Utang yang Membawa Takdir

21 9 2
                                    

Suara dentuman keras itu telah mengejutkan Lukman. Semula ia mengira suara itu bagian dari mimpi buruknya. Ketika diintip dari sisi jendela, terlihat Manto di depan pintu bersama empat orang di belakangnya, dua orang merupakan anak buahnya, dua lainnya merupakan polisi. Tiga tahun lalu, Manto memberinya pinjaman uang ratusan ribu jumlahnya, saat itu juga Lukman percaya dan yakin benar bahwa uang bernilai besar itu akan membangkitkan kelumpuhan usahanya. Namun siapa sangka keyakinan itu malah menghantarkannya pada situasi seperti sekarang ini.

Tengah malam, Jamila isterinya terbangun oleh suara grusa-grusu yang ditimbulkan Lukman.

"Mau kemana kang?" Sayup-sayup suara Jamila memanggil.

"Dengar, Manto dengan pasukannya berada di luar. Akang akan segera berangkat ke luar kota. Kalau ditanya, katakan saja sudah dua pekan kau menjanda."

Percakapan itu tak bisa diteruskan dengan percintaan. Seandainya terjadi maka itu akan menjadi percintaan mereka yang paling dramatis. Sebelum Lukman berhasil mengeluarkan burung dalam sangkarnya, Manto beserta rombongannya sudah berhasil menembus pintu pertahanan rumah itu. Tentu saja percakapan itu berakhir dengan pelukan kasih sayang serta isak tangis Jamila.

Tiga tahun terlilit utang, tiga tahun pula pasangan Lukman dan Jamila menahan keinginan untuk memiliki buah hati. Anak-anak yang berasal dari keluarga miskin dan serba kekurangan biasanya akan berakhir dengan putus sekolah lalu mengais-ngais lubang sampah untuk mencari keberuntungan. Tetapi selama itu juga, Jamila selalu merasa cukup dengan kehidupan yang ia jalani dalam bahtera rumah tangganya. Lukman termasuk suami yang bertanggung jawab, pekerja keras dan penuh cinta. Bukan Lukman melupakan kewajibannya untuk melunasi utang itu, tetapi seandainya tidak dihitung dengan bunganya, maka harusnya semua perkara sudah selesai, dan kemungkinan sekarang ini Manto dan Lukman bisa duduk di teras rumah sembari menikmati secangkir kopi dibarengi obrolan-obrolan tentang masa lalu.

Dari rerimbun semak belukar di belakang rumah, Lukman berlari dengan beberapa pasang pakaian dalam tasnya. Selama di perjalanan, hatinya tak pernah tenang. Selalu saja wajah isteri kecintaannya itu terbayang-bayang. Ia nyaris tidak pernah berdoa, tetapi sekarang malah terang-terangan menyerahkan segalanya kepada Yang berkuasa. 'Aku bisa saja hidup melarat, asal jangan Mila.' Pintanya dalam hati. 'ya Gusti, ya Tuhanku, lindungilah isteriku.' Pintanya lagi. Permintaan itu disampaikannya dengan khusyuk serta tanpa ragu-ragu.

Beberapa saat kemudian di hadapannya terdapat dua jalan yang saling bersinggungan. Ia kebingungan jalan manakah yang hendak dia tempuh. Jika ia ke arah timur, maka di sana ada sungai yang berbatasan langsung dengan akses menuju kota, sedang jika ke barat, maka di sana ada gugusan perbukitan yang jarang dimasuki manusia, tetapi bukit-bukit itu sementara dapat dijadikan persembunyian yang aman. Tetapi dalam hati, Lukman memilih jalan lain, ia berlari lurus menuju utara. Sebenar-benarnya ia tidak lagi tahu apa yang sedang dia lakukan, ketakutannya menjadikannya hilang akal. Ia tidak mendoakan dirinya sebagaimana ia mendoakan Jamila terus-menerus. Baginya, keselamatan Jamilalah yang paling utama.

Ketakutannya perlahan hilang, ia putuskan berhenti sejenak di balik pohon besar. Saat itu dia mengingat masa-masa indahnya bersama Jamila, perempuan yang ia nikahi karena cinta. Kemudian lagi-lagi ia menyerukan nama Jamila, ia katakan pada Tuhan agar kelak masih bisa bertemu dengan Jamila. Masih dalam keadaan khusyuk berdoa, terdengar suara tembakan tepat di telinganya. Ibarat garputala, ada satu nada mendengung di dalamnya. Ketika disentuh, tangannya turut bersimbah darah. Sayup-sayup terdengar suara.

"Sudah beres, bos."

"Bagaimana dengan isterinya?"

"Beres bos."

Begitulah akhirnya doa-doa yang ia panjatkan menghantarkan Lukman serta isterinya ke surga. Ia berterimakasih, mengatakan bahwa Tuhan memberinya keberuntungan berlipat. Selain utangnya tak lagi perlu ia pikirkan, segera ia juga akan bertemu dengan isterinya, Jamila. 

ZiarahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang