Lelaki yang dahulu pernah dekat dengannya bagaikan tanah dan air. Lelaki yang dulu selalu ada untuknya. Lelaki yang menyebalkan, tapi berhasil membuat Ajeng jatuh cinta itu sekarang dia telah kembali. Setelah dua tahun mereka tidak ada kabar. Setelah dua tahun juga mereka tidak saling berkontak karena tiba-tiba Gerald mengganti nomornya dan saat itu lelaki itu entah sudah kuliah dimana, dan kini pada akhirnya Ajeng bisa melihatnya lagi.
Tadinya Ajeng mau cepat-cepat pulang. Akan tetapi saat melihat dia, tanpa sadar langkah Ajeng menjadi lamban. Ajeng berjalan, sementara kedua matanya tak lepas menatap dia. Gerald, lelaki yang menurutnya sempurna. Tapi sayangnya mereka tidak bisa bersatu karena berbeda perasaan.
"Ajeng." Gerald tiba-tiba memanggil Ajeng membuat gadis itu langsung terkejut dan mengalihkan pandangannya lurus ke depan. Malu karena ketahuan melihat wajah si Gerald.
Gerald sengaja mendekat dan berdiri menghalangi Ajeng. "Gimana kabar lo?" tanyanya. Dia tersenyum manis dan sialnya itu membuat Ajeng kembali berdegup kencang.
Ajeng benci dengan perasaannya. Kenapa Ajeng tidak bisa berhenti mencintai Gerald? Padahal mencintai Gerald itu sangat menyakitkan. Lagipula Ajeng juga masih sakit hati karena dulu ternyata Gerald dekat dengannya untuk bisa dekat dengan Nabila. Dan setelah Gerald resmi berpacaran dengan Ajeng, barulah Gerald lebih sibuk dengan Nabila. Lebih menyakitkan lagi Gerald hanya menemui Ajeng kalau ada butuhnya saja seperti sedang bertengkar dengan Nabila.
Seharusnya perasaan benci itu ada sepenuhnya. Tapi kenapa harus tercampur dengan perasaan cinta?
"Seperti yang lo lihat. Gue baik-baik aja," jawab Ajeng sambil tersenyum. Tapi nggak baik-baik aja dengan perasaan gue. "Lo gimana?"
"Gue baik aja nih," jawab Gerald sambil merentangkan tangannya menunjukkan memang dirinya baik-baik saja. "Oh ya udah lama kita nggak ketemu. Lo makin cantik aja, Jeng."
Mendapati gombalan itu membuat jantung Ajeng berdesir hebat. Ajeng mengigit bibirnya sendiri. Inilah ia yang tak suka dari Gerald. Suka menggombalinya tanpa tahu bahwa karena itulah Ajeng jatuh cinta pada Gerald.
"Gue... Gue emang selalu cantik," jawab Ajeng sambil menundukkan kepalanya. Sementara kedua tangannya memegang kuat-kuat tali ranselnya. "Oh ya, gue udah dijemput. Gue harus buru-buru pulang. Dadah, Gerald." Kemudian Ajeng berjalan cepat, sengaja berdusta pada Gerald. Padahal hari ini Ajeng tidak dijemput oleh Mamanya.
"Tunggu, Jeng." Tanpa diduga Gerald menarik tangan kanan Ajeng sehingga membuat Ajeng berhenti bergerak. "Apa lo masih jatuh cinta ke gue?"
Sejujurnya iya.
"Nggak. Cowok banyak yang lebih cakep dari lo," jawab Ajeng menatap ke arah lain.
"Bagus. Akhirnya lo bisa nggak jatuh cinta ke gue lagi. Karena lo emang nggak pantes sama gue, Jeng."
☘️☘️☘️
Setelah pulang sekolah, Ajeng tidak henti-hentinya menangis karena mengingat perkataan Gerald yang sangat menyakiti hatinya. Juga karena tidak ada Mamanya di rumah, Ajeng bisa menangis sepuasnya.
Para sahabatnya yang mengerti kondisi Ajeng yang saat ini sangat menyedihkan, mereka langsung bergegas ke rumah Ajeng tanpa pulang terlebih dahulu. Mereka berniat menghibur Ajeng. Tapi sayangnya mereka tidak bisa berbicara dengan Ajeng, karena Ajeng menangis terlalu lebay dan juga saat mereka berbicara tangisan Ajeng malah semakin keras.
Pada akhirnya yang mereka lakukan adalah mengambilkan Ajeng tisu. Felina, Alfia, dan Luna sampai bolak-balik bergantian membeli tisu untuk Ajeng hanya karena Ajeng menangis.
Ajeng mengambil tisu lalu mengelap wajahnya. "Hiks hiks hiks, gue kenapa nasibnya selalu gini mulu sih? Hiks, hiks, dulu gue pernah suka sama orang tapi beda agama, hiks. Sekarang gue suka sama yang seagama, tapi beda perasaan, hiks, hiks, hiks."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kami Sahabat Sejati 3
Teen FictionDi suatu hari saat setelah kelulusan SMA bagi mereka, tiba-tiba ada sebuah insiden yang membuat semuanya harus melupakan persahabatan mereka ketika baru saja mereka duduk di bangku kuliah. Insiden yang bagai bom yang tiba-tiba menghancurkan persahab...