bab 10

4.3K 176 43
                                    

"Vi, ada apa?" tanya Tania dengan suara terdengar panik.

Sementara aku masih mematung dengan jemari gemetaran. Mataku menatap kosong ke depan dengan bibir setengah terbuka.

Tania berusaha mengambil ponsel Mas Ibram yang kujatuhkan. Dari sudut mata aku bisa melihat mata lebar Tania bergantian memandangku dan juga ponsel Mas Ibram yang kini di tangannya.

Kemudian Tania membuka ponsel Mas Ibram. Kedua mata lebarnya fokus di sana.

"Tan, tolong antar aku pulang sekarang juga!" pintaku pada Tania.

Gemuruh di dadaku sudah seperti gulungan ombak yang siap menerjang karang. Aku akan tendang penipu itu sekarang juga. Tak ada ampun untuk manusia hina sepertinya.

Tania buru-buru menaruh ponsel Mas Ibram di pangkuannya. Kemudian dengan lincah, memacu mobil ke arah rumahku.

"Sampai rumah kamu mau gimana?" tanya Tania sembari menyetir.

"Aku akan usir dia langsung, Tan. Dia bukan manusia. Aku akan kembalikan dia ke tempat asalnya!" tekadku.

Aku tak menangis, bersedih atau perasaan galau lainnya. Yang ada aku sangat marah dan kecewa. Aku benar-benar tidak menyangka ada manusia sejahat dia. Menjadikan pernikahan sebuah alat untuk mendapatkan harta.

Mungkin kisah seperti ini ada di dalam film. Aku tak pernah membayangkan akan ada di dunia nyata. Terlebih menimpa diriku.

Sosok Mas Ibram yang begitu baik, hangat, dan penuh perhatian, seketika berubah di kepalaku. Dia tak lebih dari seorang pencuri. Penipu.

Papa benar-benar telah membesarkan seekor rubah yang licik. Bagaimana reaksi Papa nanti saat aku beri tahu? Sekecewa apa dia?

Ah, aku jadi takut dengan kesehatan Papa. Bukankah Papa akan melakukan operasi untuk pemasangan ring di jantungnya? Lelaki tegas itu masih menunggu kadar gula di tubuhnya turun untuk melaksanakan operasinya itu.

Siapkah jantung Papa menerima kabar ini? Tuhan, kuatkan kami!

"Bicarakan juga dengan orang tuamu, Vi! Apapun keputusanmu, aku mendukungmu!" Tania menoleh sembari tersenyum hangat kepadaku.

"Makasih, ya, Tan! Ke depan, aku pasti sangat butuh bantuanmu."

"Tenang, aja!"

Aku menghela napas lega. Setidaknya aku punya Tania, saat aku belum tahu pasti apakah nanti aku akan bisa menceritakan ini pada Papa atau tidak mengingat kondisi kesehatannya. Bulan lalu dokter berpesan, agar kami menjaga pikiran Papa. Jangan sampai kami lalai dan Papa anfal.

Sedang Mama, wanita itu pasti hanya akan menangisi putrinya saat tahu apa yang terjadi sebenarnya. Selama ini peran Mama seolah hanya sebagai pelengkap hidup Papa. Mama terlalu lemah lembut. Sosoknya tak pernah berperan untuk sebuah keputusan besar.

Bahkan, saat Papa menentang hubunganku dengan Rian pun, Mama tak bisa apa-apa. Hanya berkali-kali membujukku untuk putus dengan lelaki itu.

Papa tidak suka dengan Rian, karena lelaki itu lebih memilih untuk bekerja di perusahaan orang lain ketimbang membantu Papa mengembangkan bisnisnya. Menurut Papa, Rian tidak gentle. Rian tidak cocok untukku. Karena tidak mau mengambil resiko untuk berbisnis seperti Papa.

Namun, bukankah setiap orang memiliki passionnya masing-masing? Tidak bisa Papa memaksakan sesuatu yang bukan Passion Rian. Meski Rian hanya seorang pekerja, toh, levelnya internasional.

Tak terasa kami sampai di depan rumahku. Tania memarkir mobil di depan pintu pagar.

"Kamu bawa pulang mobilku aja, Tan! Isi brankas Ibram juga aku minta tolong kamu simpan dulu, ya! Aku mau fokus usir dia," ucapku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 30, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TERBONGKARNYA KEBUSUKAN SUAMIKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang