"Kotak itu juga dibuang."
Dera dengan wajah kusut mengambil kotak lain yang telah ditunjuk oleh sang ketos, siapa lagi kalau bukan Ayan.
Ya benar, sang ketos dengan wajah tanpa dosa itu meminta tolong dirinya untuk membantu menyusun sampah.
Sangat amat menjengkelkan bukan? Dengan iming-iming kata 'tolong' Dera mau tidak mau menggerakkan otot-otot yang mulai berkarat ditubuhnya.
"Udah beres semua?"
Dera hampir saja memutar mata jengah, jika saja pria di depannya saat ini bukan senior.
"Iya kak," jawab Dera seadanya.
"Oke, kita balik. Sekarang udah sore," ucap Ayan menenteng tasnya keluar ruangan.
"Sampai kapan gue mau disuruh-suruh gini?" Gumam Dera pada dirinya.
Namun, Ayan yang berjalan di depan berhenti tatkala melihat bahwa Dera tak mengikuti jejaknya.
"Mau tinggal? Ruangannya mau dikunci."
Tersadar Dera bergegas melangkah keluar, dan menyusul.
Bayangan keduanya tumpang tindih, meskipun sudah sore cahaya matahari masih tampak riang menyinari bumi.
"Naik apa?" Tanya Ayan tiba-tiba.
"Motor," jawabnya.
Setelah itu kembali hening, keduanya bukan tipe manusia yang akan dengan senang hati memulai percakapan. Tapi entah mengapa itu terlihat cukup harmonis.
Ketika tiba di parkiran, Dera menyadari bahwa hanya dua kendaraan yang tersisa dan itu tepat bersebelahan.
Dera menuju kendaraan miliknya, meraih helm dan mulai ia kenakan.
Di sampingnya terdapat motor yang cukup besar yang Dera yakini bahwa motor inilah yang selalu menjadi kendaraan favorit saudaranya.
Dan Dera baru saja menyadari bahwa ini kendaraan milik Ayan, melihat pemuda tinggi dengan kendaraan keren membuat Dera sedikit terpana.
Pantas saja populer, visual seperti ini bahkan mencari makan dengan wajahnya mungkin akan mudah.
Membayangkan itu Dera menggeleng kepala mengusir pikiran kacau yang terlintas.
Ketika bersiap meninggalkan sekolah, kedua kendaraan berjalan beriringan dengan Dera yang memimpin.
**
Ketika Dera tiba di kelas, wajahnya penuh dengan senyuman. Jarang terjadi, bahkan teman sekelas yang memperhatikan itu berpikir bahwa Dera mulai tak waras.
Termaksud Raisa, gadis yang selalu tiba paling awal.
"Tumben gak telat?"
Mendengar itu Dera hanya tersenyum sebagai balasan.
"Bahagia amat?" Tanyanya lagi.
"Salah?"
"Gak juga sih, aneh aja," ucap Raisa bahkan mulai mendaratkan telapak tangannya pada kening Dera.
"Gak panas," gumamnya.
Melihat itu Dera dengan kesal menepuk tangan Raisa.
"Lo pikir gue gila?"
"Ya emang agak gila, sih."
Bukan tanpa alasan senyum Dera melebar bagai samudra.
Kemarin malam ibunya telah menyetujui proposal yang ia ajukan, yakni memiliki apartemen pribadi.
Meski sang ayah masih kurang setuju, tapi di sisi lain Dera juga akan lelah bolak balik dari rumah menuju sekolah.
Dan ibunya bahkan telah menemukan tempat yang cocok untuknya, bahkan barang-barang pribadi telah diantar pagi tadi.
Yang artinya setelah sekolah berakhir dia akan bergegas menuju sarang barunya, hanya tinggal terima beres, benar-benar santai.
Berbeda dengan kemarin Dera hari ini memutuskan untuk tidak ke kantin sama sekali.
Mengingat kejadian kemarin, ia menjadi agak trauma.
Dera membuka tas sekolah mengeluarkan sebungkus roti dengan rasa keju favoritnya, setelahnya memakan dengan lahap.
Namun, ia sepertinya lupa dengan minuman. Ketika ia ragu sejenak, Dera akhirnya memutuskan untuk pergi membeli minuman.
Ketika ia hampir meninggalkan meja, sebuah kaki panjang menghalangi langkahnya.
Dera mendongak untuk melihat, mendapati Ayan yang berdiri tepat didepannya, Dera mengerut kening dengan tanya.
"Kenapa?"
Ayan hanya membisu, ia menatap sudut bibir Dera yang terdapat sedikit krim dari roti yang baru dilahapnya.
Jari telunjuknya tanpa sadar menyapu krim pada pinggir bibir Dera, membuat gadis itu tertegun sejenak.
Menatap Dera sebentar lalu memberikan kresek yang sedari tadi disembunyikan dibelakang punggungnya.
"Gaji kemarin," ucapnya lalu berlalu pergi.
Menerima sekantung jajanan dan juga minuman membuat alis Dera kian mengerut.
Kerasukan jin apa yang membuat ketosnya itu tiba-tiba baik, apa ada konspirasi. Jangan bilang bahwa sesuatu sejenis racun di tambahkan pada makanannya ini?
Namun, apa pedulinya selagi bisa dimakan Dera tidak akan menolak.
Di sisi lain, ketika Ayan meninggalkan kelas, ia menyandarkan diri pada tembok dingin sekolah.
Punggung tangan menutupi separuh wajahnya, tawa rendah terdengar darinya.
Ia menjilati jari telunjuk yang memiliki sedikit jejak krim, rasanya entah mengapa sangat manis.
"Keju," gumamnya lirih.
Agak gila tapi sedikit menggoda, kemudian pemuda itu mendecak setelahnya benar-benar pergi.
Tidak bisa diselamatkan lagi, Ayan benar-benar dibelenggu dengan kegilaan yang merajalela di hatinya.
Berbeda dengan suasana aneh dihati Ayan, di sisi lain gadis itu makan dengan nikmat tanpa gangguan.
Bahkan dalam beberapa menit jajanan habis dilahapnya.
Dera menyapu perutnya dengan bahagia, kesukaan pada makanan manis selalu dibatasi. Jadi mendapat rezeki nomplok begini membuat suasana hatinya naik dua kali lipat.
Jika sering-sering begini, Dera tidak akan ragu menikahi ketosnya di masa depan.
"Kenikmatan yang gak boleh di sia-siakan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love and Secret [On Going]
Fiksi Remaja[SEQUEL Late and Kiss] "I'm yours and you are mine." Status: Hiatus dulu bro lagi kerja soalnya hehe Start: 2 Agustus 2023 @scorpio_nn Voment jika menghargai karya para Author Follow, saya maksa loh.