#Bagian 8 : Cerita masa lalu

82 13 13
                                    


Foto, boneka, dokumen, dan barang lainnya. Taeyong mengumpulkannya menjadi satu lalu membawanya untuk diperiksa bersama. Mark juga ada bersama mereka, berjalan bersampingan dengan Doyoung.


"Jangan deket-deket sama aku, setan."

"Daripada aku berdiri di samping haechan?"

"Ya udah, di dekatku aja. Tapi jangan nempelin aku jugaaa, hawa kamu dingin tau gak?" Mark tidak bisa berekspresi, yang hanya ia lakukan hanya menurut, ia menjauh satu langkah dari Doyoung.


"Nah, semuanya duduk di sini." Taeyong memerintah membuat anggota menurut dan langsung duduk bersila di lantai.


"Sekarang jam berapa?" Tanya Jaehyun tiba-tiba.


"Langit di luar mendung, jam-ku gak berfungsi," Johnny nenepuk-nepuk jam di tangannya pelan seakan itu akan memperbaiki jamnya, sayangnya nihil. "Jam mu?" Kini Johnny bertanya pada Doyoung.


"Aku juga ga bisa, bang," Doyoung melakukan hal yang sama dengan Johnny, sayangnya, jam tetap tidak berfungsi. "Apa lagi rencana mereka, aku beneran muak sekarang."


"Mungkin aja di luar bakal turun hujan. Jangan mikir yang macam-macam dulu, udah, kita mulai periksa barang ini satu persatu." Taeyong menghentikan topik jam dan mencoba mengalihkannya ke topik lain. Jujur saja, Taeyong sama muaknya, tapi Taeyong juga lah yang selalu memberikan energi positif kepada para anggotanya. Kapan saja anggotanya akan melemah itu berarti hidup mereka akan habis di mansion itu.


"Kita gak bisa diam seperti ini saja, dan aku udah mutusin, kalau kita harus menggunakan kekuatan kita untuk keluar dari tempat ini." Taeyong membuka suara.

Permainan sudah dimulai rupanya.

"Barang-barang ini, pertama-tama, Haechan." Haechan yang sedari tadi terdiam kini menatap Taeyong dengan tatapan bingungnya. "Lakuin tugasmu, kita mulai dengan mencari tahu masa lalu mansion ini."


Haechan memajukan dirinya, sebenarnya dirinya enggan untuk melakukan hal itu. Miris saja, kenapa bisa mansion ini adalah masa lalunya, masih terdengar lucu di telinga Haechan.

Tangan Haechan maju sangat pelan, rasanya ia ingin menyublim saja, bagaimana cara Haechan memberi tahu semua ceritanya pada anggota, pemuda itu sendiri bingung.


"Biar aku yang cerita."

Semua mata langsung melihat pada Mark yang berbicara.

"Aku gak nyangka kamu bakal buka suara." Taeil kini bersuara.

Haechan sudah was-was di sana, Mark pasti akan menceritakan semua masa lalunya, termasuk Haechan. Haechan hanya menunduk pasrah.

Mata Mark melirik pada Haechan, lalu mulai menceritakan jati dirinya.

"Dulu, aku tinggal bersama keluargaku, di mansion ini. Bahagia? Mungkin bisa dibilang seperti itu, sisanya terasa seperti neraka." Mark menunduk kala bercerita.

"Neraka? Maksudnya?"

"Semenjak ayah pergi, adikku mendapat masalah yang serius. Ibu mulai memukul adikku, memarahinya lalu mengatakan bahwa adikku itu tidak pantas ada di dunia ini. Adikku sangat menderita dibanding diriku. Setiap hari, ibuku membawa adikku ke gudang, dia tidak menyukai tempat gelap, tapi ibu terus memaksanya untuk masuk. Adikku sering membawa boneka,"

Mark menunjuk boneka usang yang terkumpul di dekat Taeyong.

"Boneka itu, ibu sering merobeknya menggunakan gunting dan pisau lalu meninggalkan adikku begitu saja di dalam gudang hingga adikku susah untuk bernafas. Kadang aku bisa menemui adikku saat pulang sekolah, selama ini aku bodoh karena tidak tahu apa-apa. Adikku terus berkata bahwa dia ingin sekali pergi."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 14, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ghost Insider | NCT 127Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang