Chap 1 ; Beginning

32 7 7
                                    

"Jaemin nanti kalau tahun baru kemana?" Tanya seorang wanita yang sibuk dengan semua alat dapurnya. "Jaemin tidak tau Eomma, mungkin hanya di kamar sambil melihat pemandangan dari jendela kamar"

"Apakah tahun baru natal nanti Appa bisa berkumpul dengan kita Eomma?" Tanya Jaemin, Sang ibu yang masih sibuk dengan alat dapurnya pun tersenyum lalu, mendekati Jaemin dan mengelus rambut hitam milik Jaemin. "Appa selalu menyempatkan waktu nya untuk itu Jaemin, jadi jangan khawatir pasti Appa bisa"

Jaemin mengangguk lalu melanjutkan mengerjakan tugas sekolah nya. "Nanti Jaemin ingin kuliah?" Tanya sang ibu, Jaemin bimbing ia juga bingung ini melanjutkan pelajarannya atau tidak?

"Aku tidak tau Eomma, aku bingung. Aku takut nanti saat kuliah aku tidak punya teman, takut mereka menjauhi ku" Sang ibu tersenyum manis. "Jangan khawatir, meskipun kamu tidak punya teman itu tak masalah, yang penting kamu mengambil jurusan yang kamu mau, dan pelajaran yang rajin sampai cita cita kamu tercapai." Jaemin mengangguk dan tersenyum. "Eomma percaya kamu pasti punya teman nanti nya, secara kamu orangnya sangatlah asik, mudah bersosialisasi dengan orang, Eomma percaya. Iyakan?" Jaemin mengangguk lucu, sang ibu mencubit pipi milik Jaemin.

"Eomma aku keluar sebentar boleh?" Ucap Jaemin. "Mau kemana?" Tanya sang ibu, Jaemin tersenyum manis. "Aku ingin beli americano, bolehkan?"

"Boleh, tapi jangan yang 12 shot ya" Jaemin merengek tak suka. "Eomma, boleh ya, besok besok tidak lagi, ya Eomma" Jaemin mengedipkan matanya lucu, sang ibu pasrah kalau sudah begini, Jaemin bisa ngambek nanti nya kalau di tolak.

"Baiklah, tapi janji sama Eomma, besok besok jangan beli itu lagi oke?" Jaemin mengangguk senang, lalu bergegas pergi untuk mengganti pakaiannya, sang ibu menggeleng. "Anak itu" lirih nya.

Jaemin bersiap siap, ia mengambil baju yang nyama ia pakai saat di siang hari. Lalu, mengambil dompet diatas nakas, mengecek isi dompetnya terlebih dahulu. "Kenapa ada black card disini? Appa yang menaruh nya? Lebih baik aku tanya Eomma." Jaemin keluar dari kamarnya, dan masih melihat Eomma nya yang sibuk dengan peralatan dapurnya.

"Eomma" panggil Jaemin, sang ibu sontak langsung menoleh. "Jaemin ketemu black card di dompet Jaemin? Siapa yang menaruh nya?" Eomma tersenyum. "Appa yang menaruh nya, katanya itu buat Jaemin selama sebulan isi nya tak banyak kok, kalau tak salah 500 Juta" Jaemin membulatkan matanya.

"Eomma jangan bercanda 500 juta itu banyak, cukup buat satu tahun atau sepuluh bulan." Eomma tertawa lalu mengelus rambut hitam milik Jaemin. "Terserah Jaemin, ingin memakainya berapa bulan, yang penting bulan depan pasti Appa mu memberi lagi." Jaemin menghela napas, lalu kembali ke kamarnya. "Kasih tau Appa 500 juta itu banyak, cukup buat Jaemin membangun rumah, atau membeli rumah."

"Kamu kaya tidak tau Appa mu saja Jaemin, Appa memang seperti itu. Oh iya, nanti tolong belikan Eomma bahan bahan makanan ya Jaemin." Jaemin mengangguk lalu, mengambil dompet nya lalu memasukkan black card itu kedalam dompet. Lalu mengambil Hoodie dan memakai, setelah itu pergi dari sana.

"Eomma Jaemin keluar sebentar"

"Iya, hati hati di jalan"

Jaemin mengambil mobilnya didalam garasi, lalu menyalakan mesin mobil tersebut dan menjalankan mobilnya dan keluar dari halaman rumah nya. Di jalan ia menemukan Guanlin yang sedang menyiram tanaman di halaman rumahnya. Jaemin berhenti lalu menurunkan jendela mobilnya. "Alin, apakah kamu sibuk?" Guanlin mengahlikan tatapannya, melihat Jaemin yang sedang di dalam mobil.

"Tidak, kenapa Jaem?" Jaemin tersenyum, lalu keluar dari mobilnya. "Ayo temani aku beli sebentar, bolehkan?"

"Loh? Jaemin, kamu mau kemana?" Tiba tiba seorang wanita keluar dari rumah, itu adalah mama guanlin. "Imo, Jaemin boleh bawa Alin nya sebentar tidak?"

Mama Guanlin pun mengangguk. "Boleh dong, bawa saja. Oh iya Guanlin nanti pulang tolong belikan mama daging ya, papa ingin makan itu katanya."

"Ya, sebentar ya Jaem, aku ganti baju dulu" Jaemin mengangguk dan tersenyum. "Gimana Eomma kamu Jaemin? Imo, belum sempat datang kesana karena akhir akhir ini badan imo sakit sakit terus."

"Imo sakit?" Tanya Jaemin.

"Tidak, imo sedang mengandung adik Guanlin." Jaemin terkejut, jarak usia Guanlin dengan adiknya sangat lah jauh, tapi tak heran usia mama Guanlin juga bisa di bilang masih muda, tiga puluh tujuh tahun dan guanlin masih enam belas tahun.

"Ayo Jaem, mama jaga diri baik baik. Aku keluar sebentar." Mama Guanlin mengangguk. "Kalian juga hati hati di jalan"

"Siapa yang nyetir?" Tanya Jaemin, guanlin tanpa menjawab langsung masuk kedalam mobil dan duduk di tempat pengemudi. Jaemin menghela nafasnya, lalu menyusul masuk kedalam mobil. Klakson mobil di bunyi kan oleh guanlin, Mama yang masih setia berdiri di depan pintu pun melambaikan tangannya.

"Ingin kemana?" Tanya Guanlin.

"Hm. . . Kita beli bahan makanan dulu ya, setelah itu ke kafe aku ingin beli americano." Guanlin hanya mengangguk, lalu seketika hening.

Guanlin seperti kulkas, dingin. Sedangan Jaemin sering kehabis topik. Dan mereka berteman dan itu cukup lama mereka berteman dari mereka duduk di bangku SD mungkin, dan setiap mereka jalan berdua sering di anggap pacaran, padahal tidak.

Sesampainya ditoko Jaemin dan Guanlin keluar dari mobil, dan masuk kedalam toko tersebut. Jaemin hanya mengambil tas keranjang belanja. "Apa tempat itu cukup Jaem?" Jaemin mengahlikan tatapannya ke guanlin. "Memang kenapa?"

"Tidak siapa tau tiba tiba Eomma Na mengirimkan pesan lalu menyuruh mu membeli banyak bahan makanan."

"Benarkah?" Guanlin mengangguk. Tak lama ting suara tersebut berasal dari hp Jaemin. Dengan cepat Jaemin menyalakan hp nya dan benar saja itu Eomma nya sedang mengirimkan pesan dan disana Eomma Jaemin menulis list bahan makanan mana saja yang harus Jaemin beli. "Kamu benar Guan, Eomma mengirimkan pesan kepada ku, dan itu banyak" Guanlin tertawa lalu mengambilkan Jaemin troli belanja. "Ini, aku akan mengambil tas keranjang itu, Eomma ku juga minta belikan daging dan beberapa bahan"

"Sejak kapan?"

"Hm? Daging sebelum kita berangkat, sedangkan bahan baru saja." Jaemin mengangguk lalu melangkahkan kakinya untuk mencari bahan yang di minta oleh Eomma nya.

20 menit mencari bahan akhirnya Jaemin selesai juga, dan langsung mendorong troli belanjaannya untuk menuju kasir. Di kasir ia bertemu dengan guanlin yang seperti nya baru juga selesai mencari bahan. "Kamu lama sekali mencari bahan"

"Maklumi saja, aku tak terlalu hapal bahan dapur, jadi aku tadi menelpon Eomma ku sekalian." Jaemin menggelengkan kepalanya, lalu menurunkan bahan makanan nya satu dan menaruh nya di meja kasir.

"Guanlin?" Panggil seseorang, bukan guanlin saja yang menengok, Jaemin juga.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

TO BE CONTINUE

Best Friend : NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang