Izin itu didapatkan setelah Raja Chanyeol mengultimatum bahwa jika terjadi sesuatu yang tak diinginkan pada sang pangeran, maka kepala Jaehyun akan berakhir dengan tebasan pedangnya dengan tangannya sendiri.
Raja Chanyeol menganggap Jaehyun terlalu berani dengan mengajukan permohonan itu sehingga terkesan lancang di matanya.
Dengan setitik kemarahan yang tersulut, Jaehyun berusaha membujuk dengan kalimat-kalimat persuasif. la berkata bahwa Pangeran Doyoung membutuhkan udara segar, agar sang pangeran bisa mempertimbangkan lamaran Raja Choi dengan kepala dingin.
Jaehyun juga bisa berdalih pada sang Raja agar sang pangeran tak perlu dikawal banyak pengawal dan dayang atau dibawa dengan kereta kuda. Sebab itu, akan membuat mereka terlihat mencolok. Jadi, kuda terbaik kerajaan menjadi alternatif lain yang Jaehyun sarankan.
Hingga akhirnya, Raja Chanyeol memberinya izin untuk membawa sang pangeran keluar dengan syarat-syarat tersebut.
. . .
Pangeran Doyoung terduduk nyaman di atas kuda yang berlari cepat melewati gerbang kerajaan, ia benar-benar merasa sangat bersemangat. Sejak tadi, sang pangeran bahkan tak pernah berhenti bertanya dan menunjuk ini-itu, apa saja yang tertangkap oleh pandangan matanya.
"Bagaimana kau bisa membujuk ayahku?" tanya Doyoung dengan sedikit berteriak, karena suaranya teredam oleh angin.
"Melalui beberapa kesepakatan, Pangeran."
"Kesepakatan apa?" Sang pangeran sedikit menoleh kebelakang.
Jaehyun yang sedang memacu kudanya agar berlari tak terlalu kencang pun menunduk. Ingin sekali rasanya ia melepas cadar di wajah sang pangeran agar ia bisa menikmati kecantikannya.
"Anda tak perlu tahu,"
Doyoung tertawa, tawa pertama yang Jaehyun dengar.
"Baiklah, aku tak akan bertanya lagi dan aku berjanji akan bersikap baik."
"Hm, dan berjanjilah untuk beristirahat bila Anda merasa lelah."
"Ya," Doyoung mengangguk mantap.
Jaehyun memacu kuda itu memasuki hutan. Doyoung nampak sangat senang, ia terus menoleh ke kanan dan ke kiri dengan tatapan mata yang berbinar cerah.
Saat tiba di dekat sebuah sungai dengan bebatuan besar, Jaehyun menghentikan laju kudanya. Kedua mata Doyoung membelalak ketika melihat keindahan yang terpangpang di depan matanya.
Kedua tangannya berpegangan pada pundak Jaehyun saat pria itu mengangkat pinggangnya untuk menurunkannya dari atas kuda yang tinggi itu. Kemudian, Jaehyun mengikat tali kekang kudanya ke salah satu pohon di sana. Sementara, Doyoung masih berdiri mematung dengan segala kekaguman yang membelenggu nya.
"Kau sering kemari?"
"Saya seorang pemburu. Hutan adalah rumah kedua saya, Pangeran."
"Wah, pasti menyenangkan sekali melihat ini setiap hari. Aku boleh ke sana?" tunjuk sang pangeran ke arah sungai.
Jaehyun mengangguk. "Saya akan menunggu di sini sambil beristirahat."
Tidak perlu menunggu lama hingga Doyoung tiba di tepi sungai dan mencelupkan kakinya di sana. Jaehyun beranjak untuk duduk di bawah sebuah pohon besar, bersandar dengan tenang di sana, tanpa melepas pengawasannya pada si bayi besar Zayeania.
Sang pangeran terlihat seperti anak kecil. Begitu polos nan menggemaskan. Berbahagia hanya karena bisa memercikkan air ke wajah cantiknya. Oh, sang pangeran memang membuka cadarnya saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZAYEANIA | Jaedo
Fantasy[END] My 3rd Jaedo Fanfiction JH (Dom) DY (Sub) Disclaimer!!! - not true story alias halu! - bxb - m-preg - genre: fantasi (kingdom) - pairing: Jaehyun x Doyoung (Jaedo) - konten dewasa⚠️