[A little bit mature content]
.
.
.Pendar oranye dari sisa tenggelamnya matahari belum sepenuhnya menghilang ketika dua lelaki berbeda usia itu semakin terhanyut oleh suasana. Anggaplah hembusan angin musim semi sebagai pendukung dari tindakan keduanya. Baik Law maupun Luffy tidak memiliki sedikit pun rencana untuk menghalau perasaan membuncah mereka. Kedua mata hanya saling menatap, bibir yang secara otomatis membentuk lengkukan tipis, dan kedua tangan saling menggenggam satu-sama lain, hingga akhirnya jarak mereka terhapus oleh sebuah penyatuan bibir.
Hangat, lembut, dan lembab. Detak jantung keduanya saling memompa lebih cepat seiring dengan bunyi kecipak bibir yang beradu semakin ganas membrisiki kesusian rooftoop bangunan mewah tersebut. Dalam hal ini sebenarnya Law sebagai yang lebih tualah yang lebih mendominasi, sementara Luffy seperti yang sudah-sudah hanya sebagai pihak submissive lugu yang mengikuti kemana arus membawanya.
Sebelumnya tak terbersit di dalam pikiran Law untuk bertindak lebih dari sekedar mencium tangan atau paling banter mengecup kening dari bocah yang baru genap berusia delapan belas tahun ini.
Terhitung mulai tadi siang, tepatnya ketika bocah D itu menerima diploma SMA-nya, ia sudah masuk ke dalam tahap orang dewasa. Dalam artian Monkey D Luffy saat ini sudah bukan lagi anak laki-laki yang perlu dijaga dan dibatasi segala tindakannya. Ia sudah diperbolehkan memutuskan sendiri apa yang ingin ia lakukan; termasuk melakukan hal yang cukup 'berbahaya' seperti yang saat ini tengah ia lakukan.
"Luffy-ya... Apa aku boleh melakukan lebih?"
Itu adalah apa yang Law ucapankan di sela hembusan napas putus-putusnya usai melepas tautan bibirnya dari bibir mungil Luffy.
Kedua manik Luffy menatap sayu atas asa yang terpancar jelas di balik tatapan pria lainnya. Tangannya terangkat, melepaskan diri dari genggaman melonggar Law, dan berpindah pada wajah tegasnya.
Luffy tersenyum teduh sembari mengelus pipi di hadapannya. Pria di depannya ini baru saja menyematkan cincin ke jari manisnya sebagai penegasan atas perasaan tulusnya untuk menjadikan Luffy sebagai calon pendamping hidupnya. Dan ciuman terlampau panas barusan merupakan tindakan reflek dari keduanya dalam mengekspresikan perasaan haru mereka.
Delapan belas tahun jika dilihat dari angka barangkali masih terlampau muda untuk menjalin hubungan ke tahap lebih serius. Tapi jika menengok lagi ke belakang, bagaimana mereka bisa bertemu, mengenali sifat masing-masing dan pada akhirnya menjadi dekat--saling peduli, saling merindukan, hingga saling menginginkan, maka hubungan mereka sudah lebih dari cukup menuju ke tahap lebih serius.
"Un..! "
Semburat kemerahan merebak di sepanjang tulang pipi Luffy, bukan lantaran ia tersipu atas ucapan ambigu Law barusan, melainkan karena ia pun entah sejak kapan sudah menantikan saat dirinya menjadi dewasa. Saat dirinya tidak lagi merasakan sesak di sekitar pahanya yang mengganggu harinya tatkala Law terlalu lama mendekapnya.
Jangan salahkan tentang tubuh sensitif si bocah yang sehari-hari tampak lugu tersebut, tapi salahkanlah hormon pendewasaannya. Lagi pula Luffy tetaplah pemuda normal sebagaimana kodratnya.
Ia pun menaruh tangannya di seputaran leher Law, bersiap menjemput lumatan bibir berikutnya. Law hanya tersenyum di awal, sebelum akhirnya ia mengambil alih ciuman ke tahap lebih memanas.
Dada keduanya naik turun menyeimbangkan tempo napas yang keluar hangat kemalui mulut. Tangan Luffy sudah berpindah meremas pundak lebar Law, ketika tangan pria besar itu menelusup nakal ke dalam kemeja pacar kecilnya.
Merasakan bagaimana bulu roma Luffy sudah menegak, dan tubuhnya bergerak tak tenang, Law tidak berniat mundur dari permainan panas tersebut. Justru tangannya lebih berani bergerak menelusup ke dalam celana belakang Luffy.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marsmellow [Oneshoot] - LawLu🔞
Fanfic[Ini adalah book pindahan dari akun lama aku @chinchapedas] -summary- Hanya sebuah untaian kisah manis tentang sepasang kekasih berbeda karakter