06 : mereka gak tau apa-apa

2.1K 277 12
                                    

song | rosie and the originals -
angel baby



Hari ini dan dari sejak Wija memarahi Karin, dia selalu menghindar. Mungkin karena saking kesalnya saja.

Beberapa kali Wija lihat Karin ke rumah, mengantar galon sekaligus di beri wejangan oleh sang bunda tentang dirinya. Waktu dulu Wija nekat turun di gerbang perumahan, Karin dimarahi ayah. Katanya Karin gak bisa njaga Wija, walau sudah di kasih tanggung jawab.



"Dimakan bos. Dilihatin muluuuuu" Ucap Hendery menyikut lengan Wija yang menopang wajahnya.

Wija sedikit memajukan badan, melihat Giselle malah tidur. Padahal mereka lagi di kantin kampus. Yah tidak heran sih, semalam mereka begadang main game.

Sambil mencoba fokus memakan nasi goreng di hadapannya, sayup-sayup Wija dengar suara-suara perempuan dan laki-laki mendekat. Dia lihat dikit, iya rupanya teman-teman satu jurusan. Pantas tidak asing.

Mereka mendekat, meminta ijin ke Wija dan Hendery untuk bergabung satu meja mumpung masih ada sisa kursi banyak.

Awalnya Wija tidak begitu peduli.

Sampai satu topik yang kemudian berakar jadi ke suatu hal yang Wija dengar. "Emang si Karin kerja? Kerja apaan sih? Paling dia pulang tuh cuma ndekem di kamar hahaha"



"Eh Ja, gue denger-denger lo deket sama si Karin ya? Yang kupu-kupu itu"

Salah satu laki-laki menyaut tak percaya. "Heh serius? Karin?"



"Kenapa emang?" Jawab Wija kemudian. Nadanya di usahakan biasa aja, seolah gak tertarik dengan topik ini.

"Ya enggak sih, gak masalah juga kalau lo emang naksir, kalau lo jadi her woman" Bilang si cewek ngelirik bawahan Wija. "Tapi nih ya Ja, lo mikir deh kedepannya. Mau dikasih makan apa lo sama dia hahaha?" Lanjutnya.

"Gue yakin dia juga selama kalian deket pasti tuh anak gak pernah kan ngajak lo pergi ke banyak tempat, emang lo gak bosen apa?" Cewek yang lain ikut memberikan spekulasi.

"Gue sendiri malah heran dia dapet duit darimana kok bisa mbayar kuliah. Maksud gue, dia gak kelihatan kayak orang kelas atas" Dilanjut omongan laki-laki pojokan.

Dalam diam Wija heran, dia merasa marah. Beneran deh. Wija rasanya sudah mendidih. Tapi dia diem aja, gak bisa gerakin mulut atau badannya buat emosi kayak Wija yang temperamen seperti biasa.

Dia tidak tau, dia ini kenapa.



[]



Wija keluar kampus agak lambat padahal kelasnya sudah berakhir lama. Bahkan Giselle Hendery sampai pulang duluan.

Dan entah apa karena penyakit 'tolol' yang dulu Giselle bilang atau apalah, dia pergi tanpa membawa motornya. Alias ninggalin kuda besi miliknya di parkiran.

Milih melangkah gontai ke halte bis sekitaran.



"Kamu gakpapa?"

Mendengar suara asing, Wija melirik sedikit.

Dia tau siapa orang ini. Kakak tingkatnya, sekaligus ketua salah satu organisasi. Seperti biasa tampangnya datar.

"Kamu gakpapa?" Ulangnya lagi.

Wija balik ngelihat bawah. Dia gak kenal, jadi dia merasa tidak perlu menjawab. Namun orang itu malah berdehem. Bilang hal yang Wija gak nanya, "Saya Bagas. Kamu perlu tumpangan pulang?" Jangankan di jawab suara, gerak saja tidak Wija lakukan.

woman • winrinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang