Part 4 - ini saatnya

3.1K 344 4
                                    

Layar monitor yang menampilkan gambar hitam putih yang bergerak ke kanan juga kerkiri itu kini sedang di perhatikan banyak orang. Bahkan membuat banyak pekikan saat sebuah titik pada layar monitor hitam putih itu di perjelas.

Itu adalah keajaiban yang semua orang tunggu. Bayi Mares juga Chacha dia sudah tumbuh sekecil kacang-kacangan. Membuat Triana, Jefran, Jero juga Jenar tak bisa menahan senyum juga tetesan air mata bahagia mereka.

Beberapa waktu lalu ketika Chacha mengatakan pada sang suami bahwa dirinya hamil. Mares tak mau menunda kebahagiaannya dan berteriak kepada penjuru rumah bahwa dia akan menjadi seorang ayah.

Bahagia. Tentu, dia sangat bahagia, Chacha merasa tuhan mulai mau mengampuni dosanya dan mempercayakan sosok kecil sebagai pelengkap keluarga yang di pimpin oleh Mahesnya.

"Gimana keadaan dia dok? Semuanya baik-baik aja kan? Enggak ada yang serius kan?"

Setelah teriakan Mares memenuhi rumah besar itu. Triana yang tengah bersiap akan pergi terurungkan, lalu menyuruh sang suami yang juga sudah siap dengan setelan kantornya untuk menelfon rumah sakit keluarga Pradana agar segera ke rumah mengecek kondisi menantu mereka.

Dan disinilah mereka semua berada di kamar milik Mares juga Chacha yang sedang di periksa oleh dokter.

"Semuanya baik Nyonya. Tekanan darahnya normal dan USG tadi juga membuktikan tidak ada hal yang mengancam sejauh ini.

-Mengingat Nyonya Mares pernah mengidap kondisi serius sebelumnya menjadi sebuah keajaiban ini bisa terjadi. Hanya perlu perhatikan pola makan dan jangan terlalu banyak fikiran. Tubuh Nyonya Mares ini memang sudah siap untuk dibuahi tapi masih ada kemungkinan kecil jika Nyonya banyak merasakan tekanan hal buruk akan sangat mungkin mengalami hal yang tidak diinginkan"

Pandangan Mares yang kini sedang duduk pada sisi ranjang lain sang istri, sedikit menyendu. Dia baru ingat jika sang istri sebelumnya sedang menjalani pengobatan kista yang dideritanya.

"Apa maksudnya ini bakal berdampak buruk untuk salah satunya? Maksudku kayak- apa perlu istriku mendapat suntikan yang sebelumnya didapat atau apakah istriku akan merasakan sakit?"

Semua orang menatap Mares yang kini menunduk memainkan jemari tangan Chacha pada genggamannya. Tau jika suaminya cemas, Chacha pun membawa tangan lainnya untuk mengusap pundak sang suami.

Bahkan tak dapat dipungkiri jika tatapan Triana, Jefran, Jero juga Jenar sama menyedunya seperti Mares. Mengingat fakta dimana sebelumnya hal ini menjadi salah satu hambatan bagi kedua pasangan itu untuk mendapatkan seorang momongan.

"Untuk sementara ini keputusan memutus pengobatan kista dengan suntik ekstensi sebelumnya itu sudah sangat tepat. Baiknya wanita hamil tidak boleh mendapatkan suntikan apapun dibulan-bulan muda kehamilan. Takut-takut jika beresiko pada perkembangan si janin itu sendiri. Saya akan menjadwalkan cek bulanan untuk Nyonya Mares setelah ini dan Tuan bisa berbagi perkembangan istri anda setiap bulannya"

Percakapan dokter itu ditutup dengan ucapan pamitnya pada seluruh anggota. Tersisa Triana, Jero, Jenar, juga Mares disana. Jefran sudah lebih dulu berpamitan ingin mengantar si dokter untuk keluar dan memberinya bonus karena sudah mengatakan kabar baik nan bahagia ini.

"Mamih" Chacha tersenyum saat tangannya di genggam sang mertua.

Wanita itu sibuk menangis sendari tadi, merasa tak menyangka bahwa semua ini benar.

"Sayang~ mamih bahagia banget dengernya. Akhirnya kamu sama Mares punya anak juga, mamih bener-bener enggak bisa ngomong apapun lagi rasanya. Makasih banyak ya sayang.. Kamu enggak seharusnya lakuin ini, ngelukain diri kamu sendiri cuma buat seorang anak. Mamih.."

Our Little StarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang