lorong memuatkan buku filosofi maupun sejarah. Aku masih ingat cover buku itu, walaupun aku agak lupa namanya karena menggunakan bahasa yang tidak kukenali.
Akhirnya setelah 30 menit mencari, aku menemukan buku itu. Buku dengan sampul kuno berwarna gading, emas, dan perak. Segera kutarik salah satu kursi dan membuka buku itu.
Bagian pertama memuat tentang vampire. Bagaimana vampire tercipta, sejarahnya, dan cara membunuhnya. Lalu ada lagi tentang penyihir, zombie, malaikat terbuang, nephilim.
Tidak ada satu bagian yang memuat tentang apa yang kurasakan maupun yang aku alami.
Aku mencoba mencari di situs, kulangkahkan kakiku ke bagian komputer. Ku ketik : 'Wanita berjubah hitam' dan yang muncul malah model-model cantik ataupun penyihir-penyihir menyeramkan.
Aku menyerah.
Kumatikan komputer itu lalu ku kembalikan buku itu ke rak nya. Kulangkahkan kakiku keluar perpustakaan, kusipitkan mataku, merasa silau, karena di dalam perpustakaan termasuk remang.
Kulangkahkan kakiku menuju parkiran mobil, berpikir untuk ke Red Chili Pepper's Cafè untuk membeli cokelat panas. Toh, ini masih pagi. Dan aku belum juga sarapan.
Aku menyalakan mobil dan mulai menyetir menuju RCP's yang hanya berbeda 2 blok dari pesputakaan kota.
Kuparkir mobilku tepat di sebelah pintu masuk. RCP's masih sepi, bisa kulihat dari banyak kursi yang kosong. Aku duduk di lantai dua, dari posisiku aku bisa melihat pemandangan lebih jauh dibanding kemarin.
Aku memesan cokelat panas dengan ekstra whipped cream, dan butter croissant. Aku memandangi danau Aries yang berwarna biru cerah terkena pantulan sinar matahari pagi dan jalan bebas hambatan yang cukup padat menjadi latarnya.
"Maaf, permisi. Pesanan anda sudah datang." Ucap seseorang yang suaranya sangat familiar di telingaku. Aku menengok.
Jackson. Berdiri di hadapanku dengan membawa baki berisikan pesananku. Pakaian yang digunakannya pun sangat berbeda. Seperti pegawai RCP's yang lain.
"Oh, hey." Sapanya, agak terkejut "Kau Clare, kan?" Aku tersenyum "Hey, Jack. Sedang apa kau disini?" Tanyaku.
"Bekerja di RCP's setiap liburan." Jawabnya sambil menaruh pesananku di hadapanku, lalu melipat baki itu di bawah lengannya. Dia menunjuk kursi di hadapanku yang kosong "Boleh?" Tanyanya.
Aku menimbangnya sebentar "Memang kau diijinkan bersantai-santai saat bekerja?" Tanyaku balik. Dia cuma mengangkat bahu "RCP's masih sepi. Bila sudah ramai, baru kami tidak boleh bersantai-santai." Jawabnya.
Aku menggangguk "Kalau begitu, silakan." Ucapku sambil mencuil butter croissantku. Dia menarik kursi di hadapanku, lalu duduk. Wajahnya yang tertimpa sinar matahari membuat matanya tampak berbinar.
"Mana teman-temanmu yang lain, Clare?" Tanyanya. "Sedang di rumah. Kemarin kami sehabis jalan-jalan dari City Village juga. Bahkan, kami juga mampir ke RCP's" jawabku.
Dia menatapku "Lalu, mengapa kau kembali lagi?" Tanyanya.
"Aku barusan pergi ke perpustakaan kota. Lalu berpikir untuk kesini, berhubung aku belum sarapan." Jawabkum
"Perpustakaan kota?" Dia mengangkat sebelah alisnya "Sesuatu yang jarang terjadi untuk anak remaja. Untuk apa? Melakukan riset?" Tanyanya, penasaran.
Aku menggangguk "Yeah, melakukan riset.." ucapanku agak terputus. "Riset tentang?" Tanyanya melanjutkan, menungguku menjawab.
Aku agak ragu, antara aku takut dan malu untuk bercerita atau aku tidak mau dianggap gila olehnya.
Namun, tampaknya Jackson orang baik-baik. "Tentang.. hal-hal mistis yang, aku alami." Jawabku, agak terputus-putus. Kuteliti raut wajah Jackson, namun aku tidak menemukan perubahan aneh.
"Oh? Wow. Sungguh mengejutkan. Seperti?" Tanyanya penasaran.
Aku tertawa "Kau janji kepadaku untuk tidak membocorkan rahasiaku kepada siapapun?" Tanyaku menyakinkan. Dia menyilangkan kedua jarinya "Bersumpah" ucapnya.
Aku meneguk cokelat panasku sedikit "Yeah, seperti aku melihat sesosok wanita misterius bergaun hitam legam secara tiba-tiba. Lalu kemarin, aku merasakan apapun yang kupegang dapat berubah sesuai kehendakku." Jelasku.
Dia memandangiku dengan tatapan penasaran, tertarik. Bukannya tatapan orang gila yang pasti kudapati dari teman-temanku. Aku menghela napas lega diam-diam.
"Oh, jadi bukan aku saja yang pernah merasakan hal aneh." Gumamnya.
"Apa? Kau juga pernah?" Tanyaku kaget. Tidak menyangka bila seorang se normal -dan se tampan- Jackson bisa merasakan hal-hal aneh juga.
Dia nyengir "Yeah, namun bukan diikuti sosok wanita misterius. Tapi, bila untukmu kejadianku seperti benda yang jaraknya jauh bisa mendekat kepadaku saat aku menghendakinya termasuk hitungan. Mungkin iya." Ujarnya.
Aku tertawa "Well, itu sungguh.. ajaib" komentarku. Dia ikut tertawa "Janji untuk tidak membocorkan kepada siapapun?" Tanyanya.
Kali ini, aku yang menyilangkan kedua jariku "Seperti rahasiaku ada di tanganmu" janjiku. Dia tampak lega "Yeah, mungkin sama denganmu. Kita tidak mau dianggap gila dan freak, bukan?" Tanyanya, nadanya mengoda.
"Yeah. Duo Freaky" gumamku. Kami tertawa berbaregan. Lalu kudengar suara orang menaiki tangga "Jackson! Kau dipanggil Helly!" Seru orang itu.
"Ada tamu" dia mengeretakan gigi "Sepertinya di bawah sudah ramai. Aku harus pergi." Dia bangkit berdiri "Senang bisa ngobrol denganmu, Clare. Sampai lain waktu." Ucapnya sambil bergegas menuruni tangga.
Aku mengikuti sosoknya hingga menghilang dari pandangan "Senang juga bertemu denganmu, Jackson." Bisikku lalu kembali menatap danau Aries sambil menyeruput cokelat panasku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fallen Sapphire
Fantasy(SEDANG DALAM PROSES REPOST) Fallen Sapphire series : * FALLEN SAPPHIRE - book 1 ** Golden Emerald - book 2 Bagaimana jika kau terlahir dalam keluarga yang berbeda? Jika sebenarnya kau ditakdirkan bukan menjadi remaja normal? Jika sebenarnya kau mem...