Prolog: Hujan dan Pertemuan

899 126 10
                                    

-oOo-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-oOo-

CAHAYA pada hari itu tampak suram dan kabur, sementara ranting pohon-pohon di sekeliling jalan bergoyang dilatari hujan lebat. Ada kilat yang menyambar ketika Daru membelokkan langkah dan berteduh di pelataran teras toko yang sudah tutup. Pemuda itu tengadah menatap langit seraya mengibaskan pakaiannya yang basah.

"Mas tadi baru buang sesuatu, kan?"

Terkejut mendengar pertanyaan itu, Daru berpaling ke samping dan melihat seorang gadis yang mengenakan mantel hujan berwarna kuning, menatapnya curiga. Wajahnya tidak jelas di latar hujan yang deras dan berkabut, akan tetapi gadis ini memiliki kulit bersih seputih susu, seolah dia bukanlah masyarakat lokal dari desa ini.

Dia mendesak lagi, "Sebelum datang ke sini, aku tadi lihat Mas bawa karung yang isinya gerak-gerak. Pasti habis buang sesuatu, kan? Antara anjing atau kucing. Di mana Mas lepas dia?"

"Bukan urusan, Mbak," kata Daru dengan risi.

"Apa susahnya sih jawab pertanyaanku? Aku enggak akan nyuruh Mas ambil kembali binatang itu. Biar aku aja yang pelihara."

Ketidaknyamanan Daru semakin terusik. Gadis satu ini sangat aneh. Kenapa dia membentak-bentak orang yang tidak dikenal? Seumur hidupnya, baru kali ini Daru melihat orang asing datang kepadanya dan mencampuri urusannya sambil heboh marah-marah, padahal gadis ini tidak tahu apa yang terjadi.

"Hei, Mas!"

"Mau saya buang kek, saya pukulin kek, Mbak enggak usah ikut campur."

Rahang gadis itu jatuh karena terkejut. "Mas hati-hati ya kalau ngomong. Saya bisa viralin kelakuan Mas lewat sosmed. Mas pikir di dunia ini enggak ada yang peduli kalau Mas melakukan kekerasan ke binatang?"

Pemuda itu mendekati sang gadis dengan gelagat sedingin mungkin. Tubuh Daru yang jangkung dan lebih besar membuat gadis itu semakin ciut―terlihat dari tampangnya yang waspada dan matanya yang membelalak tegang.

"Coba aja kalau berani. Memang Mbak punya bukti kalau saya habis buang binatang atau melakukan kekerasan?"

Angin badai tahu-tahu menabrak seng atap pertokoan, menimbulkan bunyi kencang di antara ranting pohon yang jatuh dan berterbangan. Gadis itu memekik karena kaget, tetapi Daru yang memperhatikan tingkahnya tidak membuat ekspresi apa-apa selain menatap tanpa berkedip.

Selama beberapa detik, tidak ada yang berbicara di antara mereka. Namun sejurus kemudian, sang gadis berteriak memprotes sebelum berlari menembus hujan; "Dasar orang jahat! Kusumpahin hidupmu sengsara!"

Daru hanya memandangi punggung orang asing itu yang mengecil, sampai akhirnya ditelan tirai hujan.

Cewek aneh.[]

-oOo-

.

.

.

.

A/n

Halo, para warga Wattpad yang berbahagia. Kali ini aku membawakan kembali cerita yang tempo lalu kuunpub. Draf ketiga ini sudah aku revisi yaa. Enggak banyak sih revisinya, tapi setidaknya sudah jauh lebih rapi dari kemarin, dan ada perubahan adegan tipis-tipis khususnya di 1-2 chapter awal (ending tetep sama, tenang aja!)

Cerita ini akan update hari. Selamat menikmati!


𝐃𝐀𝐑𝐔𝐇𝐈𝐓𝐀Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang