『𝐁𝐚𝐝𝐚𝐢 𝐒𝐮𝐝𝐚𝐡 𝐁𝐞𝐫𝐚𝐤𝐡𝐢𝐫』
Derap kaki itu melambat. Seiring netra yang menangkap rumah megah akan digapainya dalam beberapa jangkah. Jeongwoo tiba-tiba terpaku dengan pikirannya sendiri. Kalimat apa yang pantas dikatakan untuk menebus semua kelakuan bodohnya?
Langkahnya tetap mengarah ke depan sana. Memasuki rumah itu dengan mudah, sebab gerbang yang seperti sengaja dibuka. Mungkin memang isyarat Tuhan, agar niatnya tak urung kemudian.
Tangannya terangkat. Dan selanjutnya suara bel yang bergema dari dalam rumah memasuki rungu. Jeongwoo lagi-lagi terpaku. Dia tak melakukan ini terlalu cepat, kan?
Klek.
Pintu dibuka. Belum sempat ada yang terucap dari mulut si tuan rumah, dadanya lebih dahulu bergemuruh kencang. Keduanya sama-sama terdiam, bagai ditahan waktu.
Si tuan rumah mundur beberapa langkah. Menutup mulut yang ternganga, terlihat tak percaya dengan penglihatannya. Lalu, begitu saja air matanya luruh. Dan raungan sarat kesedihan itu mengisi seluruh ruang.
"Ma..."
"Nak, mama udah rela. Tapi kenapa masih sesusah ini ngilangin bayangan kamu?"
Jeongwoo mendekat dan meraih kedua tangan wanita yang melahirkannya itu. Dikecupnya dalam-dalam.
"Ma. Ini Jeongwoo. Park Jeongwoo masih nafas, ma. Mama gak cuma lihat bayangan."Dan dengan begitu, si tuan rumah jatuh terduduk. Tangisnya bagai bendungan dengan dinding rapuh dan roboh. Air mata yang ditahannya berbulan-bulan, menemukan waktu tepat untuk berlomba keluar. Jeongwoo memeluknya. Benar-benar tubuh Park Jeongwoo yang hangat.
"Jeongwoo..." Dipeluknya sang anak lebih erat.
"Maaf, ma. Maaf udah buat mama nangis. Maaf kalau aku jadi anak kurang ajar buat mama. Maaf."
Sedang, derap langkah kaki lain terdengar. June, terburu-buru menuruni tangga sebab mendengar raungan tangis istrinya.
"Rose!"Namun, terpaku di ujung ruang. Saat menangkap sosok lain memeluk sang istri di depan pintu sana. Netranya bersitatap dengan netra sang putra.
Jeongwoo tersenyum sendu, penuh sesal.
"Pa. Maaf, aku baru pulang."Detik setelahnya adalah ketiga raga itu saling merangkul. Berbagi tangis rindu dan haru.
"Jeongwoo. Maaf. Habis ini, papa gak akan maksa kamu lagi. Makasih udah pulang, nak." June mengecup puncak kepala putra semata wayangnya. Ya. Di pelukannya ini, benar-benar sang putra.
"Maaf, pa. Maaf, ma. Maaf buat air mata kalian yang jatuh sia-sia."
Jeongwoo baru tersadar. Bahwa semua kesedihan ini tak akan pernah ada. Jika saja rasa egois tak bersemayam di otak mereka.
✎﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏
"Dia udah pulang."
Senyum tak bisa terelakkan dari wajah Haruto. Ada rasa bergetar dalam dada yang tiba-tiba mendesaknya untuk mengeluarkan air mata.
"Ben, makasih."Diseberang sana, Yoonbin terkekeh.
"Jangan nangis, dong. Gua mau nenangin, tapi lagi gak ada disana.""Ben. Semuanya bakal berakhir sempurna, kan? Adek gua bakal balik lagi, kan? Junghwan bakalan senyum lagi, kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐇𝐨𝐰 𝐭𝐨 𝐅𝐚𝐥𝐥𝐢𝐧' 𝐢𝐧 𝟑𝟎 𝐝𝐚𝐲𝐬
Fanfiction➳ Ketika hati sudah menemukan labuh untuk melempar jangkar, maka menariknya kembali adalah hal yang sukar. ༻✦༺ ༻✧༺ ༻✦༺ ⋘ 𝚆𝚘𝚘𝚑𝚠𝚊𝚗 ⋙ 𝐌𝐀𝐓𝐔𝐑𝐄!!!🔞 𝐇𝐀𝐑𝐒𝐇 𝐖𝐎𝐑𝐃𝐒 𝐀𝐆𝐄 𝐒𝐖𝐈𝐓𝐂𝐇 𝐓𝐇𝐈𝐒 𝐁𝐗𝐁 𝐂𝐎𝐍𝐓𝐄𝐍𝐓 𝐁𝐑𝐔𝐇 𝐁𝐄𝐓𝐓𝐄...