13. Berunding

6.3K 867 35
                                    

hlohhhh long taim no sii

Suara bising memenuhi kamar milik Chenle, bayi tujuh bulan yang kini berada di pangkuan Haechan. Pria berkulit tan itu kini lebih sering menghabiskan waktunya di rumah bersama sang anak. Ia menyangga tubuh Chenle dengan lengan kanannya, sedangkan tangan kirinya sibuk digenggam oleh sang bayi.

Jari jari gendut itu menggenggam jari telunjuk milik Haechan dan sesekali menggoyangkannya ke atas dan ke bawah.

Bayi itu pada awalnya sedang sibuk bercanda dengan papa Jaemin dan papa Haechan, namun kedatangan Jeno membuat perhatiannya teralihkan.

Jeno melewati kamarnya dengan setelan jas yang lumayan berantakan, dasi yang mengendur dan dua kancing teratas yang terbuka. Bahkan kemeja yang tadi pagi rapi pun terlihat begitu kusut. Ia sepertinya akan pergi ke kamarnya sendiri terlebih dahulu sebelum pergi ke kamar Chenle.

"DY!!!!" Chenle berteriak memanggil Jeno yang mungkin tak mendengarnya, tangisan Chenle terdengar setelahnya, bayi itu menangis karena Jeno tak menghampirinya.

"Mau sama daddynya dia Chan, lo samperin si Jeno sana." Celetuk Jaemin mengambil alih Chenle dari pangkuan Haechan. Hari ini sudah kelima kalinya Chenle menangis selain karena lapar atau haus, pertama karena ditinggal Jeno bekerja, kedua ditinggal Mark bekerja juga, ketiga karena Yangyang pergi untuk pemotretan, keempat karena Renjun pergi mandi dan kelima karena Jeno datang tak menghampirinya.

"Hadeh... kenapa gua mulu sih perasaan..."

Di sisi lain saat Haechan hendak pergi mencari Jeno, Jeno sendiri ternyata tidak pergi ke kamarnya, ia justru sedang berjalan mencari Renjun yang tak menyambut kepulangannya dan juga tak membalas pesannya di handphone.

"Sayang??"

Pendengarannya tertuju pada kamar mandi di kamar Renjun, suara shower menyala seperti menyamarkan suara sesuatu. Ia berjalan menuju sumber suara, ia tak melihat apapun selain bayangan Renjun yang sedang berjongkok dalam kamar mandinya yang berdinding kaca buram.

"Njun??"

Tidak ada jawaban melainkan hanya suara Renjun yang seperti sedang memuntahkan sesuatu.

Jeno lantas membuka pintu kamar mandi, ia melihat Renjun yang berjongkok di depan closet dengan wajahnya yang lelah.

"Kamu sakit??"

"Aku kayanya masuk angin deh?? dari semalem gaenak badan rasanya." Renjun beranjak dari posisinya, ia meraih bathrobe yang ia gantung di dinding kemudian memakainya.

Jujur melihat tubuh polos Renjun, Jeno tidak merasakan nafsu apapun, hanya ada rasa khawatir yang memenuhi dirinya. Sejauh ini ia tak pernah melihat Renjun sakit kecuali saat hamil Chenle.

"Mau aku anter ke rumah sakit aja? takutnya kamu kenapa napa?" Jeno menyelipkan poni Renjun ke belakang telinga.

"Enggak usah apaan sih, cuma masuk angin ini, dibawa istirahat juga sembuh..."

Jeno menghela napasnya, ia berjalan menuju lemari Renjun, mengambil pakaian dalam dan pakaian yang hangat untuk Renjun pakai setelah ini.

"Apasih siang siang pake sweater... panas tau?? enaknya itu pake kaos tipiss."

"Ya terus kamu mau tambah masuk angin gitu?"

"Renjun masuk angin?" Haechan datang tiba tiba dan bertanya, ia duduk di kasur Renjun menatap Jeno dan Renjun yang berdiri di depan kamar mandi.

"Heem, agak pusing sedikit,"

"Mau ke rumah sakit aja? eh oiya Jen lo ditangisin sama Chenle tuh, tadi lo dipanggil gak nyaut, nangis dia."

DIFFERENT - RENJUN HAREMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang