4. Tidak Ada yang Kembali dari Jejaknya

314 64 6
                                    

-oOo-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-oOo-

HUJAN menghunjam jendela rumah Bu Garwita seperti gempuran tombak yang liar. Senja menatap ngeri pada langit yang berselimut kelabu di luar. Hatinya dikuliti perasaan khawatir karena sampai pukul setengah tiga sore, keponakannya Ganesh belum kunjung pulang.

Tadi siang, sehabis pulang kerja dari Wiramart, Senja sudah mendatangi sekolah Ganesh dan menanyakan kepada guru dan teman-temannya keberadaan bocah laki-laki itu. Beberapa di antara mereka menjawab bahwa sejak pukul dua belas siang, Ganesh pulang bersama sahabatnya yang bernama Hita. Akan tetapi, sampai hujan meradang ganas begini, jejak dua anak itu tidak kelihatan. Ke mana bocah tengil itu pergi?

Tantenya pasti marah besar pada Ganeh kalau sampai anak itu pulang terlalu sore, apalagi sambil kehujanan. Senja tak masalah, sih, kalau Ganesh disemprot karena kesalahannya, tetapi kemungkaran Bu Garwita bakalan mengubah suasana rumah―tegang, panas, seperti satu ruangan dengan singa yang mengamuk. Dan, Senja tak mau hari-hari kunjungannya di desa Jayastu malah tidak nyaman karena ulah Ganesh yang kelewat bandel.

Sudahlah, berhenti mengeluh. Biar bagaimanapun, Ganesh masih bocah berumur delapan tahun. Walaupun desa ini adalah kawasan yang sangat dihafal Ganesh, Senja tidak bisa membiarkan adiknya keluyuran terus dan tidak tahu waktu.

Dia memutuskan mencari Ganesh lagi.

Gadis itu menuju garasi untuk mengambil mantel hujan. Senja sudah hendak memasukkan kepalanya ke lubang mantel ketika mendadak saja sesuatu menghentikannya―suara nyaring gerbang rumah yang digeser dari luar. Seseorang datang. Gadis itu buru-buru melepas mantel dan mengintip dari lubang garasi.

"GANESH!" Teriakan murka Senja membuat bocah yang baru menaiki teras rumah itu terlonjat kaget.

Wajah Ganesh tersembunyi di balik mantel biru yang dipakainya, tetapi jelas dia merasa gemetar takut saat melihat tantenya (atau Mbak Senja, begitu paksaan Senja untuk memanggilnya) keluar dari garasi dan langsung menghampirinya dengan gedebuk-gedebuk langkah penuh kemarahan.

Senja menuntutnya dengan pertanyaan; "Kamu dari mana aja?"

"Da-dari sekolah, Mbak...."

"Bohong!" semprot Senja. "Mbak tadi jemput kamu ke sekolah, tapi kamunya enggak ada. Dicariin ke mana-mana juga enggak ada. Ayo cepet jujur. Kalau enggak, kubilangin ibumu, loh, ya!"

"Iya, iyaaaa!" Ganesh merengut menyesal. Sambil melepas mantel basah kuyupnya dari tubuh, anak itu menjawab, "Tadi aku nemenin Hita, Mbak. Kami nyari Inaw di mana-mana."

"Inaw?"

"Kucingnya Hita. Dari kemarin si Inaw enggak pulang. Kata abangnya, Inaw mungkin lagi nyari betina karena sekarang musim kawin, tapi Hita enggak mau nunggu lama-lama. Makanya kita cari langsung."

Senja merebut mantel yang basah kuyup dan membantu anak itu mengibas-ngibaskannya di udara. Kemarahannya cepat sekali surut lantaran Senja langsung diliputi khawatir tentang Hita. Jadi kemarin Mas Daru sembunyi-sembunyi membuang Inaw? Astaga, apa yang ada di pikiran abangnya, sih? Hita pasti akan kecewa berat karena abangnya sendiri yang merampas binatang peliharaannya.

𝐃𝐀𝐑𝐔𝐇𝐈𝐓𝐀Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang