5. Ngelabrak Gerald

45 10 5
                                    

"Makasih." Ajeng membuka resleting tas milik Alfia kemudian memasukkan buku Alfia ke dalam tas milik sahabatnya itu. Kemarin Ajeng sempat meminjamnya untuk menyalin rangkuman yang berguna untuk UN hari ini.

"Makasih," jawab Alfia. Gadis itu mampir dulu ke kelas sahabatnya bersama Hany sebelum masuk ke kelas. Sebab sekalian belajar bersama terlebih dahulu.

"Tumben banget dah mereka akur." Suara ketukan pulpen terdengar berkali-kali. Felina melihat mereka dengan senyuman lebar. Rasanya aura positif mulai menyebar sekarang melihat Alfia dan Ajeng yang sedang akur.

Gifta yang masuk ke kelas sehabis membuang sampah, melihat mereka yang akur, tanpa sadar tersenyum tipis.
"Seneng gue liatnya. Kapan-kapan lagi kan mereka akur?" Kemudian Gifta duduk di sebelah Felina.

"Nggak, gue yang bilang makasih. Kan lo udah minjemin buku gue," ujar Ajeng masih tersenyum.

"Nggak, gue yang harusnya bilang makasih gara-gara lo yang masukin buku gue ke dalam tas gue," balas Alfia sambil tersenyum.

"Gue yang bilang makasih!"

"Gue yang harusnya bilang makasih!"

"Eh kenapa auranya makin negatif? Lo sih, Fel, di sini. Lo tau nggak sih? Lo itu kayak setan. Makanya jadi negatif. Sono ah lo keluar!" Gifta mendorong bahu Felina berkali-kali, tapi Felina kuat menjaga keseimbangan tubuhnya jadi tidak terpengaruh apapun.

"Lah kenapa jadi gue? Gue dari tadi diem aja. Sejak kapan gue jadi setan?" tanya Felina tak terima.

"Kan kemaren lo habis empat puluh harian buat berubah identitas jadi popon. Lo lupa apa?" sahut Luna tiba-tiba dari belakang meja mereka.

"Popon apaan dah?" tanya Felina.

"Popon, pocong klepon."

"Berarti lo pocong dasteran."

"Mohon maaf, gue pocong gucci. Pakaiannya mewah dan mehong."

"Gucci itu merk tepung ya?"

Luna memukul bahu Felina pelan. "Heh, nggak usah pura-pura nggak tau lo! Gucci itu brand yang harganya mehong-mehong."

"Woy, sesama pocong mending diem aja deh!" titah Gifta terdengar ketus. "Cukup aja mereka yang gelut. Kalian yang otaknya cuman setengah, jangan!"

"Makasih! Gue yang makasih!" ucap Alfia ngegas.

"Kenapa lo yang bilang? Harusnya gue bilang makasih!" balas Ajeng tak kalah ngegas.

"Apa susahnya sih tinggal bilang makasih kembali?" tanya Hany berusaha mengakhiri pertengkaran mereka.

Menuruti saran Hany, mereka mengangguk.

"Makasih kembali!" kata Ajeng dan Alfia secara bersamaan.

"Noh kan, lo ngikutin. Harusnya gue yang bilang makasih kembali!" sungut Ajeng.

"Heh, ngadi-ngadi lo markonah! Gue aja yang bilang makasih kembali, lo aja yang bilang makasih," balas Alfia.

"Wah, lo emang kayaknya ngajak ribut ya." Kontan Ajeng bercelingak-celinguk untuk mencari barang yang bagus. Matanya menemukan pulpen milik Felina di atas meja. Segera Ajeng mengambilnya dan melempar ke arah Alfia, tapi lemparannya melesat.

"Emang," balas Alfia santai. Kemudian ia mengambil pulpen tersebut dan melempar ke arah Ajeng.

Dan dalam sekejap, ruangan kelas yang tadinya adem dan tenang, langsung berubah menjadi berisik dan heboh. Beberapa murid bukannya melerai pertengkaran, justru berteriak heboh mendukung pertengkaran itu terjadi.

Kami Sahabat Sejati 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang