7 Days Ahead (2) | Kim Junmyeon

34 4 0
                                    

"Hai Dushik... Bagaimana kabarmu?"Juhyeon bertanya ragu.

"Aku, baru saja putus dengan pacar ku. Sepertinya menghapus bayang-bayangmu sangat sulit untukku, apalagi setelah melihatmu bersama Junmyeon. Aku menyesali semuanya."

Hati Juhyeon bergetar, namun bibirnya masih bungkam. Langkah Dushik semakin mendekat, Juhyeon yang berniat menjauh mendapati kedua tangannya sudah digenggam oleh Dushik.

"Maaf, Juhyeon. Ini semua salah ku, aku yang bodoh karena terbawa emosi dan memutuskan hubungan kita tanpa berpikir panjang. Aku tidak keberatan jika kau marah, tapi kumohon kembali lah padaku. Aku masih mencintaimu."

Telinga Juhyeon terasa panas. Perasaannya begitu berkecamuk saat ini. Setelah mengucapkan kata putus dan meninggalkannya seorang diri di restoran malam itu, semudah itu lelaki ini meminta Juhyeon kembali?

"Juhyeon-ah! Maaf aku sedikit terlamba—"

Juhyeon refleks menghempas tangan Dushik. Ia beku. Terpaut jarak sekitar 2 meter disebelah halte, langkah Junmyeon terhenti melihat Juhyeon yang sedang berdua dengan Dushik di halte. Ia bahkan sempat melihat kedua tangan mereka yang terpaut.

Saat itulah Junmyeon melihat harapannya pupus di depan mata.

"Aku harus pergi Dushik, aku punya janji dengan Junmyeon." Juhyeon hendak berbalik ketika Dushik menarik tangan nya dan tak disangka memeluk Juhyeon erat.

"Aku akan menunggu disini sampai kau selesai. Kuharap kau kembali," lirih Dushik.

Juhyeon melepas pelukan itu perlahan dan segera menghampiri Junmyeon.

"Maaf—"

"Tidak apa-apa, ayo kita pergi." Junmyeon tersenyum hangat sambil menggenggam tangan Juhyeon, walau Juhyeon tahu jika lelaki itu pasti sangat terluka saat ini.

Setelah perjalanan hampir 5 menit tanpa percakapan, mereka tiba di sebuah restoran bernuansa Eropa. Pelayan menyambut kedatangan Junmyeon dengan ramah dan mengarahkan mereka menuju sebuah ruangan terpencil yang terpisah dari banyak pengunjung.

Disana hanya ada sebuah meja beralaskan kain putih, dengan sebatang lilin serta bunga mawar segar di tengah meja. Cahaya yang redup menambah kesan romantis disana.

Kecanggungan memenuhi Juhyeon. Sedangkan pria dihadapannya memesan sebuah wine berharga fantastis, yang Juhyeon hitung-hitung bisa membiayai cicilan rumah nya dengan sang Ibu.

"Aku pikir untuk hari terakhir, kita sebaiknya pergi ke tempat yang lebih tenang dan tertutup."

Juhyeon hanya menarik senyum tipis, pikirannya terus mengarah pada Dushik yang saat ini masih menunggu dirinya di halte. Berusaha untuk tidak menunjukkan bagaimana perasaannya, Junmyeon berbicara.

"Melihatmu diam saja rasa nya sangat tidak biasa, apakah kita pindah tempat saja...?"

"Tidak, tidak apa. Aku hanya tidak terbiasa dengan semua hal ini. Kau tahu, mungkin butuh waktu seumur hidup bagiku hanya untuk menimbang-nimbang pergi makan di tempat seperti ini."

Pengakuan Juhyeon, entah bagaimana, terdengar menyakitkan bagi Junmyeon. Seakan ada pembatas yang akan selamanya menjadi penghalang di antara mereka berdua.

"Aku hanya ingin memberi suasana yang berbeda untuk hari terakhir ini. Kuharap kau bisa menikmati nya—"

"Junmyeon, bisakah kau menunggu sebentar? Aku... sepertinya aku harus pergi sekarang. Aku akan segera kembali," ucap Juhyeon yang segera bangkit dari duduk nya dan keluar dari ruangan.

Menyisakan Junmyeon yang bahkan belum menyelesaikan kalimat nya.

Junmyeon sejak awal tidak mengharapkan lebih ketika menawarkan pendekatan seminggu ini. Bukan, bukannya dia ingin berhenti menyukai Juhyeon. Yang benar saja, bahkan ia sendiri tidak yakin bisa berhenti menyukai seorang Juhyeon. Namun ia tidak ingin mengusik Juhyeon lebih lama lagi dengan perasaannya yang tak berbalas.

EXO Oneshot StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang