"Oh, hey. Kau lagi."
Oh, bagus.
"Yeah, hai." Sapaku dengan nada cool.
"Baiklah, Clare. Ini lawanmu. Jackson, saya minta tolong serius." kata Mr.Morrow, matanya menatap cowok di sebelahku dengan sinis.
"Sir, anda yakin dengan pilihan anda?" Tanyaku pesimis. Maksudku HELLO! Dia COWOK. Tinggi kami saja berbeda sekitar 20 cm. Dia tinggi -tampan, memikat- menjulang sedangkan aku nyaris tertutup olehnya.
Mr.Morrow menatapku heran, kedua alisnya naik "Clare, saya pernah melihat kemampuanmu dalam basket. Bisa dibilang menakjubkan. Saya mau tidak hanya mengambil nilai, namun juga meningkatkan kemampuanmu." Jawab Mr.Morrow lalu berlalu "Saya akan mengambil bola dan buku nilai. Kalian tetap disini." Perintahnya. Kami menggangguk berbarengan.
Setelah Mr. Morrow pergi, dia mendengus "Dasar, guru sok bijak." Gerutunya lalu dia menatapku. Dia mengulurkan tangannya kepadaku "Jackson Calle. Dari kelas 12 A-1." Ucapnya memperkenalkan diri.
Kujabat tangannya, agak kaget ternyata dia senior kelas A-list "Clare McVeddrick, kelas 11 A-2." Ucapku memperkenalkan diri juga.
"Kau yang pernah pingsan waktu itu, kan?" Tanya dia polos. Aku memutar bola mataku, agak malas membahas kejadian itu lagi "Yeah. Kau yang waktu itu menolongku, kan?" Tanyaku balik.
Dia nyengir "Yeah, waktu itu tiba-tiba kau main jatuh saja tepat disebelahku. Aku nyaris saja tidak menangkapmu." Katanya nyengir.
Aku cuma menggeleng "Ingatkan aku untuk pingsan tidak di sebelahmu. Okay, Mr. Calle?" Pintaku sinis. Jackson tertawa "Oh, please. Jangan dengan panggilan itu. Cukup Jack." Tukasnya.
Kudengar suara dribble bola mendekat, Mr. Morrow datang dengan menenteng papan jalannya. Dia berhenti tepat depan kami "Baiklah, ambil posisi kalian." Perintahnya. Kami segera mundur untuk mengambil posisi.
"Siap. Mulai!" Seru Mr.Morrow sambil melempar bola.
Kami mulai bermain.
Aku pertama mendapat bola, kulakukan langkah dribble ringan disekitarnya lalu berusaha mengecohnya.
Ternyata gagal.
Tangannya lebih panjang sehingga bola mudah di curi dariku. Sekarang, aku berusaha merebut bola dari Jackson. Dalam waktu singkat, Jackson berhasil mencetak 2 poin.
"2-0 untuk Jackson!" Seru Mr.Morrow dari pinggir lapangan. Dia menyerahkan bola itu padaku, tersenyum puas.
Permainan dimulai lagi, kali ini aku mulai membaca taktik permainannya. Aku memilih serangan jarak jauh dan lebih definsif karena dia bermain agresif. Aku berusaha menghindari setiap pergerakannya untuk mendekat.
Akhirnya, permainan mulai dikuasai olehku. Walau dia tinggi, tangan kakinya pun panjang, namun aku lebih lincah karena tubuhku ramping.
Mr. Morrow benar. Jackson memang lawan sepadan. Dia tetap memberikan permainan full tanpa memandang bulu -dan itu yang aku suka-.
Permainan berakhir dengan skor menjadi 20-22 dimenangkan olehku berkat Three Point ku dari tengah lapangan. Kami berdua ngos-ngosan, sedangkan Mr.Morrow tampak puas dengan permainan kami.
"Ya, Clare. Hasilnya sangat bagus, dan Jackson, terima kasih untuk bantuannya. Kalian boleh istirahat sebentar lalu pulang." Kata Mr.Morrow sambil membawa bola basket dan papan jalannya. Kami mengganguk, lalu bersamaan berjalan menuju pinggir lapangan.
"Mau?" Dia menawarkan sebotol air mineral dingin kepadaku "Thanks" ucapku sambil menerimanya. Kutegak air mineral itu nyaris hingga setengah.
Jackson duduk di sampingku, tangannya memegang botol air mineral yang lain "Permainanmu bagus." Pujinya. Aku tersenyum "Trims, kau juga. Kau bermain dengan full, tidak memandang aku perempuan jadi harus mengalah." Pujiku balik.
Dia nyengir "Yeah, karena aku diminta oleh Mr. Morrow untuk membantu anak didik juniorku. Ku pikir laki-laki." Ucapnya "Lalu kau muncul, yeah, berhubung aku memang selalu bermain secara full jadi aku tidak memikirkan lawanku perempuan atau laki-laki lagi" jelasnya. Aku menggangguk, tanda mengerti.
Kulihat jam dinding besar yang terpasang di atas langit-langit gimnasium. Pukul empat lebih lima belas.
Aku berdiri "Maaf, aku harus pergi. Ada janji." Kataku.
Jackson mengganguk "Okay, terima kasih untuk permainan tadi." Ucapnya sambil tersenyum. Aku balas tersenyum "Yeah, terima kasih kembali. Kau lawan yang tangguh." Balasku sambil berjalan menuju ruang ganti perempuan.
"Hey, McVeddrick." Panggilnya tiba-tiba tepat sebelum aku menyentuh gagang pintu.
"Apa?"
Dia menatapku lekat-lekat, senyum masih tersungging di bibirnya "Senang berkenalan denganmu" jawabnya.
Aku tersenyum "Senang juga berkenalan denganmu, Jack." Lalu masuk ke ruang ganti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fallen Sapphire
Fantasy(SEDANG DALAM PROSES REPOST) Fallen Sapphire series : * FALLEN SAPPHIRE - book 1 ** Golden Emerald - book 2 Bagaimana jika kau terlahir dalam keluarga yang berbeda? Jika sebenarnya kau ditakdirkan bukan menjadi remaja normal? Jika sebenarnya kau mem...