Empat

2.1K 148 1
                                    

Aku gak suka basa basi dulu, jadi cuss baca!!

                    Happy Reading

Suasana di kamar Rafil sekarang sangat berisik. Sangat. Sangat. Berisik.  Sampai Rafel dibuat kesal dengannya. Bagainana tidak? Teman-teman mereka berdua pada datang. Bahkan teman yang sering tawuran bersama Rafil pun datang.

Galang sedang mabar dengan Rafil sambil mengabsen seluruh isi kebun binatang. Nando sedang adu bacot dengan Devano. Entah karena apa, tapi itu sudah biasa bagi yang lainnya. Nanti juga akur lagi. Dimas dan yang lainnya sedang menonton TV dengan volume yang keras. Ruang rawat Rafil di ruang VVIP jadi terdapat TV di dalamnya. Sedangkan hanya melihat-lihat saja sambil mengawasi Rafil.

"MAJU DONG FIL! JANGAN DISITU AJA" teriak Galang sambil bermain game di ponsel nya.

"BENTAR DONG INI GUE LAGI NEMBAKIN MUSUH DULU" balas Rafil tak kalah kerasnya juga.

"Jisoo itu maunya sama gue. Bukan sama lo yang mukanya sama persis kek tutup panci"

Nando dan Devano sedang memperebutkan salah satu member dari grup korea selatan yaitu BlackPink. Padahal mau di rebutin kek gimana juga orang halu ya gak bakalan kesampean.

"Sialan lo! Jisoo sama gue ya. Secara kan gue tinggi gak kaya lo boncel"

"WAH NGAJAK GELUD YA LO"

"Lah bukannya kita udah gelud dari tadi ya?"

"Au ah bodo!"

"Kok dia bisa langsung mati gitu aja sih? Padahal cuman kepentok meja doang loh"

Sedangkan geng nya si Dimas sedang membahas adegan di salah satu sinetron yang mereka tonton di TV. Dimana ada sepasang suami istri tengah bertengkar hebat di rumah. Lalu sang suami dengan sengaja mendorong sang istri sampai tersungkur dan kepala sang istri membentur meja dengan keras, sehingga sang istri tewas ditempat. Lalu sang suami kabur karena tidak mau bertanggung jawab.

"Lah emang udah takdirnya sih"

"Tapi kok bisa gituh"

"Nama nya juga sinetron"

"Tapi gue penasaran Anjarr kenapa bisa begitu"

"Udahlah brisik banget lu tinggal nonton aja ribet!"

Tolong Rafel ingin menghilang saja dari sini. Tapi dia ingin menjaga adik nya. Ingin mengusir mereka, tapi Rafil masih punya hati untuk tidak mengusir mereka.

Tadi Rafel menyuruh Widya pulang untuk istirahat. Karena Widya memang sedang kurang enak badan, jadi dia menyuruh sang ibu agar pulang saja.

"AWH!!" pekikan Rafil membuat suasana seketika hening dan mereka baru sadar jika Rafil sedang memegang kepala nya yang terasa sakit.

Rafel langsung berdiri dan menghampiri Rafil yang tengah kesakitan.

"Fil lo kenapa?" tanya Rafel panik dan khawatir.

"K-kepala gue ssh sakit hiks" Rafil menangis karena sudah tak bisa menahan sakit nya.

"SIAPAPUN TOLONG PANGGIL DOKTER" teriak Rafel sambil mendekap tubuh mungil sang adik. Sungguh Rafel ingin ikut menangis saja rasanya, tapi masih bisa ia tahan agar ia bisa menenangkan Rafil.

"Sakit bang hiks" lirih Rafil.

"Tenang ya dek. Bentar lagi dokternya dateng kok"ucap Rafel menenangkan Rafil.

Hingga Rafel tak mendengar suara tangisan adiknya dan merasa pelukannya memberat. Rafil pingsan.

"Dek lo denger gue kan? Dek! Dek! RAFILLO!!" Rafel dibuat semakin panik saat melihat adiknya sudah tak sadarkan diri.

"Tolong semuanya keluar dulu ya. Agar lebih leluasa dalam pemeriksaanya"ucap Dokter Dion yang datang dengan para suster juga Nando yang tadi memanggil Dokter. Semuanya pun keluar dengan raut wajah khawatir.

Rafel berjalan bolak-balik di depan pintu ruang rawat Rafil. Ia merapalkan doa doa untuk Rafil yang dia harap bisa dikabulkan oleh Allah.

Setelah menunggu sekitar 15 menit, akhirnya Dokter Dion keluar.

"Gimana Rafil om?"tanya Rafel.

Dokter Dion tersenyum tipis "Rafil gak papa kok. Cuman sedikit serangan aja pasca benturan itu. Tadi pasti gara-gara main hp terlalu lama jadi kepala nya sakit lagi. Selebihnya udah gak papa kok. Kalo udah baikan lagi besok atau lusa udah bisa pulang"jelas Dokter Dion membuat Rafel bisa menghirup udara dengan tenang.

Author jelasinnya ngasal,, maap keun yee huhuu

"Hahh syukur deh kalo gitu. Makasih ya om udah ngobatin Rafil"ucap Rafel dengan raut wajah tenang.

Dokter Dion menepuk pelan bahu Rafel seraya tersenyum. "Udah kewajiban om sebagai dokter buat ngobatin pasien nya. Apalagi Rafil tuh udah om anggap kaya anak om sendiri, kamu juga. Jadi udah gak usah bilang makasih lagi sama om" ucap Dokter Dion.

"Yaudah om permisi dulu ya"pamit Dokter Dion yang di angguki Rafel dkk.

"Kalian pulang aja"usir Rafel. Sebenernya gak ngusir juga sih. Tapi karena ini sudah malam dan pasti mereka lelah jadi dia menyuruh teman-teman nya agar pulang saja. Takut merepotkan katanya.

"Lo ngusir kita?"tanya Galang tidak terima dan di angguki yang lain.

Rafel menggeleng "bukan gitu, ini udah malem kalian istirahat di rumah aja"jawab Rafel.

"Tumben banget lo ngomong panjang.  Biasanya irit banget"ucap Dimas sambil menaikan satu alisnya.

Rafel mendengus "kalo gue ngomong nya setengah-setengah lo semua mana paham. Udah sana pulang"usir Rafel sambil mendorong-dorong Dimas dkk.

Teman-teman Rafel misuh misuh sendiri. "Iya-iya ini pulang gak usah dorong dorong juga"

"Titip salam ya buat Rafil bilangin cepet sembuh gitu. Kita pergi dulu"

"Hm"

Setelah itu Rafel masuk ke ruang rawat Rafil dan menidurkan tubuh nya ke sofa dekat brankar dan menutup mata nya menuju mimpi.

__________
Jangan lupa vote dan komen nya ya manteman^o^

Double R [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang