-oOo-
JAM sudah bergerak di angka tujuh ketika Daru tiba di rumahnya, bersama Senja yang membuntuti di belakang. Selepas pintu dibuka, wajah manis Hita menyambutnya dari dalam.
"Assallamualaikum, Ta," kata Daru seraya melangkah masuk. Begitu Hita membalas salamnya, Daru langsung dikejutkan dengan keadaan ruang tamu yang berantakan―meja lipat dipenuhi krayon dan buku gambar yang sudah dicoret-coret, kabel-kabel pengisi daya terbelit di lantai dan dicampakkan begitu saja, sajadah yang tersingkap, dan mukena yang dibiarkan teronggok seperti kain pel. Inaw bahkan tidur mendengkur di atas mukena tanpa merasa bersalah.
"Kok berantakan gini, Ta?" Daru langsung memunguti apa pun yang bisa segera dibereskan, sementara Hita membalas dengan nada enteng di belakangnya;
"Iya, Mas. Tadi aku kejar-kejaran sama Ganesh. Tuh, anaknya lagi tidur." Lalu jemarinya yang mungil menunjuk gundukan tebal selimut yang berbaring meringkuk di dekat pintu. "Aku suruh pindah ke kamar, enggak mau."
Senja pergi membangunkan Ganesh untuk mengajak anak itu pulang, sementara Daru yang ditinggalkan berdua dengan Hita, langsung bertanya pada anak itu, "Tadi enggak ada orang yang datang ke sini, kan?"
Hita menggeleng. "Enggak, Mas."
"Ada orang yang hubungin kamu di hape?"
"Enggak."
Mendengar jawaban itu, Daru lega. Setidaknya dia tahu Bu Kasmirah tidak berusaha mengusiknya lagi setelah insiden ulang tahun lusa lalu.
Setelah kegiatan bersih-bersih kilat selesai, Senja sudah bersiap pulang bersama Ganesh, yang tampaknya masih ngantuk berat dan loyo. Anak laki-laki itu menggosok-gosok mata sambil menguap lebar, tak memedulikan kebawelan Senja yang sejak tadi repot sendiri membereskan barang-barangnya, "Kamu ini semenjak ada aku jadi tambah males, ya, Nesh. Apa-apa harus dibantuin. Ke mana-mana minta dianter, kalau tidur telat terus, dan bangunnya kesiangan."
"Itu artinya Ganesh nyaman kalau ada Mbak Senja," Daru menanggapi sambil tersenyum samar. Dia lantas membantu Ganesh merapikan kerah jaket yang dikenakannya, "Iya, kan, Nesh? Coba dulu sebelum ada Mbak Senja, kamu kan rada kesusahan kalau mau ke mana-mana. Harus nungguin bapaknya pulang kerja dulu. Palingan mainnya kalau enggak di rumah ya di toko."
Ganesh mengangguk-angguk sambil mencebikkan bibir. Senja yang gemas langsung mencubit bibir keponakannya yang maju. Setelah puas, dia mendorong Ganesh lembut ke pintu keluar. Gadis itu menyempatkan diri mendongak pada Daru.
"Makasih ya, Mas. Maafin Ganesh karena rumahnya jadi berantakan."
"Enggak papa, Mbak. Yang penting enggak sampai kebakaran," kata Daru, lalu Senja mendengkus tertawa.
"Mas istirahat yang baik, ya. Jangan sampai kayak tadi lagi. Aku pulang dulu, assallamualaikum."
Selepas menjawab salamnya, Daru memperhatikan punggung Senja dan Ganesh yang keluar dari pintu dan menaiki sepeda untuk pulang. Pemuda itu masih berdiri mematung sampai Hita mengguncang-guncang pakaiannya, "Mas, Mas, emangnya tadi kenapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐃𝐀𝐑𝐔𝐇𝐈𝐓𝐀
Ficción General⭐ Follow sebelum membaca ⭐ Reswara Hita, si bocah jail yang punya seribu cara menarik perhatian, selalu mengisi tempat spesial di hati abangnya, Dewandaru. Semuanya berjalan baik-baik saja sampai Daru mengingat rahasia penting mengenai asal-usul Hit...