Sebelas

1.6K 100 5
                                    

Sudah hampir 1 jam mereka menunggu Rafil ditangani, namun dokter sama sekali belum keluar. Membuat mereka semakin khawatir.
Widya masih menangis di pelukan sang anak sulung, dan Gavino dia duduk di bangku dengan tatapan kosongnya.

Ceklek

Pintu terbuka dan terlihat seorang dokter keluar dari ak itu. Mereka yang melihat nya pun langsung berdiri dan bertanya. "Gimana keadaan Rafil sekarang?"tanya Widya dengan muka sembabnya.

Dokter Dion menghela nafas berat membuat mereka semakin was was. "Kondisi Rafil tidak bisa dikatakan baik-baik aja. Asma Rafil sudah semakin parah, asma Rafil sudah akut. Dan tadi dia sempat henti nafas tapi tenang saja, karena kami bisa mengembalikan nya. Tapi dia masih harus memakai masker oksigen karena pernafasan nya belum stabil..."jelas dokter Dion panjang lebar membuat ketiga orang itu semakin khawatir.

"Tapi, tadi saya melihat ada lebam tepat di dada Rafil. Apa dada nya terbentur sesuatu?"

__________

Di kamar bernuansa pink ini terlihat seorang gadis sedang duduk di tepi kasur nya sambil menatap foto seseorang di ponsel nya. Padahal jam sudah menunjukan jam 11 malam, tapi dia masih belum tertidur.

"Kok gue jadi kepikiran si Rafil ya? Tapi dia menarik juga sih"gumam Dara sambil menatap foto Rafil di ponsel nya.

Dara tersenyum miring sambil menatap ke arah depan. Dia ingin menelfon Rafil, tapi dia sadar kalau hari sudah larut. Mungkin Rafil sudah tidur. Dan Dara memutuskan untuk tidak menelfon nya. Besok kan mereka sekolah, tentu mereka akan bertemu.

Dara mendesah pelan sambil menaruh ponsel nya di nakas, lalu merebahkan tubuhnya untuk tidur.

__________

Terlihat seorang pemuda berwajah pucat masih memejamkan mata nya dengan masker oksigen yang terpasang apik di wajah nya. Sudah hampir 12 jam, tapi Rafil masih belum membuka mata nya. Membuat keluarga nya resah dan khawatir.

Beberapa jam yang lalu setelah keadaan Rafil mulai membaik, dia di pindahkan ke ruang rawat oleh dokter dan para perawat. Ditemani oleh Gavino, Widya, dan Rafel yang rela membolos demi menunggu adik nya sadar.

Rafel masih mendiamkan sang ayah membuat Gavino semakin merasa menyesal + bersalah. Dia tidak menyangka jika perbuatan nya ini akan memberikan dampak yang buruk untuk sang anak. Bodoh memang.

"Bangun sayang,,hiks mama khawatir ini loh. Maafin mama hiks yang gak becus jagain kamu hiks"Widya terisak sambil menggenggam tangan Rafil yang terbebas dari infus.

"Eunghh" lenguhan tersebut berhasil menyita perhatian orang yang ada di dalam ruangan tersebut.

Rafil mengerjapkan mata nya menyesuaikan cahaya yang masuk ke retina nya. Setelah sadar sepenuhnya, ia melihat keluarga nya yang sedang tersenyum hangat.

Sang ayah dan sang kakak yang tadinya sedang duduk di sofa, berjalan menuju brankar Rafil berada. Gavino memencet tombol darurat di sebelah brankar, bertujuan memanggil dokter.
"Rafil udah bangun? Kamu butuh sesuatu?! Ada yang sakit gak?!"pertanyaan dari sang ibu membuat Rafil sedikit kebingungan. Dia terkekeh sebentar lalu menjawab "hhh nanya nya satu satu dong bingung hhh jawab nya"jawab nya dengan lirih karena nafas nya masih sesak.

"Rafil gak papa kok hhh, Rafil butuh minum"lanjut nya.

Rafel yang peka langsung mengambil kan minum nya di nakas sambil membawa sedotan juga agar mempermudah adik nya minum. Rafil membuka masker oksigen nya sebentar lalu minum dan memasang nya kembali.

"Eunghh makasih"

Rafel mengangguk "masih sesek gak?"ujar nya.

"Sedikit"singkat Rafil.

Double R [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang