-oOo-
TERIAKAN Hita sore itu akan selamanya menjadi pengingat Senja tentang musibah Daru.
Jantung Senja bertalu kencang ketika mendengar anak perempuan itu meraung sambil memanggil-manggil nama abangnya. Saat Senja memeriksa apa yang terjadi, dia melihat Daru sudah berbaring tak sadarkan diri di lantai kamar mandi. Sementara Hita berlutut di dekatnya, menangis seraya mengguncang-guncang tubuh Daru. Kekhawatiran Senja semakin memuncak ketika melihat seragam sekolah Hita di bagian dada, sampai kedua lengannya belepotan darah.
Kejadian berikutnya terjadi serupa kilasan singkat―atau begitulah yang mampu Senja ingat; dia menelepon rumah sakit, menunggu ambulans datang, lalu berjuang menyeret Daru untuk merebahkannya di karpet ruang tamu. Darah yang belepotan di pakaian dan tangan Hita rupanya berasal dari luka di kening Daru yang terbentur keramik. Senja harusnya tak perlu khawatir, sebab robekan kecil di kepala memang selalu mengucurkan darah lebih banyak dari yang seharusnya, tetapi kondisi Daru yang tidak sadarkan diri membuat apa yang terjadi padanya tampak serius. Selama menanti ambulans, Senja juga harus menenangkan Hita yang menangis menjadi-jadi lantaran ketakutan melihat darah sebanyak itu.
Lima belas menit berikutnya, keadaan tertangani dengan baik. Seorang petugas ambulans memberitahu Senja bahwa luka yang diderita Daru tidak begitu serius, tetapi dia harus dirawat di rumah sakit untuk pemeriksaan lebih lanjut. Selepas kekacauan mereda, tersisalah Senja yang duduk di samping ranjang Daru dalam keadaan letih dan kewalahan. Gadis itu turut memangku Hita yang baru saja bisa tertidur setelah seorang perawat membantu menenangkannya.
"Senja?"
Seruan dari balik tirai yang disibak membuat Senja menoleh. Rupanya Bu Garwita telah datang bersama suaminya. Raut mereka berdua berkilat dengan kecemasan dan prihatin.
"Gimana keadaan Daru?"
"Masih belum sadar. Tapi kata dokter, Mas Daru baik-baik aja." Senja membiarkan Bu Garwita menyela maju untuk melihat sendiri kondisi Daru. Wanita itu menekan pipi Daru dan mengusap plester luka yang menutupi keningnya. Selama beberapa saat, tercipta momen hening di antara keduanya, seolah Bu Garwita mencoba memanggil-manggil Daru dari alam bawah sadar.
Bu Garwita berpaling pada Senja beberapa saat kemudian.
"Kenapa bisa sampai seperti ini?"
"Maaf, Tante," Senja berkata lirih. "Tadi aku kurang awas. Aku lagi beresin baskom kompresan di kamar waktu Hita tahu-tahu teriak. Katanya sebelumnya ada suara keras dari dalam kamar mandi, tapi aku sama sekali enggak denger... andai waktu itu aku ada di dekat Mas Daru, mungkin ... uh...."
"Kamu enggak salah," Bu Garwita menyentuh pundak Senja dan membiarkan gadis itu menyandarkan sisi kepala di perut tantenya. Senja menutup mata, dan setetes air mata merembes ke pipi kanannya―hasil dari rasa lelah yang membengkak dan kekhawatiran yang ditahannya sejak tadi. Bu Garwita yang mendengar isakan Senja langsung mengusap kepala sang puan untuk menenangkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐃𝐀𝐑𝐔𝐇𝐈𝐓𝐀
General Fiction⭐ Follow sebelum membaca ⭐ Reswara Hita, si bocah jail yang punya seribu cara menarik perhatian, selalu mengisi tempat spesial di hati abangnya, Dewandaru. Semuanya berjalan baik-baik saja sampai Daru mengingat rahasia penting mengenai asal-usul Hit...