Karenina – Prolog
Hai! Cerita ini awalnya berjudul Mikhaela, tapi karena satu dan lain hal aku akhirnya
mengubah judul dan jalan ceritanya 😋Buat kalian yang sudah baca cerita aku terima kasih ya dan semoga bisa menghibur kalian!
✦✦✦
Ruangan itu gelap, namun secercah cahaya yang masuk melalui jendela membuat sosok yang meringkuk seperti bayi di atas kasurnya dapat terlihat. Matanya terpejam dengan bekas lelehan air mata yang masih terlihat jelas di pipinya. Terdapat sebuat pigura foto yang dia peluk dengan erat, berharap itu dapat mengurangi sesak dalam dadanya.
Matannya perlahan terbuka, menatap kosong ke depan. Rania namanya, gadis dengan mata yang terlihat kelelahan. Wajahnya yang biasa terlihat mempesona berubah menjadi kuyu dan pucat, penampilannya yang biasanya selalu rapi menjadi sangat seadanya. Rania menghela nafas, pelan dia bangkit menuju pintu kamarnya meletakkan pigura foto di tangannya di atas meja sebelah kasurnya. Rania menghela nafas pelan, kejadian itu sudah lama dan Rania sudah mulai terbiasa, namun entah kenapa belakangan ini dirinya seperti dihantui oleh sosok dalam pigura tersebut hingga membuatnya sering menangis kembali. Diamatinya foto tersebut lamat-lamat sebelum beranjak menuju pintu kamarnya.
Rania berjalan pelan, jalanan sepi sore ini cocok untuknya yang ingin menjernihkan pikirannya. Dia ingin sejenak saja melupakan kesedihannya, tapi pikirannya terus saja melayang ke masa ketika semuanya masih baik-baik saja, ketika Arsen masih ada di sisinya. Arsen kekasihnya, dunianya.
Rania, seorang gadis yatim piatu dan sebatang kara. Masa kecilnya dihabiskan di panti asuhan sederhana. Hidup berdampingan dengan anak-anak lain membuat Rania terbiasa selalu berbagi dan terkadang harus siap untuk mengalah. Sadar bahwa dirinya tidak bisa terus bergantung di panti asuhan, dengan uang tabungannya yang dia kumpulkan selama bekerja sebagai pelayan restoran, Rania nekat untuk hidup sendiri di tahun pertama sekolah menengah atas.
Kecerdasannya berhasil membuatnya mendapatkan beasiswa dan dengan tetap bekerja sebagai pelayan restoran dan menjadi guru les membuatnya dapat bertahan hidup. Meskipun harus berjuang mati-matian sendiri, dirinya baik-baik saja.
Hingga pertemuannya dengan Arsen membawa warna baru dalam hidupnya yang monoton dan sepi. Rania yang selalu sendiri tidak lagi merasa kesepian. Rania yang terlihat dingin, menjadi mudah tersenyum. Rania yang tertutup dan pendiam berubah menjadi banyak bicara karena kehadiran Arsen. Rania semakin yakin bahwa dia bisa merubah nasibnya, dia percaya bahwa dia bisa hidup bahagia bersama dengan Arsen.
Lalu hari itu datang, hari dimana kebahagiaan yang baru dia yakini dapat berjalan selamanya, impian yang dia perjuangkan untuk menjadi nyata seolah terenggut begitu saja dari hidupnya. Di hari pertunangannya, Arsen pergi meninggalkan Rania untuk selamanya membawa semua mimpi dan harapannya. Rania merasa hancur. Namun, dia berusaha bertahan, setiap hari dia habiskan dengan bekerja, selalu menyempatkan waktu bermain dengan adik-adik panti agar dia tidak merasa kesepian, tapi dia tidak bisa membohongi diri bahwa dia merasa kosong. Kehilangan Arsen membuatnya seperti kehilangan arah, seolah dirnya tidak lagi memiliki tujuan kuat untuk terus bertahan di dunia ini. Seringkali dia merasa begitu lelah hidup sendirian dan sebatang kara.
Rania menghela nafas kasar, sungguh dia tidak mau menyerah dengan hidupnya, dia tidak mau membuat Arsen kecewa. Rania ingin tetap kuat dan menjalani hidupnya sebaik mungkin, tapi kenapa hampir setiap malam Arsen datang ke dalam mimpinya dan membuatnya semakin merindukan laki-laki itu.
Lamunanya terputus karena seorang anak perempuan yang menyenggol tubuhnya. Matanya mengikuti anak tersebut dan membelalak melihat anak itu berlari ke tengah jalan ketika sebuah mobil sedang melaju kencang ke arahnya.
Rania secara refleks berlari kearah anak tersebut melidungi anak itu dengan tubuhnya sendiri. Rania dapat merasakan tubuhnya diterjang oleh sesuatu yang keras dengan sangat cepat. Tubuhnya seperti melayang seakan begitu ringan, hingga akhirnya terjatuh dengan bunyi yang terdengar menyakitkan dengan seorang gadis kecil yang masih dipeluknya.
Dia tak bisa bergerak, seperti ada ribuan jarum yang menusuk tubuhnya. Dia hanya bisa merasakan rasa sakit di seluruh tubuhnya, tulangnya terasa remuk. Matanya tertuju pada bulan di atasnya, setetes air mata mengalir bercampur dengan darahnya yang tidak juga berhenti.
Dia tidak pernah membayangkan bahwa dia akan berakhir seperti ini. Dia selalu mencoba menjauh ketikan pikiran untuk berhenti dan pergi itu muncul, tapi hari ini dirinya mencoba untuk menjadi pahlawan membuatnya justru menjemput mautnya sendiri. Dia bahkan sudah tidak memiliki tenaga untuk sekedar memeriksa keadaan gadis kecil yang dia coba selamatkan. Apakah dia berhasil melindunginya? Setidaknya dia mati dengan niat baik, apakah dia akan bertemu dengan Arsen? Pertanyaan itu terus berputar dalam kepalanya sebelum kesadarannya terenggut dan matanya tertutup untuk selamanya.
✦✦✦
Sampai jumpa di bab berikutnya!
Jumat, 12 November 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
KARENINA
FantasyJUDUL SEBELUMNYA : MIKHAELA ----- Hidup sebatang kara dengan kepribadian yang tertutup membuat hidup Rania begitu sepi. Hingga hari dimana nyawanya terenggut karena sebuah kecelakaan saat dia ingin menyelamatkan seorang gadis kecil yang akan tertab...