Reinkarnasi: Dewi Multi-Keterampilan Sangat Cantik!

Bab 169

"Aku sudah mengikuti ujian."

Sisi lain tiba-tiba terdiam.

Tidak lama kemudian suara bersemangat Dou Zerui terdengar. "Kaulah yang mendapat tempat pertama dalam pendaftaran independen Universitas Metropolis?"

"Ya."

Dou Zerui tiba-tiba menjadi sunyi lagi.

Zi Yi tidak bisa diganggu untuk mempertahankan panggilan telepon diam dan berkata, "Saya akan menutup telepon jika tidak ada yang lain."

Segera setelah itu, dia menutup telepon.

Di luar hujan deras dengan guntur dan kilat bergulung di langit.

Zi Yi berpikir sejenak dan memutuskan untuk tidur lebih awal.

Namun, di tengah malam, ponselnya yang diletakkan di meja samping tempat tidur tiba-tiba berdering.

Dia duduk, melirik ponselnya, dan mendengus dingin. "Kamu berani masuk ke rumahku bahkan saat hari hujan? Apakah Anda benar-benar berpikir saya adalah target yang baik untuk diganggu? "

Dia mendorong selimut, berjalan ke jendela, membuka tirai, dan melihat hujan badai di luar saat dia dengan cepat menyusun pesan.

[Jika adikmu ada di sekitar, minta dia dan anak buahnya untuk segera mundur lima belas meter dari halamanku."

Dia menunggu tiga menit setelah mengirim pesan dan langsung menekan dua tombol di ponselnya.

Untuk sesaat, penangkal petir di luar dan di dalam halaman diaktifkan secara bersamaan. Guntur guntur dan suara kilat tertarik dalam sekejap.

Dinding halaman telah meledak seperti kembang api saat gemuruh tersebar di mana-mana.

Ada telepon masuk dari pengurus rumah tangga.

Zi Yi melirik 'kembang api' di dinding halaman dan menggesek untuk menjawab. Segera, suara cemas pengurus rumah tangga terdengar. "M-Nona Zi, dinding halaman Anda akan menarik semua kilat di langit. Tolong jangan keluar."

Zi Yi bertanya, "Apakah semua orang sudah bangun?"

"Ya."

Dengan keributan seperti itu, mereka yang bisa terus tidur kemungkinan besar adalah orang mati.

Zi Yi melengkungkan bibirnya dan berkata, "Kalau begitu kalian juga harus memperhatikan. Jangan mendekati tembok dengan cara apa pun dan sebaiknya jangan meninggalkan ruangan."

"Saya mengerti."

Zi Yi menuju ke bawah dengan teleponnya setelah panggilan terputus.

Karena dinding telah menarik garis-garis petir satu demi satu, seluruh halaman tampaknya telah diselimuti medan listrik.

Zi Yi membuka pintu ruang tamu dan memeriksa dinding. Hampir tiga menit kemudian, dia menekan teleponnya.

Penangkal petir dan medan listrik telah menghilang dan keheningan yang menakutkan menyelimuti seluruh halaman.

Di sudut, paviliun yang paling dia sukai dihancurkan.

Zi Yi sangat tertekan. "Ilmu pengetahuan dan teknologi Bumi kuno terlalu jauh tertinggal. Bahkan dengan bahan terbaik, itu tidak mencegah paviliun saya hancur.

"Lupakan saja, aku bisa tetap terkurung di lab penelitian Universitas Metropolis saat sekolah dimulai."

Zi Yi berbalik dan bersiap untuk kembali ke kamarnya untuk melanjutkan tidurnya.

Pada saat itu, ada gerakan besar di luar halamannya dan itu jelas pertarungan.

Zi Yi bukan orang yang usil dan memutuskan untuk berpura-pura seolah-olah dia tidak melihat apa-apa saat dia menutup pintu.

Namun, sebelum dia berhasil menutup pintu, dia mendengar suara keras.

Itu adalah suara bebatuannya yang runtuh.

"Ini terlalu banyak. Beraninya mereka menghancurkan bebatuan saya."

Zi Yi keluar dan berdiri di bawah atap saat dia dengan dingin menatap pria dan wanita bertopeng berpakaian putih yang bertarung di dalam halaman rumahnya.

Wanita berbaju putih itu memiliki sosok kecil, tetapi gerakannya secepat rubah yang licik. Terlepas dari seberapa cepat cambuk itu berada di tangan pria bertopeng itu, itu tidak bisa melukainya sedikit pun.

Saat itu, wanita itu tiba-tiba melihat Zi Yi berdiri di bawah atap.

Dengan sekejap, dia pergi ke arahnya.

Kecepatan wanita itu begitu cepat sampai-sampai dia tampak muncul di hadapan Zi Yi dalam sekejap mata. Zi Yi tidak berhasil bereaksi sama sekali.

Pada saat itu, cambuk mencapainya dan melingkari pinggangnya sementara cambuk itu mengangkatnya ke arah halaman.

Hujan deras mengguyur seluruh tubuhnya dalam sekejap.

Suara rendah pria bertopeng itu terdengar di telinganya. "Temukan tempat untuk bersembunyi."