"Terima kasih Guanlin, sudah mau mengantarkan ku. Aku titip salam kepada mama mu saja ya, takut Eomma akan mencari ku" Ucap Jaemin, yang mengantarkan Guanlin terlebih dahulu.
"Iya, sama sama Jaem. Kalau begitu aku masuk dulu. Sampai jumpa Jaem"
"Iya sampai jumpa Guan" Jaemin masuk kedalam mobilnya, menyalakan mesin mobilnya, dan menjalankan mobilnya untuk menuju rumahnya.
Sampai dihalaman rumahnya, Jaemin langsung memasukkan mobil nya kedalam garasi, mematikan mesin mobilnya dan keluar, membuka gerasi mobil yang dimana tempat ia menyimpan belanjaan nya. Tak lupa menutup gerasi mobil, dan mengunci mobil itu.
Membawa belanjaan nya kedalam rumah. "Eomma, aku pulang"
"Sini belanjaan nya Eomma bantu, terima kasih ya Na, nanti uangnya Eomma ganti" ucap Eomma, Jaemin menggelengkan kepalanya.
"Tidak usaha Eomma, belanjaan nya juga gak terlalu banyak, yasudah kalau begitu Jaemin keatas dulu"
.
.
.
Malam ini Jaemin tengah makan malam bersama kedua orangtuanya, dan berbicara hangat di meja makan. "Jaem, kuliah nanti kamu mau dimana?" Tanya Appa Jaemin.
"Hm. . . Aku belum berpikir untuk melanjutkan kuliah Appa" Jawab Jaemin, Appa Jaemin tersenyum lalu menyuapkan sesendok makanan kedalam mulutnya. "Tidak apa, nanti kalau kamu ada minat ingin berkuliah datangi saja Appa, oke?" Jaemin mengangguk, lalu melanjutkan makan malamnya.
Saat sudah selesai makan malam Jaemin membantu Eomma nya mencuci piring. "Oh iya Eomma, aku baru tau kalau Mama Lai sedang mengandung adik Guanlin"
"Hah? Kamu yang benar Na, Eomma baru tau karena sudah jarang kesana, besok kita kesana menjenguk mama lai"
"Hm, baiklah nanti Jaemin temani Eomma" Ucap Jaemin, Sang Eomma mengangguk, lalu menaruh piring basah di rak piring. "Eomma Jaemin kekamar dulu ya, Jaemin sudah selesai cuci piring" Sang Eomma mengangguk untuk mengizinkan Jaemin kekamar.
Jaemin melangkah kakinya untuk pergi dari sana, di ruang tengah ia melihat Sang Appa sedang menonton televisi, entah itu berita apa yang ia lihat. "Dikabarkan anak sulung dari Lee Donghae dan Tiffany Lee, akan dijodohkan dengan seorang wanita bernama Yeh Shuhua, atau sering dikenal Shuhua. Perjodohan tersebut dilakukan kedua pihak karena mereka merasa anak mereka cocok satu sama lain." Itulah yang Jaemin dengar, ia kenal dengan anak sulung Lee Donghae, bahkan Appa nya teman baik Lee Donghae.
Jaemin melanjutkan langkahnya, lalu menaiki anak tangga satu persatu. Dan akhirnya ia sampai di kamar nya, tak lupa mengunci pintu kamar nya. Merebahkan tubuhnya di kasur empuknya, menatap langit kamarnya, entah apa yang ia pikirkan. "Kapan?" Ucap Jaemin pelan. "Kapan penyakit ini akan sembuh? Satu tahun? Dua tahun? Apa tiga tahun?"
"Nyatanya penyakit ku tidak akan bisa sembuh, kecuali— Itu tidak mungkin" Jaemin tersenyum manis, tak sengaja air matanya mengalir begitu saja. "Semoga Appa dan Eomma akan menerima ini semua" Senyuman Jaemin belum juga pudar. "Karena nyatanya, aku akan pergi. Dan tidak akan pernah merasakan sakit lagi."
"Memang aku belum siap, tapi apapun keadaannya aku harus menerima kenyataannya" Jaemin mengusap air matanya yang tidak berhenti mengalir. "Aku tidak menangis, aku tidak bakal menangis"
Jaemin bangkit, lalu berjalan kearah meja belajarnya dan duduk di kursi. Membuka buku Diary nya, Jaemin mengambil pulpen lalu menulis sesuatu di buku diary tersebut.
.
.
.
Pagi, 05.30 KST
KAMU SEDANG MEMBACA
Best Friend : NOMIN
Fanfic"Jen, kamu sudah jaga aku selama satu tahun ini, terima kasih sudah disisi ku setiap saat." Na Jaemin, Seorang pemuda yang memiliki sejuta rahasia yang ia simpan. Terutama penyakit yang ia rasakan selama 3 tiga tahun ini. Dan bertemu dengan seoran...