11. Aneh

9.4K 1K 89
                                    

brapa lama w gk up yh

"Apaan nih kok selainya berantakan gini?"

Pagi ini Haechan bergumam sendiri ketika memasuki kamar Jeno, ia bangun begitu pagi karena ada hal yang harus diselesaikan soal pekerjaannya. Ia berada di sini untuk melihat Renjun yang tidak ada di kamarnya. Rupanya istrinya itu sedang tidur bersama Jaemin yang hari ini tidak bekerja.

Tanpa basa basi ia mengambil toples selai yang berada di kamar Jeno, ia ingin menggunakannya untuk makan dengan roti tawar di dapur.

"Buset, ampe bolong gini tengahnya, doyan bener si Jeno sama ginian." Gumamnya, ia mengambil pisau untuk mengoles selai ke roti tawar yang sudah dipegangnya.

"Apaan Jeno Jeno?" sang pemilik nama muncul dari kamar mandi yang berada di samping dapur.

"Lah tumbenan lo mandi di situ? kamar mandi tempat lo kenapa emang?" Tanya Haechan yang setelahnya melahap roti selai di tangannya.

Jeno tak menjawab, ia terkejut dengan selai yang Haechan makan. Lantas ia langsung merampas toples selai di meja dan membuangnya ke tempat sampah.

"Heh gila lo? makanan itu anjing jangan dibuang!" Haechan menatap Jeno terkejut, roti di tangannya masih tersisa setengahnya.

"Abisin dulu itu rotinya."

"Dih kenapa sih? aneh banget lo?"

Meskipun begitu Haechan tetap melahap rotinya sampai habis sedangkan Jeno berjalan menjauh.

"Lain kali apa apa tuh tanya Chan, lo marah gak kalo gue bilang itu selai bekas tititnya Jaemin?" Jeno berbicara tanpa menatap Haechan, ia berjalan menuju kamarnya sendiri untuk menghindari Haechan yang mungkin saja akan segera memukulnya.

Haechan terdiam, tidak ada niatan untuk menyerang Jeno. Suapan roti terakhir telah berada di dalam kerongkongannya itu entah mengapa tak bisa dimuntahkan.

"Semenjak gue di sini... masalah gue kayanya cuma soal makanan..."

~

Renjun berdiri di dapurnya, ia hanya sekedar melihat apa saja yang ada di kulkasnya saat ini. Ya memang benar apa yang dikatakan Mark, kulkas mereka hampir kosong. Entahlah, ia juga tidak tahu akan pergi berbelanja kapan, rasanya malas untuk pergi keluar meskipun ada lima suaminya yang siap kapanpun ia membutuhkan dan kendaraan yang tertata rapi di garasi siap digunakan.

Ia terkejut, ketika menghela napasnya, seseorang memeluknya dari belakang dan meletakkan kepalanya di pundak kiri Renjun.

Mark, suaminya yang tiba tiba pulang bekerja itu memeluknya. Bahkan rasanya Mark belum pergi selama setengah hari seperti biasanya. Wajah Mark yang tampak kusut dan lelah membuatnya tidak tega untuk memarahinya karena sudah mengejutkannya. Renjun akhirnya hanya mengelus tangan Mark yang memeluk perutnya.

"Kenapa? ada masalah di kantor kamu?"

Mark menggeleng, "Biarin gini lima menit babe, aku pengen peluk kamu,"

"Aneh banget sih, beneran gak ada apa apa?"

Mark kembali menggeleng, tangan kirinya meraih tangan kanan Renjun dan mengecup punggung tangannya.

"I'm so sorry, babe..."

"Sorry? buat apa? kamu ada salah sama aku?"

"No... hari ini aku ngerasa stress banget, kerjaan aku banyak, bawahan aku kurang ajar sampe aku tonjok mukanya, aku udah peringatin dia buat gak macem macem tapi tetep ngeyel, aku pukul dia Njun... aku minta maaf." Pernyataan Mark membuat Renjun tersenyum tipis, Mark merasa bersalah mungkin karena dulu Mark pernah berjanji padanya untuk tidak melakukan kekerasan pada siapapun.

DIFFERENT - RENJUN HAREMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang