18. Sunflower

140 16 58
                                    

Sun berjalan disebuah taman bunga yang dipenuhi dengan bunga matahari. Ia merasa asing dengan tempat ini tapi ia juga merasa pernah ke tempat ini

"Ini dimana?" Tanyanya dalam hati. Ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling, benar ini asing, namun kenapa ini terasa tidak asing.

Tak lama kemudian dia mendengar suara yang memanggil namanya.

"Sania."

Sun celingak-celinguk mencari sumber suara yang memanggilnya. Sampai akhirnya ia menemukan si pemilik suara  dan seseorang yang sangat ia kenal.

"Ibu?"

Sosok yang ia panggil ibu itu menoleh lalu tersenyum pada nya. Sun yang masih tidak percaya, berjalan mendekati wanita yang kini sedang merajut itu. Setelah yakin jika itu adalah sang ibu, Sun berlari memeluk wanita yang sangat ia rindukan itu.

"Ibu kangen."

Wanita itu membalas pelukan Sun, "kamu sekarang udah besar dan cantik."

Sun melepas pelukannya menatap sang ibu. "Aku kangen, ibu pulang ya. Kalo ibu ngga pulang aku ikut ibu aja ya bu."

"Loh kenapa? Kasian Jean loh kalo kamu ikut sama ibu, kakak kamu juga. Apalagi Jaemin dia pasti sedih."

Sun mengeryit, "Ibu kenal Jaemin darimana?"

Wanita itu tersenyum. "Kan ibu ada disini. Di hati Sania juga di hati Jean."

"Tapi ibu kenapa ngga pernah datang?"

Si ibu gemas " kamu udah kuliah tapi kenapa kamu kaya anak SD? Ya sekarang ibu cuma bisa liat kalian dari sana." Tunjuk nya ke langit.

Sun terdiam, ia melupakan fakta jika ibunya kini sudah tidak bersama mereka.

"Mau teh?" Tawar sang ibu.

"Mau, kangen teh buatan ibu."

"Ayo kesana." Ia mengajak Sun ke sebuah kursi yang tak jauh dari mereka. "Kamu tunggu ya."

Sun tersadar ini tempat apa. Ini adalah lahan milik ibu mereka yang rencananya akan di tanami bunga matahari, bunga kesukaan ibunya. Tapi ia baru saja sebulan yang lalu kesini, kenapa lahan ini sudah dipenuhi bunga matahari.

Ia pun beranjak dari tempat duduknya, berjalan melihat sekitar. Iya benar ini memang lahan milik ibu. Masih bergelut dengan pikirannya, Sun tiba-tiba mendengar suara Jean yang memanggil nya.

"Sun... Ayo." Ia lalu menoleh kebelakang ternyata ada Jean dan yang lain?

"Ayo sini bis nya mau berangkat." Teriak Nina.

"Heh kutil ayo jangan bengong, nanti ketinggalan." Kata Muti

Masih dilanda kebingungan, kaki Sun melangkah menuju bis yang sebentar lagi akan berangkat, mau kemana memang? Tapi ia belum pamit pada ibu, ia kembali melihat ke tempat dimana ia bertemu sang ibu. Ia melihat ibunya kini kembali membawa nampan yang berisi dua cangkir teh.

"Heh kenapa balik kesana?! Ayo sini." Teriak Jean lagi.

"Tapi ibu-

"Ayo cepat sini!!" Teriak Nana. Ia semakin bingung, terlebih lagi sang ibu tersenyum meminta nya kembali.

"Pamit sama ibu dulu!" Sahut Sun pada akhirnya.

"ENGGAK. JANGAN KEMBALI! SUN!!" Teriak Jean. Tapi sayang gadis itu sudah berlari menuju sang ibu yang merentangkan tangannya.

Sun memeluk erat sang ibu. "Sania pamit ya Bu."

Ibu mengangguk," Iya hati-hati ya sayang. Nanti kita ketemu lagi." Gadis itu mengangguk lalu kembali menuju bis tadi.

Always With You (END) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang