Part 1

324 29 1
                                    

'TAKDIR'.

Apakah benar takdir bisa diubah? Atau sesuatu yang mutlak?

Apapun itu, Taehyung membenci takdir. Karena takdir sudah membuatnya kehilangan satu hal yang sangat berharga baginya. Mengambil setengah jiwanya.

Melihat langit kelabu yang menggantung, Taehyung mau tidak mau mengingat kenangan manis yang masih tersimpan rapi di otak dan hatinya.

Hari itu, dengan langit kelabu yang sama, merupakan hari pertama tahun ajaran baru dimulai dan Taehyung baru saja menginjakkan kaki di sekolah sebagai murid sekolah menengah
atas.

Hari itu juga, angin sedang berhembus cukup kencang, membuat dedaunan tua dan beberapa kelopak bunga yang tidak bisa lagi bertahan, berterbangan untuk kemudian berhenti ketika sudah mencapai tanah.

Rambut hitam Taehyung yang mulai agak panjang ikut menari. Kaki jenjangnya melangkah menuju gedung serbaguna bersama para anak baru lainnya untuk disambut di sana.

Hingga kemudian manik coklatnya menangkap sesosok pemuda dengan seragam yang sama—hanya kemeja putih tanpa balutan apa-apa seperti sebagaimana anak baru berpakaian—tengah mendongak menatap pohon sakura yang
bunganya sudah hampir habis.

Tampak tidak peduli dengan keadaan sekitar.

Mencoba tidak memedulikan sosok aneh itu, Taehyung terus berjalan ke arah tujuan awal.

Lalu ketika pemuda aneh itu menggerakkan tangannya, dari ujung matanya, Taehyung bisa melihat sebuah kamera yang digenggam oleh dua tangannya. Diarahkannya benda persegi panjang kecil itu ke depan wajah, pemuda itu mulai membidik ke arah pohon di depannya.

Dan tanpa sadar, Taehyung memelankan langkahnya. Terus memperhatikan pemuda yang masih asyik memotret itu.

Sampai kemudian, datang segerombolan anak baru lainnya yang saling bercanda, berjalan tanpa memperhatikan jalan. Dan sesuai dengan skenario yang tergambar di otak Taehyung, salah satu dari siswa tadi menyenggol pemuda itu cukup kencang sampai terjatuh.

Dari sini, Taehyung tidak bisa melihat apakah mereka meminta maaf atau tidak. Tapi yang pasti, begitu gerombolan itu pergi, pemuda yang masih dalam posisi berlutut itu kini tengah menepuk dua tangannya yang kotor.

Tidak tahan, Taehyung melangkah mendekat. "Lo nggak apa-apa?" tanyanya sambil mengulurkan tangannya.

Begitu pemuda itu mendongak, seketika Taehyung seperti tersihir oleh sepasang mata bulat yang memancarkan kilau indah.

Dan seperti adegan-adegan di film, diiringi hembusan angin yang kali ini menyapu lembut, mereka saling berpandangan untuk beberapa saat.

Untunglah genggaman yang dia terima berhasil membuat kesadaran Taehyung kembali. Taehyung menarik tangan yang secara mengejutkan terasa lembut itu untuk membantu pemuda tersebut berdiri.

Berdiri cukup dekat begini, ternyata tinggi mereka hampir sama. Hanya saja Taehyung sedikit lebih tinggi. Dan dengan bahu bidangnya, membuat tubuhnya terlihat lebih besar dibanding pemuda bermata indah itu.

"Nggak apa-apa. Thank you." ujar pemuda itu dengan suara halus yang mengalun merdu di telinga Taehyung lalu sedikit membungkuk untuk menepuk celana bagian lututnya yang sudah berlapis tanah.

Taehyung mengangguk meski dia tahu pemuda itu tidak melihat. Lalu matanya menangkap sebuah kamera yang tergeletak di tanah tidak jauh darinya.

Diambilnya kamera tersebut untuk kemudian diberikan kembali kepada empunya.

"Oh, gue nggak sadar kamera gue ikut kelempar." kali ini mengusap pelan bagian kamera yang kotor lalu mulai mengecek kameranya.

"Masih bisa?" tanya Taehyung.

I Love You, Goodbye. [TAEKOOK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang