song | masdo - dinda
"Yaelah, baikan napa sih ah. Ngeri nih gue" Protes Hendery karena sedari tadi dua manusia yang sedang main ps gelut itu tidak bicara apapun. Seakan sedang bertengkar hebat, mana sesuai juga dengan game yang mereka mainkan.
Saat Giselle menang, segera dia berdiri. Melompat dan mengata-ngatai Wija yang kalah. Aslinya Wija emosi sih. Tapi buat hari ini ya udah lah ya.
Akhirnya setelah sekian minggu Wija dan Giselle marahan seperti anak kecil, mereka berdua mau bertemu. Karena ajakan dari orang terkedat juga tentunya. Wija yang di nasihati Karin, dan Giselle di nasihati Hendery.
Wija ikut berdiri. Menatap Giselle yang sekarang bersedekap dada.
"Gue..."
"Gak usah panjang-panjang. Satu kata aja" Sela Giselle memunculkan decakan kecil dari Wija.
Dia menggaruk pipinya malu. "Maaf"
Kemudian hela nafas mulai terdengar, Giselle mengangguk dan mendekap Wija sangat erat. Tidak peduli meski Wija melawan dan mengancam bak seperti plankton. Yang Giselle pikir adalah temannya yang keras kepala ini tetaplah temannya.
Hendery terharu, ikut berlari dan memeluk mereka berdua.
"Lain kali jangan mancing-mancing lagi deh ya lo, Ja" Bilang Hendery di balas mantap oleh Wija.
Kini setelah baikan, Giselle langsung membahas satu topik. "Jadi gimana lo sama Karin? Kita udah berminggu-minggu gak saling tukar curhatan nih"
Aslinya pertanyaan ini buat Wija, tapi Hendery udah duluan njawab. "Hih Karin baik banget buset, tapi sayang gak gercep. Wija mah udah direstuin duluan sama bang Bagas. Kayaknya Karin bakal mundur"
Wija memukul perut Hendery. Ucapan temennya bikin panas saja, walau bener.
"Jiaakhh. Tapi berarti bener dong lo naksir Karin?" Goda Giselle membuat wajah Wija seketika merah. Dia geleng-geleng, "Heh deket bukan berarti naksir!"
"Cieee naksir, cieee naksir" Ulang Giselle dan Hendery berkali-kali sambil goyang-goyang.
Wija lari keluar rumah Giselle. Berdecak kesal dan mencoba menghapus semua ingatan yang romantis saat bersama Karin. Memang, mereka jadi lebih dekat. Wija juga tidak lagi se gengsi atau se galak dulu. Tapi kalau dibilang naksir masih malu.
Ponsel di kantongannya bergetar.
Dengan semangat dia buka, siapa tau itu balasan pesan dari Karin yang sudah dia kirim dari tadi.
2 Pesan baru dari Karin
13.05: Lagi istirahat makan di warung
13.06: Kenapa Ja?
Dengan begitu, tanpa njawab pesen dari Karin atau tanpa pamit sama temennya. Wija buru-buru nyolong motor Hendery dan nyusul ke warung yang sudah sering dia kunjungi bersama Karin. Lebih tepatnya, warung itu deket tempat isi ulang bos nya Karin lah.
Eh tapi sampai disana malah Wija bisa lihat mobil yang dia kenali.
Mobil Ningning.
KAMU SEDANG MEMBACA
woman • winrina
Fanficjiminjeong | please, let me be your woman. © 2021 SAMUELSAID, cover by me