『𝐃𝐞𝐥𝐚𝐩𝐚𝐧 𝐁𝐞𝐥𝐚𝐬』
Di menit ke 57 dari jarum pendek di angka 11 malam, Jeongwoo masih setia terjaga. Duduk di pinggir jendela apartemennya, dengan mulut yang tak henti menghembuskan asap vape. Dering handphone yang entah berapa kali terdengar tak dihiraukan barang sekali. Sudah hafal, jika itu dari sang ayah yang menyuruh untuk segera pulang ke rumah utama.
Jemarinya sibuk memainkan handphone-nya yang lain. Menunggu pergantian hari untuk menyambut hari spesial si manis kesayangannya. Bahkan, hanya membayangkan saja sudah mampu membuatnya senyum tak henti sedari tadi. Jika teman-temannya melihat, pasti akan dikata gila.
Tepat saat alarm pengingat muncul di layar ponselnya, dengan sesegera mungkin pula jemarinya men-dial nomor si manis. Dengan tak sabaran menunggu telfonnya diangkat dan mendengar nada kejut dari seberang sana.
"Jeongwoo? Ada apa malem-malem telfon?" Suara di seberang sana terdengar memekik tertahan. Membuat Jeongwoo terkekeh.
"Happy eighteenth years old, sweetheart."
"Ha?"
"Lo kok jadi bolot begini sih?"
Decakan terdengar dari lawan bicara.
"Bukan gitu! Masalahnya gua kaget aja. Lo tiba-tiba langsung ngomong itu.""Belum tidur, ya?"
"Belum bisa."
"Padahal gua bayanginnya, lo ngangkat telfon gua masih setengah ngantuk. Suaranya serek. Terus pas denger suara gua kayak, 'loh? Jeongwoo?'. Gitu."
Junghwan, yang ada di balik telfon Jeongwoo tersenyum tipis. Mengubah posisi tubuh menjadi menghadap jendela yang sengaja tak pernah ditutup tirainya.
"Makasih, Woo."Asap vape sempat dihembuskan Jeongwoo, sebelum menyahut si manis.
"Makasih kembali, Jung.""Kenapa makasih kembali?" Dahi Junghwan mengernyit. Merasa tak ada suatu hal yang juga diberikannya pada si kakak kelas, hingga pantas diberi ucapan terimakasih juga.
"Makasih aja. Makasih udah hadir di bumi. Makasih udah dapet takdir buat ketemu sama gua. Makasih udah hidup sampe delapan belas tahun. Karena hal-hal itu, gua bisa ngerasa jadi orang gila paling bahagia akhir-akhir ini."
Terdiam. Junghwan tak mampu lagi membalas kalimat Jeongwoo yang menurutnya salah. Semua yang diucapkan Jeongwoo itu, salah. Sebab sejak awal, pemuda tan itu terlalu menutup mata untuk pahit yang kelak melanda. Terlalu yakin akan sesuatu yang harusnya tak pantas diharap. Park Jeongwoo ini-terlalu bodoh atau berpura-pura bodoh?
"Jung?"
Yang dipanggil mengedip.
"Hm?""Udah ngantuk, ya?"
"Ah. Iya. Suara lo bikin ngantuk." Padahal Junghwan hanya tak ingin membahas hal lebih jauh dengan si kakak kelas.
"Emang cocok banget suara gua jadi pengantar tidur. Cocok lagi kalo suara gua kedenger pas ngucap janji suci bareng lo nanti."
"Jeongwoo-"
Jeongwoo terkekeh. Ia berdiri untuk meletakkan mod vape ke atas nakas. Lantas, merebahkan diri di ranjang dengan kepala bertumpu tangan kanan.
"Ya udah deh. Tidur aja. Bayangin kalo gua lagi meluk lo malem ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐇𝐨𝐰 𝐭𝐨 𝐅𝐚𝐥𝐥𝐢𝐧' 𝐢𝐧 𝟑𝟎 𝐝𝐚𝐲𝐬
Fanfiction➳ Ketika hati sudah menemukan labuh untuk melempar jangkar, maka menariknya kembali adalah hal yang sukar. ༻✦༺ ༻✧༺ ༻✦༺ ⋘ 𝚆𝚘𝚘𝚑𝚠𝚊𝚗 ⋙ 𝐌𝐀𝐓𝐔𝐑𝐄!!!🔞 𝐇𝐀𝐑𝐒𝐇 𝐖𝐎𝐑𝐃𝐒 𝐀𝐆𝐄 𝐒𝐖𝐈𝐓𝐂𝐇 𝐓𝐇𝐈𝐒 𝐁𝐗𝐁 𝐂𝐎𝐍𝐓𝐄𝐍𝐓 𝐁𝐑𝐔𝐇 𝐁𝐄𝐓𝐓𝐄...