#9

2.6K 232 63
                                    

『𝐓𝐡𝐞 𝐈𝐬𝐬𝐮𝐞』













































Hal pertama yang disadari Junghwan ketika bangun adalah, ini bukan kamar Jeongwoo. Terlihat jelas di depan matanya, ruangan tempat ia tidur sekarang terasa lebih kosong. Tidak seperti kamar si kakak kelas yang banyak barang dan jajan, sebab ia seringnya menghabiskan waktu disana.

Lamunnya buyar ketika bagian tengkuk dan bahunya diberi banyak kecupan dari belakang. Hembus nafas yang terasa hangat menerpa kulitnya yang tak terjamah kemeja. Sedang satu lengan kekar melingkar apik di perut, mendekapnya erat.

Junghwan memejamkan mata. Meremat lengan kekar yang mendekap ketika merasa dominan di belakangnya menghisap kuat bagian bahu.

"Woo, stop buat hickey."

"Oke. Last."

"Argh!"

Memang benar itu cupangan terakhir. Dan Jeongwoo juga benar-benar melakukannya seakan itu adalah kesempatan terakhir dalam hidup. Menghisap sekaligus menggigit dengan brutal.

"Itu lo bukan buat hickey lagi, bego! Lo makan kulit namanya!"

Jeongwoo terkekeh. Menggumamkan kata maaf, sembari mengeratkan kembali dekapannya dan menyusupkan kepala di tengkuk si adik kelas.

"Kita di kamar lo, btw." Ucap Jeongwoo tiba-tiba. Memecah hening yang hampir membuat Junghwan kembali ke alam mimpi.

"Oohhh.. pantes."

"Kamar sebelah lagi dibersihin ART. Karena gua gak tega bangunin lo, jadi gua gendong aja kesini."

Junghwan terkekeh mendengarnya.
"Wahh.. kuat juga lo ternyata?"

"Ya kalo gak kuat, gak mungkin juga lo bisa ada di kasur seempuk ini. Udah gua jatuhin aja tadi di lantai koridor depan."

Hanya gumaman singkat yang keluar dari mulut Junghwan. Sebelum tiga detik, saat ia menyadari jika pakaian sudah ganti lengkap dari atas hingga bawah. Lekas ia berbalik, menemukan Jeongwoo yang pakaiannya juga sudah berbeda dari malam tadi.

Yang ditatap intens tentu saja kebingungan. Memberikan tatapan balik penuh tanya pada si adik kelas.
"Kenapa deh?" Ucap Jeongwoo pada akhirnya.

"Ini baju gua—"

"Gua yang ganti. Gua lap-in aja badan lo pake air gitu. Lo-nya kebo banget, gila. Gua teriak aja gak bangun."

Jeongwoo mendapat rengutan dari wajah Junghwan. Pemuda manis itu kembali membalikkan badan setelah mendengar penuturannya. Tanpa diketahui Jeongwoo, Junghwan tengah menahan malu sekarang.

"Ya kan gua kecapekan, jadi tidurnya nyenyak." Dapat Junghwan dengar, si kakak kelas tertawa renyah di belakangnya.
"Jeongwoo gua laper." Ceplosnya begitu saja. Niatnya, mengalihkan topik bicara.

"Hm?" Beberapa detik Jeongwoo terdiam. Lalu, menepuk pahanya sendiri.
"Oh.. ya udah gua buatin dulu. Mau apa? Buatan gua atau mau beli aja?"

Junghwan kembali berbalik menatap si kakak kelas yang sudah turun dari ranjang dan tengah memakai jaketnya.
"Terserah. Penting makan."

"Jangan terserah. Lo bukan cewe, gak ada hak ngomong terserah-terserah begitu."

"Dih! Tapi gua kan pihak bawah!"

Sontak Junghwan menutup mulut rapat-rapat. Menahan nafasnya juga. Sebab tiba-tiba Jeongwoo mendekatkan wajah, hingga hidung mereka bersentuhan. Tangan kiri pemuda tan itu terangkat, menyisir poni Junghwan menyamping.

𝐇𝐨𝐰 𝐭𝐨 𝐅𝐚𝐥𝐥𝐢𝐧' 𝐢𝐧 𝟑𝟎 𝐝𝐚𝐲𝐬Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang