Haaiiii, kembali lagi di ceritaku.
Semoga kalian ga bosen-bosen ya nungguin dan baca ceritaku.Jangan lupa follow, tekan bintang dan tinggalkan komentar supaya aku semangat nulis ceritanya.
Dukungan kalian semua sangat berarti.
Malam ini Lingga terbangun sendiri. Tak seperti biasanya ada sang Ami yang menggedor pintunya kemudian seenaknya memasuki kamarnya hanya untuk menyikap selimut yang membalut tubuh Lingga dan menyajikan siraman rohani untuknya.Sebenarnya Lingga sudah biasa terbangun di sepertiga malam, tapi nyatanya Lingga hanya anak manja yang mengingingkan sang Ami membangunkannya setiap ia terlelap.
Lingga memang anak yang paling bebal diantara ketiga anak Ami Meila. Gayanya yang urakan menyaingi gembel pasar, suka bolos kuliah hingga molor setahun akibat ikut club motor, bahkan gonta-ganti pacar yang membuat Ami Meila hanya geleng kepala.
Satu yang Lingga ingat dari perkataan sang Aminya.
"Bang, tolong jangan membuat Ami lebih sakit lagi dengan Abang meninggalkan semua kewajiban Abang."
Tangisan Ami saat itulah yang membuat Lingga selalu membawa nasihat Ami di kepalanya.
"Seburuk-buruknya kelakuan Abang, Ami benar-benar akan sangat kecewa dengan diri Ami sendiri jika Abang benar-benar kehilangan arah. Ami tidak ingin Abang menjadi yang terbaik, tapi tolong jadilah anak yang baik!"
Lingga menyikap selimutnya, melihat angka yang di tunjuk jarum jam yang ada di atas TV. Kedua jarum itu menunjuk tepat di angka 2. Ia segera bergegas mandi dan wudhu.
Lingga melaksanakan sholat tahajud di sepertiga malamnya dengan khusyuk. Ia tak mengharapkan ampunan untuknya karena ia sadar betapa banyaknya maksiat yang telah ia lakukan, ia hanya mengharap sang Illahi Rabbi meridhoinya. Karna Lingga sama sekali tak pernah mencari alasan ataupun pembenaran untuk semua kesalahannya.
Setelah sholat tahajud ia turun menuju dapur cafe. Ya, Lingga tak tidur di rumah Aldo seperti yang ia bilang ke Aminya, ia tidur di cafenya. Tidak pulang hanya menghindari sang Ami agar tak melihat sudut bibir yang membiru akibat pukulan Fikri.
Lagi-lagi bukan karena ia takut dengan sang Abi atau sang Ami. Lingga hanya tak ingin sang Ami menyalahkan dirinya sendiri karena tidak berhasil mendidiknya seperti sang kakak. Bahkan sang Ami tak pernah memarahinya dengan sungguh-sungguh, karena sang Ami tahu bahwa membentak seorang anak Tahfidzul Qur'an sangat dilarang. Jadi ia harus tau diri saja.
Lingga mulai menyiapkan bahan makanan yang akan ia masak untuk sahurnya hari ini. Lingga tidak ingin mengecewakan sang Ami dengan mengabaikan perintahnya tadi siang di telpon.
Puasa Senin-Kamis selalu ia lakukan, baik saat ia berada di rumah dekat dengan sang Ami atau saat seperti ini jauh dengan Ami karna ya itu tadi, Lingga selalu membawa nasihat dengan tangisan Ami di kepalanya.
Lingga sadar bahwa selama ini ia hanya nyepam dosa, ia selalu memberikan tugas yang tak tanggung-tanggung untuk Malaikat Atid. Ya walaupun kerjaannya nyepam dosa tapi ia juga berusaha melaksanakan kewajibannya, sholat lima waktu.
Kata lingga, jangan lelah sholat walaupun ditertawakan Malaikat karena nyepam surat Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Nas doang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Begin Again
RomanceFollow dulu sebelum baca! Ada masanya kita harus mengalah demi memperpanjang jangka hubungan. Tapi... bolehkah kita menyerah untuk satu hal yang benar-benar kita perjuangkan? Bolehkah kita berhenti berharap pada sesuatu yang sama sekali tidak diketa...