7 Days Ahead (1) | Kim Junmyeon

33 3 0
                                    

"Ya, aku ingin mencoba nya. Seminggu kan?"

Lelaki yang sejak awal sudah menyiapkan diri menerima penolakan itu mengangkat kepala. Menatap gadis dihadapannya dengan penuh kebingungan. Keputusasaan itu terlihat sempat menyinggahi dirinya.

"K-kau... Serius?"

"Menurutmu? Apakah aku harus menarik kembali ucapanku—"

"T-tidak! Maksudku terima kasih, Juhyeon. Aku akan berusaha keras."

Tatapan putus asa miliknya membuat Juhyeon iba untuk sesaat, namun ia segera menepis itu. Ingat, semua ini hanya berlangsung seminggu. Setelahnya dia bisa kembali hidup tenang tanpa distraksi dari Junmyeon, lelaki yang telah menyukainya sejak mereka masih di bangku SMA hingga kini disaat keduanya secara kebetulan berkuliah di kampus yang sama.

"Kau harus pastikan menepati ucapanmu tadi. Jika dalam seminggu aku tidak tertarik padamu, jangan mendekati ku lagi," tegas Juhyeon mengulangi.

Junmyeon mengangguk patuh. "Aku janji."

Seperti tawaran Junmyeon, mereka akan bertemu selama seminggu. Entah itu makan bersama atau kencan, Juhyeon tidak terlalu mendengar jelas. Namun rungu nya menajam ketika Junmyeon bilang akan berhenti mengejar jika Juhyeon tidak menunjukkan ketertarikan dalam seminggu.

Ia hanya perlu untuk tidak tertarik pada lelaki itu bukan?

Sudah hampir 5 tahun lelaki Kim itu terus mengejarnya, dan tidak sekalipun Juhyeon goyah. Begitu pula dengan yang akan terjadi seminggu kedepan.

Usai Juhyeon putus dengan Dushik, Junmyeon semakin sering menampakkan diri. Juhyeon berpikir ingin membuat lelaki itu menyerah agar tidak menyia-nyiakan waktu pada dirinya yang sudah jelas tidak akan pernah menyukai lelaki itu.

Terus terang saja Juhyeon menyukai lelaki pekerja keras, sedangkan Junmyeon — di matanya— hanya seorang pria naif yang terlahir dengan sendok emas di mulutnya.

Bagi Juhyeon, orang yang tidak pernah merasakan hidup susah seperti Junmyeon tentu tidak akan bisa sejalan dengan diri nya yang lahir dari kalangan menengah kebawah. Menurut Juhyeon uang adalah sesuatu yang sulit dicari namun habis begitu cepat, sedangkan bagi Junmyeon uang adalah sesuatu yang akan selalu ada dan tidak pernah habis sebanyak apapun ia menghamburkannya.

’ ’ ’

Hari ini hari pertama dari serangkaian tahap pendekatan mereka. Junmyeon menghabiskan 2 jam lebih untuk mencari pakaian yang tepat. Ia teringat sesuatu, Juhyeon adalah penyuka style minimalis. Sehingga Junmyeon berakhir memilih baju kaos putih dan jeans berwarna biru cerah beserta sneakers putih.

Juhyeon menolak tawaran Junmyeon untuk menjemputnya dan memilih bertemu di tempat yang mereka tuju. Junmyeon tidak bisa memaksa, ia tahu dengan jelas kalau Juhyeon tidak suka diatur dan diperintah.

Junmyeon tiba 30 menit lebih awal, menunggu sambil mengantri di salah satu food truck yang cukup terkenal setiap berkunjung ke taman tersebut. Kini dia sudah memegang nampan berisi 2 buah sandwich dan 2 gelas minuman bersoda lalu duduk di salah satu meja lipat yang ada di tengah taman.

Ia sesekali menoleh ke arah pintu masuk, menanti kedatangan Juhyeon dengan hati berdebar. Sembari menunggu, ia mengedarkan pandangan ke sekeliling. Ini hari Minggu, wajar jika tempat ini ramai dipenuhi banyak orang. Akan tetapi keramaian itu tidak sedikitpun membuat Junmyeon tidak kenal pada sosok pria yang berada tak jauh dari meja nya. Yang tak lain dan tak bukan adalah Dushik.

Dushik sedang makan berdua dengan seorang gadis yang nampak lebih muda dari nya, tertawa mesra sambil menyuapi satu sama lain. Junmyeon tidak sadar jika tangannya kini sudah mengepal. Meski mereka sudah putus sekalipun, tidakkah ini keterlaluan untuk melupakan gadis sehebat dan secantik Juhyeon dalam waktu yang sangat singkat? Apalagi setelah berpacaran dalam waktu yang cukup lama?

EXO Oneshot StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang