01

20 3 0
                                    

.
.

Klik.

"Hmm... baru pulang?" ujar suara berat khas orang yang baru bangun tidur. Tubuhnya menggeliat malas dibalik selimut. Kedua matanya memaksa untuk menatapku.

Dia punya kebiasaan tidur dengan lampu menyala, jadi aku bisa lihat dia sedang tersenyum saat ini.

Aku membalas senyumnya. "Maaf, aku bangunin kamu ya?"

Dia menggelengkan kepalanya, kemudian memeriksa jam digital di atas nakas di sebelah kanan. Langkah kakiku kuusahakan tenang ketika menghampiri tempat tidurnya.

"Akhir-akhir ini aku memang gak bisa tidur nyenyak."

"Kenapa?" Aku duduk di sisi tempat tidur, mengusap surai di dahinya lembut.

Sekali lagi dia menggelengkan kepalanya dan tersenyum.

"Kalau gitu tidur lagi," ujarku memposisikan diri di sebelahnya. Berbaring menyusup ke dalam selimut berwarna latte miliknya. "Aku juga mau tidur."

"Aku harus bangunin kamu jam berapa nanti?" tanyanya dengan suara yang lebih lembut. Serak bangun tidurnya perlahan memudar.

Wajahku menelusup ke perpotongan lehernya. Menghirup aroma yang sudah kukenal beberapa tahun ini. Aku memposisikan tubuhku dengan nyaman.

"Aku mau nganter kamu berangkat kerja," jawabku asal. Tangannya yang berada di atas kepalaku menjitak tanpa aba-aba.

"Gak usah gila."

Dia tertawa kecil sebelum kembali mengusak surai dark blue-ku lembut.

"Memang besok udah gak sibuk?"

Aku tahu. Diam-diam dia juga berharap kami berpacaran seperti pasangan-pasangan lainnya. Tapi dia terlalu pengertian. Aku tidak pernah melihat dirinya egois sekali saja.

Sekali lagi aku harus menurunkan ekspektasinya. Aku menggeleng.

"Masih harus recording beberapa part."

"You've worked hard, Park Seonghwa." Dia bergumam lembut tepat di atas kepalaku. "Tapi harusnya kamu cuci muka, ganti baju dulu, baru tidur."

Aku memang masih mengenakan jeans dan leather jacket, tapi pakaian ini cukup nyaman untuk tidur. Dan aku yang terlalu malas bergerak dari tempat paling nyaman ini, harus kembali berbohong.

"Tadi udah cuci muka di atas."

💜💜💜

Mataku sebenarnya masih penat. Tapi aroma menyegarkan kimchi jigae yang menyeruak membuatku terbangun. Aku berjalan keluar sambil menggaruk kepalaku asal.

"Tumben masak pagi-pagi? Kamu kan gak biasa sarapan berat."

Salah satu keindahan dunia yang kudapatkan di pagi hari. hanya di ruangan ini. Wajahnya yang tersenyum sambil menoleh ke arahku.

"Kayaknya karena aku makan sembarangan dan asal, menstruasiku gak lancar. I need to take care my diet more," ujarnya kemudian mencicipi sesendok kuah masakannya.

Well, itu bukan jawaban yang aku antisipasi. Aku bersandar di sudut kitchen bar.

"Kamu harus makan lebih banyak. Gak akan ada yang berkomentar bahkan ketika berat badanmu naik sepuluh kilo."

Dia tertawa. Kedua matanya jadi terlihat hanya segaris.

"Gak naik seekstrim itu juga, Sseong. Aku gak mau." Dia meletakkan panci berisi kimchi jigae panas di tengah kitchen bar.

STARLIGHTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang