Part 14 - yang terlewatkan

1.5K 172 8
                                    

Mares menatap lembar coklat dengan logo rumah sakit yang baru saja dokter berikan padanya. Bahkan untuk membukanya saja Mares terasa tak mampu.

"Saranku lebih baik kita lakukan terapi ringan untuk mengurangi sakit putrimu Mares. Aku percaya putrimu adalah gadis yang kuat cepat atau lambat dia pasti akan sembuh dan terbebas dari penyakit ini"

"Aku akan membicarakan hal ini bersama istriku dulu dokter, terimakasih sebelumnya. Aku permisi"

Begitu dia keluar dari ruangan dokter, pandangan mata Mares menangkap sosok ibu dan anak yang saat ini tengah saling tersenyum bahkan hampir tertawa di depan sebuah akuarium sedang.

Chacha yang saat itu sadar jika di perhatikan ia pun tersenyum begitu menemukan sang suami yang baru saja keluar dari ruang dokter. Dan membawa sang putri untuk menghampiri ayahnya.

"eung!" melihat sang anak mengulurkan kedua tangannya Mares pun mengambil alih tubuh sang putri untuk di gendong.

"Gimana mas kata dokter? Semuanya baik-baik aja kan? Apa ini?" begitu tangan sang istri akan membuka map coklat yang sudah berpindah tangan darinya, dengan cepat Mares menoleh.

"Nanti aja dirumah ya? Mending sekarang kita pulang dulu anak ayah udah waktunya bobo siangkan heum? Ngantuk kan pasti? Ayo sayang"

Mau tak mau Chacha pun hanya bisa menuruti ajakan sang suami, karena dipikir memang sudah jadwalnya si kecil untuk istirahat siang jika tidak malamnya Bintang akan sangat rewel.

Dalam perjalanan tidak ada percakapan apapun diantara dua orang dewasa dalam mobil itu dengan Bintang yang entah sejak kapan sudah tertidur dalam dekapan si ibu.

Sekilas Mares menoleh ke arah samping dimana Chacha duduk dengan sang anak yang menyusu. Ia ulurkan tangan kirinya guna mengelus kaki gembul milik Bintang yang saat itu tergantung keluar dari balik jaket yang sudah menutupinya.

Melihat tangan sang suami yang bergerak membenarkan sang anak Chacha hanya melirik sebentar lalu kembali membenarkan putingnya yang sudah terlepas dari bibir si kecil.

"Mas enggak akan tau akan sampai kapan kita bisa lihat Bintang tidur kayak gini"

Gerakan mengancing baju yang di lakukan Chacha seketika terhenti begitu suara sang suami mengisi kekosongan yang terjadi selama beberapa menit.

"Maksudnya mas apa? Kenapa mas ngomong gini? Bintang enggak akan pergi kemana-mana mas, mas sendiri kan yang bilang sama aku kalo Bintang baik-baik aja?"

"Maaf, maafin mas kalo mas enggak jujur sama kamu. Bintang enggak baik selama ini, Bintang kita kenapa napa sejak lahir"

Setelah mendengar perkataan itu, seluruh organ tubuh dalam diri Chacha seakan berhenti bekerja. Mata itu kini membulat sempurna, tak lupa kilauan air juga tercipta membuat Mares menghentikan mobil guna meluruskan segalanya, bukankah istrinya juga harus tau.

"apa ini juga alasan kenapa semua orang lebih merhatiin Bintang? Apa ini juga alasan Mas bawa Bintang untuk cek up di setiap minggunya?

—Tapi kenapa mas? Kenapa mas enggak cerita ke adek! Adek ini siapanya mas sih? Adek masih istri mas kan? Its okey kalo orang lain enggak mau kasih tau aku, tapi seharusnya mas sebagai suami juga ayah dari anak aku bukannya mas harusnya kasih tau aku!?"

Kini kedua orang dewasa itu saling memandang dengan Bintang yang tertidur diantara keduanya.

Mares membawa tangan istrinya untuk di genggam, tak ingin terlalu gegabah akan emosi yang di milikinya Chacha lebih memilih menerima apapun yang dilakukan suaminya sekarang.

Dia hanya ingin mendengar penjelasan saat ini, bagaimana bisa semua orang menyembunyikan hal besar ini darinya? Bukankah dia juga berhak untuk tau kondisi putrinya sendiri.

"iya mas tau mas salah makanya mas minta maaf. Maaf karena nyembunyiin ini semua dari kamu, mas fikir ini akan bisa mas tangani sendiri makanya mas enggak cerita mengenai kondisi Bintang ke kamu karena mas tau kalo sekalinya kamu kefikiran kamu selalu drop jadi mas pikir enggak perlu tahu dulu tapi mas salah—

"Bintang kenapa? Kenapa sama anakku mas? Dokter bilang apa?"

"Dokter bilang, Bintang punya kondisi tubuh yang beda dari bayi lain, ya itu karena Bintang lahir prematur. Awalnya dokter bilang itu bukan hal yang serius, tapi waktu beberapa hari setelah Bintang di pulangin aku enggak sengaja ngeliat ujung lidah Bintang merah banget, aku panik dan coba konsul di hari itu juga dan dokter bilang kalo kondisi ini jarang di temui pada usia bayi yang masih semuda Bintang. Dan pas kita cek bulanan seperti biasanya dokter ngirim pesan ke aku untuk bicara penting jadi aku izin ke kamu mau ketoilet waktu itu kamu ingetkan? Iya itu mau ketemu, dan disana dokter kasih aku lembaran yang sama—

Mares mengambil lembar coklat yang tadi sempat akan dibukanya. Chacha menerima lembar itu dengan takut berharap apa yang dipikirkannya itu tak benar.

"—inneapeoglobin. Kondisi dimana darah mengalami banyak infeksi yang dapat mengakibatkan penderitanya mengalami ujung lidah memerah dan rendahnya kekebalan tubuh"

Air mata yang sendari tadi ditahannya pun kini mulai berlomba untuk dikeluarkan. Hati Chacha seakan dilempari banyak jutaan duri disana. Bagaimana bayinya bisa semenderita ini? Dan lagi, dia baru mengetahuinya sekarang?

"M-mas gimana bisa? Ta-tapi Bintang kita hiks mas ini enggak bener!! ini salah, Bintang enggak kenapa-napa mas!? Binta—

Dibawanya tubuh itu pada pelukannya, Mares sejenak membiarkan suara raungan bahkan tangis sang istri mengisi ruang kosong dalam mobil mereka.

Bintang yang sudah lebih dulu di pindahkannya pada bed kecil yang memang di sediakan pada jok belakang menjadikan sang istri lebih leluasa menangis dalam dekapan dada lebarnya.

"—tapi kenapa bisa gini mas? Bukannya setiap bulan dokter bilang kondisi Bintang baik, perkembangan dia juga bagus"

"Mas yang minta, Mas yang minta untuk dokter enggak bilang apa-apa sama kamu tentang kondisi yang sebenernya karena ya pada saat itu mas enggak akan berfikir kalo kondisi Bintang akan seburuk sekarang"

"Jadi kondisi Bintang sekarang gimana? Kita harus gimana biar Bintang bisa sembuh?"

Mares menelusuri mata basah sang istri, ditatapnya netra indah di sana yang kini tampak berkabut. Lalu kemudian digenggamnya tangan itu dengan erat.

"Dokter nyaranin untuk lakuin terapi ringan ke Bintang. Tapi cuman ada 10% kemungkinan untuk penyakit itu hilang sepenuhnya karena ya Bintang masih terlalu kecil. Itu semua tergantung daya tahan tubuh dia"

Chacha menatap bayi yang tengah terlelap bahkan tak terusik sama sekali oleh tangisannya. Usia Bintang masih terlalu kecil untuk melewati hal yang menyakitkan ini tapi mau bagaimana lagi jika ini yang bisa membuat bayi itu sembuh bukankah mereka harus mengiyakan.





⚠mohon tidak di ambil hati untuk diangnosa arangnya ya⚠
Btw terimakasih sudah banyak yang mampirr hehe ayo komen😆

Our Little StarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang