Happy reading cintakuh 😘😍
Empat orang anggota TNI tadi tiba di Pos mereka."Medis! medis!" teriak Kopral, kegopohan memikul salah satu prajurit yang memucat kehilangan banyak darah.
"Allahuakbar! Apa yang terjadi?" ucap salah satu prajurit berpangkat Sersan Mayor melihat kondisi mereka yang benar-benar berantakan.
Ia lalu memindahkan prajurit yang dipikul oleh Kopral menuju tandu strechter.
"Hubungi ambulans ... CEPAT!" perintah Serma pada bawahanya yang ikut mendorong tandu tadi.
"Kalian kenapa? siapa yang melakukan ini? kok hanya kalian? Mana Sersan Sueb dan Prada Tigor?" tanya nya bertubi-tubi pada Si Kopral.
Deg ...
Kopral itu hanya bisa diam, mulutnya membisu tak bisa memuntahkan sepatah katapun.
"Hei! dimana Sueb sama Tigor!"tanya-nya lagi pada Kopral, lagi-lagi Ia tak mampu menjawab.
Perasaan Serma itu mulai tak enak, isi kepalanya mulai berspekulasi yang tidak-tidak.
"JAWAB KOPRAL! DIMANA SUEB DAN TIGOR!" bentaknya keras pada Kopral.
"Siap salah Komandan! Serma Sueb dan Prada Tigor gugur di medan tempur," sahut Kopral dengan suara bergetar, namun berusaha tetap tegar.
Terkejut, Serma itu mendengar berita yang paling tidak diingkan seluruh prajurit di muka bumi, mendapat kabar rekan mereka yang gugur di medan tugas.
"Kau ... Kau ... bercanda kan Kopral?" tanya Serma tak percaya.
"Siap tidak Ndan, Saya melihat mereka Gugur karena ledakan Granat dengan mata kepala saya sendiri," jawab Kopral dengan mata mulai berkaca-kaca.
Spontan kaki Serma itu lemas, bahkan untuk berdiri saja dia harus dibantu oleh tanganya dengan menyangga pada tembok disebelahnya, sesak Ia rasakan, ingin dia berteriak sekencang-kencangnya, namun mulutnya mendadak kelu.
"Hu ... hubungi Komandan satuan tugas pengamanan perbatasan ... SEKARANG!" ucapnya dengan Suara lemas, menekankan nada pada kata "sekarang" , tatapan matanya kosong, Ia memerintahkan pada anak buahnya yang lain yang saat itu berdiri dibelakangnya.
"Ndan, kita harus ambil jasad Sersan Sueb dan Tigor sekarang, kami butuh bala bantuan lebih banyak Ndan," pinta Kopral itu lirih dengan mata memerah menahan sesak didadanya, namun beberapa kristal dari matanya terlanjur mengalir di pipi.
Serma terdiam, tenggelam dalam lamunanya, Ia ingat betul baru tadi pagi Ia bersenda gurau dan menikmati secangkir kopi hitam bersama Sersan Sueb, yang paling Ia ingat dari momen terakhir mereka adalah ketika Sueb bercerita dengan antusiasmenya tentang Istrinya yang akan melahirkan putri pertamanya minggu depan."Minggu besok pulang, anaku lahir, haduh ... Terimakasih Gusti ... Kau berikan hambamu ini hadiah terbaik, haduh ... pasti anak ku nantik cuantik kayak istriku," rangkaian kalimat yang diucapkan Sueb itulah yang terus terngiang-ngiang dikepala Si Serma.
"Harusnya aku yang melaksanakan patroli ini tadi, tapi kenapa kau ngotot sekali Eb ... kenapa kamu ngotot pengen patroli padahal ini bukan jatahmu," batin serma sembari memandang langit yang kosong.
"Ya Allah ... tolong tukar posisiku dengan Sueb saat ini ya allah, hamba mohon," imbuhnya lagi dalam hati.
Tapi itu jelas tidak mungkin, ini memang takdir yang sudah digariskan oleh Sang Pencipta, tidak bisa diganggu gugat, Sersan Mayor Sueb memang harus meregang nyawa ditangan musuh yang belum jelas identitasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Captain Blackwolf (+21) (Proses Revisi)
Fiksi Umum(+21 !!!!) Cerita ini mengandung unsur kekerasan, umpatan kasar, dan adegan dewasa, readers discretions advice 😍🧐 ***** Dia adalah Danadyaksa, seorang pemuda berhati dingin yang megabdikan jiwa raganya demi Negara, dengan status prajurit yang disa...