9. Sick

3.5K 358 23
                                    

Di usianya yang sudah hampir 30 tahun ternyata Law masih bisa terserang demam. Entah bagaimana itu bermula, yang jelas jika harus mencari pihak untuk disalahkan, orang tersebut tidak lain adalah bocah berambut hitam, berbadan kurus, dengan postur tubuh tidak lebih tinggi dari manekin yang dipajang di etalase toko pakaian langganan Nami.

Semua bermula gara-gara keegoisan Luffy yang memaksa Law main hujan-hujanan, padahal saat itu sang dokter sedang kelelahan setelah dua hari berturut-turut tidak pulang ke rumah karena ada 4 operasi penting yang tidak bisa digantikan orang lain.

Sebenarnya maksud Luffy baik. Ia hanya mencoba membuat rileks sang tunangan dengan mengajaknya bermain hujan-hujanan di rooftop gedung apartemen mereka. Sayangnya ketahanan tubuh Law tidak sebanding dengan sang tunangan yang seumur hidup belum pernah terkena demam. Terutama karena saat itu ia sedang kelelahan parah karena tidak tidur beberapa hari.

Lalu jika berbicara mengenai sang kriminal, ia kini tengah mati-matian mencari cara untuk membuat bubur menyehatkan atau kata 'semoga aman' lebih cocok untuk sebutan benda berwarna ungu keabuan di dalam mangkuk keramik yang kini tengah hati-hati ditantang Luffy menuju kamar tempat Law berbaring.

Law menyambut dengan senyuman lemah lewat bibir pucatnya ketika Luffy duduk di pinggir ranjang, sudah bersiap akan menyuapi sang tunangan.

"Aku membuat sesuai dengan resep di internet." Kata Luffy menjelaskan.

Law hanya menipiskan bibir lemah, sambil mencoba bangkit untuk bersandar ke headboard ranjang.

"Biar kubantu!"

Tak ingin Law bergerak terlalu banyak, Luffy pun langsung panik meletakkan mangkuk bubur tadi ke nakas di sampingnya. Namun sebagaimana yang sudah bisa diprediksi semua orang, mangkuk tersebut malah jatuh sebelum mencapai badan meja, sehingga terdengar bunyi 'pyar' dari keramik terbelah karena beradu dengan lantai.

Serta-merta Luffy beringsut membereskan kekacauan itu. Kedua tangannya reflek meraih pecahan keramik mangkuk tadi dengan sembrono tanpa memperdulikan bahwa benda tersebut cukup tajam hingga bisa melukai jari telunjuknya.

Pemuda D itu memekik reflek karena merasakan perih pada jarinya. Membuat pria lainnya ikut panik melompat dari atas kasur, hanya demi meraih jari terluka Luffy untuk langsung ia kulum dan hisap.

Luffy mendelik terkejut. Pria di dekatnya ini seperti melupakan posisinya sebagai seorang pasien yang seharusnya tidak sembarangan meninggalkan tempat peristirahatannya, terutama jika itu hanya untuk menghawatirkan tunangan cerobohnya.

"To-torao, aku tidak apa-apa. Kau harus kembali berbaring."

Law mengeluarkan jari terluka Luffy dari mulutnya sedetik setelah tangannya yang bebas membuka laci nakas, mengeluarkan kotak putih bertanda palang merah dari dalamnya, ia menuntun sang tunangan agar sedikit bergeser menjauhi pecahan mangkuk tadi.

Dengan telaten Law menyemprotkan obat anestesi ke arah luka, kemudian membalutnya menggunakan plester instan. Ia mengelus plester tersebut dengan lembut, sementara bibirnya menipis membentuk senyum puas di balik rona wajahnya yang makin memucat.

"Sudah selesai." Ujarnya lembut, lebih ke lemah.

Setelahnya barulah Law merasakan kepalanya seperti terbelah. Matanya berkunang-kunang meredup. Ia pun jatuh ke pundak sempit sang tunangan yang menjadi sangat panik.

"Lebih baik memang kutelepon ambulan saja ya."

"Tidak..." jawab Law lemah. "Tidak per...lu. Seper..ti ini sa..ja."

"Tapi!"

Luffy tetap merasa bahwa membawa Law ke rumah sakit adalah cara terbaik. Tapi kalau pihak yang bersangkutan saja menolak, dia bisa apa?

Marsmellow [Oneshoot] - LawLu🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang