3. Sesuatu Kejanggalan

41 11 5
                                    

"Oh jadi gitu ceritanya."

Saat ini Felina, Gifta, dan tiga siswi yang bernama Janeth, Karin, dan Ghea terduduk di ruangan yang sama yaitu ruang BK. Dimana mereka juga sama-sama menundukkan kepala saat Bu Lela menatap mereka. Walaupun sebenarnya Bu Lela bukan guru BK yang galak, tapi tetap saja mereka takut. Entah takut dari segi nilai yang dikurangi, atau dari segi hukuman yang dapat mencemari nama baik mereka.

Bu Lela menghela napas pelan sambil menatap mereka satu persatu. "Kalian tau dengan kalian berantem ini bukannya nyelesain masalah, tapi malah memperumit masalah?"

Hening. Tidak ada yang menjawab pertanyaan Bu Lela. Semuanya menutup mulutnya. Hingga Gifta menunjuk mereka dengan jari telunjuknya dan mulai membuka suaranya. "Tau sih, Bu. Tapi mereka yang salah," paparnya. "Masa ngusir temen saya dari meja kantin. Terus pake ngatain saya mak lampir lagi," adu Gifta tidak mau mengalah. Dirinya masih merasa jengkel Atas tindakan adik kelas itu yang menyiram seragamnya dengan somay dan es jeruk sampai Gifta harus mandi di kamar mandi sekolah lalu mengenakan seragamnya yang baru saja dibeli.

Janeth balik menunjuk Gifta. "Mereka juga, Bu. Dateng-dateng malah langsung ngomel-ngomel aja. Mana dia jambak rambut saya kenceng banget lagi."

"Kan tadi saya udah bilang baik-baik ke dia, Bu. Tapi dia nggak ngedengerin."

"Bener tuh, Bu," imbuh Felina mendukung omongan Gifta. Tak lupa memasang wajahnya yang paling tersiksa sejagat raya.

"Bilang baik-baik apaan, mereka ngebentak kita, Bu," tukas Ghea tidak terima.

"Udah, udah. Kalian jangan saling menyalahkan. Lebih baik intropeksi diri kalian masing-masing, itu lebih baik daripada menyalahkan kesalahan orang lain tanpa menyadari kesalahan sendiri," tutur Bu Lela membuat kelimanya menundukkan kepala lagi.

"Iya, Bu," sahut mereka bersamaan dengan nada lirih.

Masih dalam keadaan posisi kepala tertunduk, Gifta mengangkat tangannya di hadapan Janeth, Ghea, dan Karin. "Minta maaf," ujarnya.

Felina juga ikutan mengangkat tangannya. "Gue juga minta maaf."

"Gue minta maaf juga, Kak." Janeth membalas jabatan tangan Felina dan Gifta.

"Iya, gue maafin. Gue juga minta maaf, Kak," lanjut Ghea.

"Sorry banget tadi ya gue ngelempar kalian pake somay sama es jeruk," sambung Karin merasa bersalah.

Setelah maaf-maafan terjadi, mereka menurunkan tangannya dan kembali menundukkan kepalanya. Dan itu menimbulkan gelak tawa tersendiri bagi Bu Lela.
"Kalian lucu deh. Keliatan tulus minta maaf, tapi sok-sokan gengsi."

Gifta mendengus sebal. Mana ada kata tulus? Memangnya wajahnya terlihat tulus apa? Sejujurnya Gifta masih kesal atas tindakan mereka, tapi baginya lebih baik tidak perlu diperpanjang lagi. Takutnya Gifta bahkan Felina mendapat masalah lagi.

"Hukuman buat kita apa, Bu?" tanya Felina langsung pada intinya.

"Tidak ada," jawab Bu Lela membuat mereka menghela napas lega. "Karena bagi saya, hukuman tidak bisa membuat seseorang langsung menyadari kesalahannya dengan tulus. Lagipula kalian juga sudah minta maaf, jadi untuk apa menghukum kalian? Yang terpenting ini buat pelajaran bagi kalian. Jangan bertengkar satu sama lain karena masalah sepele. Tempat duduk kan masih banyak di kantin. Jadi kan bisa duduk dimana aja." Saat Bu Lela berbicara seperti ini, Janeth meledek Gifta dan Felina seolah-olah ia menyukuri mereka karena mendapat siraman rohani dari Bu Lela dan menganggap Bu Lela membelanya bersama teman-temannya.

Kemudian Bu Lela menatap ke arah tiga siswi kelas XI, membuat Janeth cepat-cepat menundukkan kepalanya.
"Juga buat kalian, jangan ngusir orang yang udah nempatin meja duluan. Itu perbuatan tidak sopan. Coba bayangkan saja kalau itu di posisi kalian. Bagaimana rasanya? Pasti dongkol kan?"

Kami Sahabat Sejati 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang