LAS || Part 6 'Tas'

394 54 2
                                    

Dera masih dengan geram menghentakkan kaki untuk melampiaskan emosinya.

Apa maksud seniornya itu, ada apa dengan kegilaannya itu. Cemburu? Tapi untuk apa, mereka bahkan tidak memiliki hubungan apapun selain senior dan junior.

Tak dapat dipungkiri, jantung Dera mengalami goncangan dasyat. Kali pertama ia begitu intim dengan pria yang membuatnya tak percaya.

Apakah sebelumnya hanya hayalan atau benar adanya.

Lagi pula apa yang ada di otak seniornya, benar-benar otak mesum. Bisa-bisanya melakukan hal-hal bodoh pada juniornya sendiri.

Bukannya menuju kelas miliknya, Dera malah menuju kelas 12 lebih tepatnya menuju kelas Ayan.

Ketika tiba di depan kelas, kebetulan Zidan telah tiba dari kantin tadi.

"Loh, Dera ngapain? Nyari Ayan ya?"

"Saya disuruh kak Ayan buat ngambil tas nya kak," jawab Dera.

"Tas? Oh bentar ya."

Beberapa saat kemudian, tas hitam yang cukup berisi itu diberikan pada Dera.

Tak lupa mengucap terima kasih, Dera berlalu pergi dengan tas dipunggungnya.

Meskipun Zidan tampak bingung, ia hanya mengangkat bahu tak peduli.

Namun, ketika bell kelas berbunyi. Ayan baru memunculkan wajahnya di kelas, membuat Zidan bertanya-tanya kemana saja bocah ini pergi saat jam istirahat berlangsung.

"Kemana aja lo?"

Ketika Ayan mendudukkan dirinya pada bangku ia merasa ada yang kurang.

"Tas gue mana?"

Mendengar itu Zidan dengan jelas bingung.

"Bukannya lo nyuruh Dera buat ngambilin tas lo, sekarang tas lo dimana?" Tanya Zidan saat tak mendapati Ayan membawa kembali tasnya.

Mendapati jawaban Zidan, Ayan hanya dapat tertawa dengan nada yang cukup rendah.

Hal itu membuat Zidan kembali bingung, ada apa dengan sahabatnya akhir-akhir ini.

"Pendendam kecil," gumam kecil Ayan pada dirinya.

"Hah? Lo ngomong apa?"

Menatap wajah teman sebangkunya itu, untuk kali pertamanya Ayan merasa bahwa wajah Zidan cukup nyaman dipandang.

"Pinjam buku," jawabnya.

"Ah? Oh, oke."

Di sisi lain gadis itu, Dera yang masih berada di luar kelas, tengah sibuk mengacak tas milik orang lain, siapa lagi kalau bukan tas Ayan.

Selain buku yang setebal harapan orang tua itu, benda lain yang ditemui Dera adalah ponsel.

Ya benar sekali, jika dijual berapa keuntungan yang di dapatnya?

Dan tanpa rasa sopan sekalipun gadis itu membuka ponsel yang ternyata memiliki sandi.

Dera mengotak atik angka untuk menemukan sandinya, namun percobaan ketiga kalinya membuatnya menunggu.

Entah pikiran konyol dari mana, Dera merasa sandi dengan empat digit itu bisa saja sama dengan tanggal dan bulan kelahirannya.

Ketika beberapa saat kemudian, ia mencobanya lagi, kali ini benar-benar tanggal kelahiran.

Dan boom! Sandi terbuka.

Selain tercengang karena sandinya berhasil, Dera juga dibuat kaget dengan penampakan tak terduga yang ia lihat diponsel Ayan.

Mengapa wallpaper foto ini terasa sangat tidak asing, bukan kah ini dia?

Ya, Dera yakin ini adalah fotonya. Sepertinya ini foto saat pertama kali kelas 10 mengadakan MOS.

Dengan mahkota buatan di kepala dan juga pinggang yang dililiti tali, itu membuat tampilan Dera tampak konyol saat itu.

MEMALUKAN!!

Sebelum Dera dapat menemukan cara untuk menghapus wallpaper itu, bel telah berbunyi. Mengharuskan Dera untuk segera memasuki kelas.

Saat mendapati Dera yang baru saja datang dari luar, Raisa menghampiri gadis itu.

"Kemana aja? Gue udah mesenin bakso dua mangkok dan lo gak dateng, untung aja ada kak Zidan. Emang ko tega ngebiarin gue makan dua mangkok sekaligus, gue sih bisa aja tapi kan lo tau gue lagi diet," protes Raisa penuh omelan.

"Iya maaf, gue sembelit soalnya."

"Hah, serius? Udah makan obat belum?"

"Udah kok, tadi gue abis dari UKS," jelasnya.

"Eh, itu tas-"

Ucapan Raisa terpotong saat suara guru datang dari arah pintu.

"Raisa, ngapain masih berdiri? Kembali ke tempat duduk."

Malu saat ditegur, Raisa bergegas menuju bangkunya dengan senyum penuh maaf.

Ketika akhirnya pelajaran sekolah berakhir, Dera merapikan bukunya. Namun, ia menyadari bahwa sepertinya ia memiliki beban tambahan.

Menatap tas hitam yang berat itu, Dera merasa linglung sesaat. Bisa-bisanya ia berlari menuju kelas Ayan hanya untuk mengambil tasnya ini.

Bukan kah dimata Ayan ia terlihat seperti anak kecil yang tengah marah saat mengetahui apa yang baru saja Dera lakukan.

Sangat kekanak-kanakan, lagi pula saat emosinya tidak stabil Dera juga bingung sendiri mengapa melakukan itu.

Jadi bagaimana caranya ia mengembalikan tas milik seniornya kali ini.

Haruskah ia memberikannya langsung tanpa penjelasan apa-apa, lagi pula apa yang perlu ia jelaskan.

Menjelaskan bahwa ia marah karena Ayan baru saja menggigit telinganya? Bukan kah itu terdengar agak cabul jika di dengar orang lain.

Lagi pula Dera sudah menginjak kakinya sebagai balasan, lalu untuk apa dia melakukan hal konyol ini. Benar-benar menyusahkan diri sendiri.

"Ra, gak balik?" Tanya Raisa.

"Eh, duluan aja."

"Ohh, oke gue luan ya," pamit Raisa meninggalkan kelas.

Saat melewati pintu kelas, Raisa mendapati ketua Osis tengah bersandar seperti menunggu seseorang.

"Kak Ayan?"

"Dimana Dera?"

"Ah, di dalam kak. Kalau begitu saya permisi," ucapnya berlalu pergi.

Ketika Dera masih bingung bagaimana cara memberikan tas ini kepada pemiliknya, ia tak menyadari kehadiran Ayan yang mulai mendekat.

"Udah puas liatnya?"

Dera dikagetkan dengan suara yang mendadak terdengar di tengah-tengah ruang kelas yang mulai sepi.

Dan ia mendapati Ayan yang tengah menyandarkan diri pada meja lain.

"...."

Tidak mendapati jawaban gadis itu, Ayan mendekatinya, Dera menggeserkan diri membuat jarak.

Ayan yang melihat itu hanya dapat tertawa kecil.

"Marah ya?"

Dengan wajah manisnya itu, Dera selalu tak bisa menutupi isi pikirannya, Ayan tahu gadis itu marah.

"Gimana kalau balas gigit biar impas," tawar Ayan sembari menunjuk telinga kanan miliknya.

Mendengar itu Dera kesal bukan main, ia meraih tas Ayan dan melemparkan tas itu pada pemiliknya dengan sedikit kasar.

"Gak butuh!"

Dan kembali melangkah pergi meninggalkan Ayan yang tertawa cukup lama.

"Kalau begini terus, gue gak bisa tahan."

Love and Secret [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang