12

7 2 0
                                    

.
.

Seonghwa POV

Sejak kejadian itu, Jongho jadi tidak terlalu banyak bicara. Terutama kepadaku. Aku bisa terima kalau dia marah karena aku tidak tahu pacarku sendiri sedang mengandung anakku.

Tapi belakangan aku tahu bahwa Ji Hwaseong, Han Byeol-ku itu, adalah cinta pertama Choi Jongho.

Ji Hwaseong mengubah total namanya menjadi Han Byeol sejak kasus yang melibatkan Kang Yohan. Dengan nama keluarga dari ibunya, Han. Agar si brengsek itu tidak bisa melacak keberadaannya lagi.

Pada akhirnya, semua petaka ini karena aku.

Kalau saja aku tidak menyukai lagu yang ditulis Kang Yohan, si brengsek itu tidak akan menjadi manajer baru kami. Dia tidak akan bertemu Han Byeol.

Kalau saja aku tidak terlalu sering bertemu Han Byeol...

Kalau saja aku tahu lebih awal Han Byeol hamil anakku...

"Hyung, sebelum album baru, mau liburan ke mana?" tanya San membuyarkan lamunanku.

"Liburan apa?"

"Perusahaan kasih kita liburan dua minggu. Free. Tanpa manajer," sahut Hongjoong memberikan sekaleng jus padaku.

"Gue di rumah aja. Mungkin ke rumah orangtua gue beberapa hari."

Jujur, aku tidak punya niat sedikitpun untuk liburan atau apapun itu. Masih belum cukup waktu bagiku merenungi apa yang telah kulakukan hingga membuat Han Byeol terluka.

Jongho menatapku tajam. "Kejadian itu udah lewat berbulan-bulan, hyung. Gue harap lo bisa lupain itu."

Aku tahu dia diam-diam masih berhubungan dengan Han Byeol dan adiknya. Mereka, Jongho dan Hwanwoong itu sahabat karib. Makanya dia bisa berkata seperti itu.

"Mau lupain atau gak, itu urusan gue," ujarku membanting kaleng jus di genggamanku.

Tentu saja aku tidak berniat seperti itu. Tapi mengingat hubungan Jongho dan Han Byeol selalu membuatku kesal. Dia bisa tahu kabar dari gadis yang kucintai sedangkan aku frustasi hanya untuk mencari tahu nomor barunya.

"Kayaknya kalau lebih lama lagi gue di sini, rumah ini bakal berantakan," sarkas Jongho. "Gue ke kamar duluan, packing."

"Pulang kampung?" tanyaku cepat.

Aku punya harapan, tentu saja. Bahwa Jongho akan membawaku kepada Han Byeol.

"Bukan urusan lo, hyung."

Sepertinya dia juga jadi ikut kesal.

💜💜💜

Udara semakin dingin yang membuatku tidak bisa lagi keluar hanya dengan sehelai sweater. Aku harus membalut tubuhku dengan coat panjang kalau tidak ingin membeku di jalan.

Kejadian itu sudah hampir satu tahun berlalu. Tapi masih terasa segar di ingatanku.

Terutama sosok Han Byeol yang berlumuran darah di pelukan Jongho.

Salah satu dari sekian banyak hal yang kusesali: seharusnya saat itu aku yang menggendong Han Byeol. Bukannya malah melayangkan tinju di wajah Kang Yohan di belakang mereka.

Aku melewatkan penjelasan dokter bandara tentang kondisi Han Byeol.

Hatiku terlalu sakit ketika melihat gadis yang kucintai terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Aku tidak bisa bertanya pada siapa-siapa karena keadaan benar-benar kacau.

Jongho menangis. Iya, anak itu menangis di sebelah Han Byeol yang tidak sadarkan diri karena obat penenang. Ketika adik Han Byeol, Hwanwoong, sedang berdiskusi dengan polisi.

Dan saat Han Byeol dipindahkan ke rumah sakit yang lebih besar, aku kehilangan jejaknya.

Begitu pula Jongho.

Satu kali, aku berhasil menanyakan kabar Han Byeol kepada adiknya lewat sosial media. Hwanwoong bilang, kami sudah putus dan aku tidak perlu khawatir soal Han Byeol. Dia aman bersama keluarganya.

Aku tidak bisa membantah kalimat Hwanwoong itu. Aku balas dengan bersyukur bahwa Han Byeol baik-baik saja.

Satu jam kemudian, akunnya tidak bisa lagi kutemukan. Hwanwoong menghapus akun instagramnya.

Dan di sinilah aku sekarang. Bermodal pengetahuan umum tentang kota asal Jongho dan Byeol. Buta akan ke mana aku selanjutnya.

Hanya berharap keberuntungan membawaku bertemu salah satu dari mereka bertiga.

"Jangan lupa datang ke pesta 100 hari Hwayoon besok, ya!" ujar salah satu ibu yang berkumpul tidak jauh dari tempatku duduk. Karena ibu itu satu-satunya yang menggendong bayi, dia menjadi pusat perhatian.

"Tentu saja kami akan datang," seru ibu-ibu lain bersahutan.

"Udaranya makin dingin, kasian Hwayoon. Aku pulang dulu, ya!" seru ibu itu lagi pamit. Aku sempat melihat wajah bayi di gendongannya ketika bertatapan dengan ibu itu sekilas.

Dan wajah itu terasa familiar.

💜💜💜

"Serius baju anak setahun udah bisa dipake Hwayoon? Bukannya dia kan masih kecil?"

Suara itu... sepertinya aku kenal.

"Anak gue itu udah gede. Gak keliatan kayak bayi tiga bulan," ujar seorang pria bersurai cokelat terang yang berjalan di sebelah Jongho.

Iya, pemilik suara pertama tadi adalah Choi Jongho.

"Keputusan gue untuk kesini ternyata tepat," ujarku menginterupsi pembicaraan mereka.

Wajah Hwanwoong jelas terkejut melihatku. Sedangkan Jongho tetap pada wajah poker-nya. Mungkin, dia sudah mengira akan bertemu aku di sini.

"Gue mau ketemu Hwayoon, anak gue."

Kalaupun mereka menolak membawaku bertemu Han Byeol dan Hwayoon, aku hanya tinggal mengikuti mereka pulang.

💜💜💜

Gadis itu lagi-lagi membuatku jatuh cinta.

Bahkan dengan setelan piyama berwarna mauve yang dia kenakan, Han Byeol terlihat cantik.

Tidak. Dia jadi semakin cantik.

Ternyata benar, menjadi seorang ibu membuat wanita menjadi lebih cantik.

Han Byeol menunduk. Jemarinya sibuk menguliti kuku-kukunya. Dan aku paling benci kebiasaannya itu. Dia selalu melakukannya ketika menahan diri untuk bicara.

"Kamu apa kabar?" Aku memulai pembicaraan dengan tema yang old.

Ada banyak sekali yang ingin aku sampaikan kepada gadis ini. Terutama kebenaran tentang Hwayoon, bayi yang tadi dia gendong ketika aku masuk ke rumahnya.

Tapi aku tidak ingin menuntut Han Byeol atas keegoisanku. Aku yakin dia sudah memikirkan keputusannya dengan matang.

"Baik," jawabnya dengan suara yang sedikit bergetar.

"Aku gak baik," sahutku cepat. Dan jawaban itu berhasil membuat Han Byeol menatap wajahku.

"Kenapa..."

"Aku kangen kamu. Aku gak bisa terima kita putus kayak gitu."

Aku sadar suaraku mulai bergetar.

"Daftarin Hwayoon di Kartu Keluargaku, oh bukan," ujarku sadar bukan itu yang sebenarnya kuinginkan.

"Kitadaftarin pernikahan kita besok. Jadi Hwayoon bisa masuk kartu keluarga kita. Dengan marga Park."


💜fin💜

STARLIGHTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang