Bag 8

0 0 0
                                    

Hari senin. Saatnya kembali ke dunia kerja. Aku sudah bangun dari pukul 5 subuh. Melaksanakan sholat subuh, Mandi, Lalu membuat sarapan dan berujung sarapan bareng dengan si dugun-dugun ini. Sheina maksudnya. Aku hanya membuat nasi goreng, mau bikin sandwich tapi mager.

Menjalankan aktivitas seperti biasanya. Aku berangkat kerja bareng sama Sheina. Pukul setengah 7 aku berangkat. Kali ini Aku yang nyetir. Pulang nanti Sheina yang nyetir. Gantian kata Sheina, biar adil. Padahal Dia punya mobil sendiri, tapi kata dia enakan numpang. Memang aneh.

Aku juga tidak pernah masalahkan soal itu. Kita harus simbiosis mutualisme. Gaboleh perhitungan. Oiya, jarak dari Apartemen ke Kantor itu ga terlalu jauh. Cuma 30 menitan kalau macet. Kalau lancar jaya cuma 15 menit kayanya.Hari senin. Saatnya kembali ke dunia kerja. Aku sudah bangun dari pukul 5 subuh. Melaksanakan sholat subuh, Mandi, Lalu membuat sarapan dan berujung sarapan bareng dengan si dugun-dugun ini. Sheina maksudnya. Aku hanya membuat nasi goreng, mau bikin sandwich tapi mager.

Menjalankan aktivitas seperti biasanya. Aku berangkat kerja bareng sama Sheina. Pukul setengah 7 aku berangkat. Kali ini Aku yang nyetir. Pulang nanti Sheina yang nyetir. Gantian kata Sheina, biar adil. Padahal Dia punya mobil sendiri, tapi kata dia enakan numpang. Memang aneh.

Aku juga tidak pernah masalahkan soal itu. Kita harus simbiosis mutualisme. Gaboleh perhitungan. Oiya, jarak dari Apartemen ke Kantor itu ga terlalu jauh. Cuma 30 menitan kalau macet. Kalau lancar jaya cuma 15 menit kayanya.

"Shei, Kau mau makan disini atau di Kantor?" Teriakku dari dapur.

"Makan di kantor saja Queen. Aku dapat telfon dari Mr. El. Beliau minta Aku harus menyelesaikan catatan cash flow bulan ini."

"Okey, Akan ku buatkan dua bekal." Aku membuat dua bekal, satu untukku, satu untuk Sheina.

Tak lama kemudian, Sheina keluar dari kamar. Dia sudah rapih, jadi tinggal berangkat.

"Kau sudah membuatkanbekal untukku?" tanya Sheina.

"Sudah dong, Ayo turun. Nanti kita telat."

"Let's Go Baby!" Jawabnya

"Hm." Aku hanya berdehem sebagai jawaban.

Selama perjalanan. Aku dan Sheina selalu bercerita, dari mulai cerita yang gapenting. sampai cerita yang penting. Dia cerita, katanya kemarin di telfon Maminya. Mami bilang, Akan kesini minggu nanti. Ah, rasanya Aku tidak sabar bertemu dengannya.

"Queen, Gio bilang. Dia mau melamarku!" Sheina terpekik senang. Ah, kalau gini juga Aku ikut senang.

"Oh ya? Bagus dong. Kapan Dia akan melamarmu? Apa setelah kalian lamaran, lalu kalian langsung nikah?"

"Setelah dia selesai Cabang ke lima. Sepertinya tidak Queen. Aku masih belum siap untuk menikah. Begitu juga dengan Gio. Dia sedang fokus dengan usahanya. Dia lagi buka Coffeshop cabang ke 5 di Jogja bulan depan nanti."

"Tak apa dong. berarti Gio tidak mau menikah sebelum Dia mapan. Dia tidak mau membuat Kau susah."

"Iya sih, Gapapa lah. Aku juga masih mau bersenang-senang. Bulan depan Aku akan ambil cuti selama seminggu, Kira-kira boleh gak ya?"

"untuk apa kau cuti selama itu Shei."

"Aku akan ikut Gio ke Jogja, Queen. Sekaligus mau mempersiapkan acara lamaraannya."

"Oalah, Coba saja nanti Kau minta izin langsung sama Mr. El."

Sheina hanya berdehem sebagai jawaban. Tak terasa sudah 20 menit berkendara. Sekarang kita sudah sampai di kantor. Memarkirkan mobil di basement. Segera memasuki area kantor. Menaiki lift untuk langsung ke lantai 10.

Tak lupa, Kami menyapa semua karyawan disini. Ya walaupun aku tidak mengenali semua nya. tak jarang Aku melihat tatapan sinis. Aku juga tidak tahu kenapa ada yang melihatku seperti itu. Aku tidak merasa punya salah kepada mereka.

"Shei, Kenapa pada melihatku seperti itu ya? Sinis banget mata mereka." Kata ku.

"Kau tak tahu Queen? Mereka semua iri padamu. Mereka semua sudah lama bekerja disini. Tapi, hanya Kau yang beruntung karna sudah ditunjuk langsung sama si Bos. Untuk menjadi sekertaris sekaligus asisten pribadinya." Jawab Sheina.

"Hanya karna itu? Aku tidak habis fikir. Aku juga tidak mau jadi sekretaris Bos. Tapi, Beliau sendiri yang memerintahkan Aku untuk jadi sekertarisnya. Aku sempat menolaknya. Tapi, Beliau bilang saya tidak suka dibantah. Yasudah dari pada Aku di pecat, cicilan mobil dan rumah belum lunas. Mending Aku nurut saja deh."

Memang, Setelah masa magangku selesai. Lalu di terima bekerja disini. 6 bulan menjadi team marketing digital. Belajar apa saja yang di kerjakan oleh sekertaris, dibantu sama Mba Melani waktu itu. Dia yang awalnya menjabat sebagai sekertaris dikantor ini. Dia baik banget, Ga pelit ilmu. Dia mengajarkan ku bagaimana caranya mennjadi sekertaris yang baik.

Semua Dia ajarkan tidak ada yang terlewat. Sampai pada akhirnya, Mba Mel menikah lalu resign dari sini. Karna tidak diizinkan bekerja sama suaminya. Jadilah, Aku Disuruh menghadap Mr. El. Waktu itu Aku tidak tahu, Aku kira dipanggil ke ruang Bos karna Aku bikin kesalahan.

Ternyata Mr. El memintaku untuk menjadi sekertaris sekaligus asisten pribadinya. Aku sempat heran, karna Aku masih baru disini. Ilmu sekertarisku juga ga seberapa. Tapi, Beliau cuma bilang "ikuti saja perintah saya! Saya tidak suka dibantah!"

Apa dayaku sebagai bawahan selain menuruti omongannya? Aku bersyukur juga sih, belum lulus kuliah sudah dapat kerja enak. Semoga saja bisa jadi karyawan tetap disini.

Aku berpisah dengan Sheina. Karna ruang kerja kami berbeda. Sheina dengan staff accounting yang lainnya. Aku di ruang samping ruang Mr. El.

"Ambil bekal mu Shei! Harus Kau habiskan, Kalau tidak habis. Aku akan marah padamu." Ancam ku padanya

"Ay ay Captain!" Sambil hormat padaku.

Aku meninggalkannya sambil menggelengkan kepala. Ada saja tingkahnya. Sampai diruanganku, Aku segera merapihkan meja. Menyingkirkan yang tidak penting. Mejaku harus leluasa.

Mengecek jadwal meeting hari ini. Fokus dengan kerjaaanku. Menyelesaikan laporan, agar segera ditanda tangani oleh Mr. El.

SyaqueenaWhere stories live. Discover now